Akhir pekan ini, Mahira dan Aydin akan bertolak ke Bali. Mereka akan berbulan madu di sana. Aydin yang harus puasa selama satu minggu ini sudah tidak tahan lagi. Karena sang istri inginnya melepaskan mahkotanya di tempat yang sangat spesial. Bukan Mahira kalau tidak membuat sesuatu yang membuat Aydin geleng-geleng kepala. Bisa dibayangkan bagaimana tersiksanya Aydin menahan hasrat yang sudah memuncak setiap malam. Sedangkan Mahira tidur memunggunginya setiap malam. Kadang Aydin harus pindah ke ruang tengah. Dan tidur di depan televisi. Dari pada dia melakukan kekhilafan pada istrinya.
"Sudah tidak ada yang ketinggalan?" tanya Wahyu saat mengantarkan anak dan menantunya ke Bandara. Sedangkan Hanum yang ada di sebelahnya dari tadi menangis terus.
"InsyaAllah tidak ada, Bi." jawab Aydin
"Umi kenapa menangis terus sih dari tadi? Mahira hanya satu minggu di Bali, Mi. Enggak lama koq. Udah ya jangan nangis lagi." Mahira memeluk Hanum. Entah kenapa sejak hamil, uminya jadi lebih sensitif. Lihat sinetron yang pemeran utamanya diselingkuhi saja nangis seharian ga berhenti-berhenti. Wahyu sampai bingung dibuatnya.
"Besok pagi saja ya, pulangnya. Jangan lama-lama ninggalin uminya. Kalau Umi kangen bagaimana?" Mahira dan Wahyu sampai malu dengan orang-orang yang berlalu lalang.
"Umi, anak kita itu mau bulan madu. Jangan halangi mereka ah. Biarin saja mereka bahagia. Biar nanti kalau mereka pulang, bisa ngasih cucu sama kita." Wahyu mencoba membujuk istrinya. Tapi Hanum masih saja menangis dari tadi.
"Umi, nanti kan bisa video call-an sama kita. Sudah ya jangan menangis lagi," ucap Aydin menenangkan.
"Ya sudah kalau begitu. Tapi janji ya kalian harus video call Umi setiap hari." Hanum mengusap air mata dengan sebelah tangannya.
Mahira Sampai heran dengan perubahan sikap Uminya itu. Sesaat kemudian mereka akhirnya diizinkan Hanum untuk naik pesawat. Hanum melambaikan tangan beberapa kali pada Aydin dan Mahira yang sudah mulai menjauh dari pandangannya."Bang, sekarang Umi jadi aneh ya?" ucap Mahira saat mereka kini sudah duduk di kursi pesawat.
"Orang hamil memang biasanya suka aneh-aneh, Dek. Nanti kalau kamu hamil juga akan seperti itu. Jangan nyalahin orang hamil. Abang malah khawatir nanti kalau kamu hamil lebih aneh lagi dari Umi Hanum. Secara kan kamu sukanya aneh-aneh. Masa mau malam pertama aja harus terbang ke Bali dulu." Aydin melirik istrinya sekilas. Lalu kembali memasang headphone di telinganya. Dia memilih mendengarkan shalawat.
"Ih.. gitu aja sewot sih bang. Aku ini pengen honeymoon yang romantis, di tempat romantis. Abang udah nyiapin semuanya kan? udah kan bang? bang?" Mahira menoleh ke arah suaminya. Ternyata Aydin sudah mulai tidur. "Yah Abang.. diajak ngobrol malah tidur." Mahira kesal karena di cuekin suaminya. Diapun akhirnya ikut memejamkan mata. Perjalanan selama dua jam mereka habiskan dengan tidur.
"Tuan.. Nyonya.. pesawat sudah landing." Seorang pramugari cantik membangunkan Aydin dan Mahira.
"Astaghfirullah.. iya Mbak. Makasih." Ucap Aydin gelagapan. Dia melihat Mahira masih tertidur.
"Istrinya tidak dibangunkan, Tuan?"
"Tidak perlu, Mbak. Nanti biar saya gendong saja."
"Baik Tuan." Aydin dengan hati-hati menggendong istrinya. Badan Aydin yang sudah mulai berotot karena sering fitnes, menjadi bukan masalah besar ketika harus menggendong istrinya.
"Abang.." Mahira kaget saat tiba-tiba ada yang menggendong tubuhnya.
"Sudah bangun?" tanya Aydin.
"Turunin bang.. Malu tahu."
"Oh ya udah deh." Aydin akhirnya menurunkan Mahira saat akan menuruni tangga.
Aydin menggandeng istrinya menuruni tangga pesawat. Karena dia takut, Mahira yang baru saja bangun tidur, tidak fokus menuruni tangga.
Setelah mengambil barang- barangnya, Aydin segera menghubungi hotel tempatnya menginap untuk menjemput mereka di Bandara. Setelah ini dia akan shalat terlebih dahulu. Karena waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam.
"Kita tunggu di sini dulu ya. Nunggu dijemput mobil dari hotel." Setelah salat, sambil menunggu jemputan, Mereka menunggu di area terminal kedatangan di Bandara I Gusti Ngurah Rai.
"Iya, Bang. Aku masih ngantuk bang." ucap Mahira sambil menyandarkan kepalanya di bahu Aydin.
"Ya sudah tidur saja." Tak lama kemudian Mahira sudah kembali ke alam mimpi. Aydin menoleh dan setelah memastikan Mahira benar-benar tertidur, suaminya Mahira ini mengirimkan pesan pada pihak hotel. Jika dia menelpon, takutnya Mahira akan terbangun.
"Dek, bangun.. Mobilnya sudah sampai." Aydin membangunkan Mahira. Sambil terkantuk-kantuk Mahira akhirnya mau jalan sambil digandeng Aydin. Sedangkan sebelah tangan Aydin menarik koper yang berisi pakaian mereka.
Setelah menemukan mobil yang menjemput mereka, Aydin dan Mahira segera masuk. Aydin memang sudah mempersiapkan semua kebutuhannya selama bulan madu. Dia menggunakan paket honeymoon yang ditawarkan oleh salah satu hotel bintang lima di Bali. Dia memilih Villa mewah yang menjadi bagian dari hotel tersebut. Akomodasi dan transportasi juga sudah diurus semua oleh pihak hotel. Mereka hanya tinggal menikmati bulan madu mereka.
"Istrinya kecapean ya, Tuan?" Tanya sopir pada Aydin dengan logat Balinya.
"Iya, Pak. Lagian ini sudah malam. Sudah pukul setengah delapan malam. Tadi di bandara mereka sudah shalat magrib dan isya' di jamak sekalian. Mereka akan menginap di hotel di daerah Batu Belig di daerah Kuta Utara. Perjalanan memakan waktu lebih darisetengah jam dari Bandara I Gusti Ngurah Rai menuju ke Batu Belig. Mahira masih saja tertidur. Maklum dari pagi gadis ini memang tidak istirahat. Dia sangat antusias mempersiapkan bulan madunya ke Bali.
"Tuan, sudah sampai."ucap si supir. Mereka tiba di depan lobi hotel bintang lima tempat mereka menginap untuk tujuh hari ke depan.
Sudah ada seorang bellboy yang menyambut mereka. Aydin keluar dari mobil dan menyuruh Bellboy itu untuk membawakan barang yang ada di bagasi mobil. Lelaki itu menggendong Mahira. Kebetulan sekali Mahira tidur. Jadi dia akan sedikit mengubah rencananya untuk malam ini.
"Selamat datang di hotel kami, Tuan." Resepsionis itu menyapa Aydin saat masuk sambil menggendong Mahira.
"Saya sudah reservasi. Atas nama Aydin Wira Althafurrahman dari Jakarta."
Resepsionis itu mengecek sebentar lalu menyerahkan kunci villa pada Aydin. Aydin menyuruh bellboy untuk membawa kuncinya. Karena dia terlihat kerepotan dengan Mahira di gendongannya. "Untuk paket honeymoon ya?""Iya, sudah siap semuanya?" Aydin memastikan rencananya sudah disiapkan semua oleh pihak hotel.
"Sudah kami siapkan semuanya, Tuan. Selamat menikmati bulan madu romantisnya."
Aydin mengikuti bellboy itu menuju ke villa yang letaknya ada di bagian belakang hotel. Pemandangan pantai di malam hari membuat suasana semakin romantis karena di terangi dengan lampu yang remang-remang. Seorang bellboy membukakan pintu untuk Aydin.
"Terimakasih. Sebentar ya." Aydin meletakkan Mahira di atas kasur yang sudah dipenuhi kelopak bunga mawar. Aydin mengambil uang untuk bellboy yang sudah membantunya.
"Terimakasih, Tuan." Bellboy itu keluar dari kamar dan menutupnya.
'Mahira, semoga kamu suka dengan kejutan dariku.' Aydin tersenyum menatap istrinya yang masih terlelap.
***
YUK 100 KOMENTAR UNTUK BAB SELANJUTNYA. KALO BELUM 100 belum up ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
(TAMAT) CALON IMAM PILIHAN ABI
SpiritualFOLLOW DULU YA. BIAR BISA BACA SELURUHNYA. Memiliki seorang ayah yang taat agama, sholeh dan mampu menjadi imam yang baik bagi keluarganya tidak membuat seorang Ghaziya Mahira Kazhima berbangga hati. Justru dia sangat membenci sang ayah yang ia pang...