21.BEKERJA SAMA DENGAN UMI

7.5K 618 9
                                    

Hamidah terkejut mendengar nama gadis cantik yang sekarang ada di hadapannya.

"Tante, ini ada sedikit buah untuk bang Wira."

"Oh iya, Nak. Terimakasih." Hamidah tersenyum, bahagia sekali rasanya ternyata Mahira datang menjenguk Aydin. Sepertinya sebentar lagi dia akan mengantarkan putranya ke pelaminan. Aydin tahu apa yang dipikirkan Uminya. Setelah mempersilahkan Mahira duduk, dia mengambil ponselnya dan mengetikkan sesuatu.

"Umi sepertinya hp Umi bunyi," ucap Aydin pada Hamidah yang saat ini sedang memandangi calon menantunya.

"Masa sih?" Hamidah mengambil hp dari dalam tasnya. Dan benar ada pesan yang berasal dari putranya. Ia mengernyit tanda bingung dengan apa yang baru saja ia baca. Tapi dia memilih untuk menuruti Aydin menjalankan rencananya. Semoga memang inilah jalannya.

"Bang Wira kenapa bisa sampai begini? mukanya sampai biru-biru gitu?" Celetuk Mahira. Dia tak berani berdiri di samping Wira seperti halnya orang yang sedang membesuk. Hanya duduk di kursi berjarak kira-kira satu meter dari Aydin

"Iya Mahira, tadi malam aku nolongin anak-anak jalanan, eh malah aku yang dikeroyok kelompok timur. Kamu tahu aku dirawat dari siapa?"

"Dari bang Edo, bang. Aku langsung ke sini setelah Bang Edo ngasih kabar."

"Oh dari Edo. Oh ya Mahira kenalin ini ibuku." Wira memperkenalkan Mahira pada Uminya. Hamidah yang sebelumnya hanya tahu Mahira dari nama dan foto saja, tampak terpukau dengan kecantikan Mahira yang nyata dihadapanya. Jilbab syar'i dan pakaiannya yang longgar juga menjadi nilai lebih Mahira di depan Hamidah.

"Oh ya.. maaf tante. Saya Mahira, temannya bang Wira." Mahira mendekat pada Hamidah dan mengulurkan tangannya.

"MasyaAllah Mahira.. cantik sekali sama seperti namanya. Sudah lama kenal sama Ay.. Eh Wira?" Hampir saja Hamidah keceplosan. Dia tidak bohong karena Wira juga bagian dari nama panjang Aydin. Bahkan dulu teman-teman SMA selalu memanggil Aydin dengan Wira. Lalu diplesetkan Wira Sableng. Candaan khas anak-anak SMA.

"Terimakasih tante, saya kenal sama bang Wira, kapan ya bang?" Mahira malah melemparkan pertanyaan pada Wira sambil mengingat-ingat kapan pertama ia bertemu Wira.

"Waktu ban motormu kempes."

"Oh iya tante, beberapa minggu yang lalu. Waktu kami sama-sama ke rumah singgah. Terus beberapa kali ketemu bang Wira di masjid juga. Dan saya sekarang dapat pekerjaan juga karena Bang Wira, Tante. Dia yang bantu saya mencari pekerjaan." Mahira tersenyum manis pada Hamidah. Wanita itupun melirik putranya. Rupanya Aydin sudah berjuang sejauh itu.

'Hebat kamu nak, pinter juga dapetin hatinya Mahira.' klik kirim.

Aydin hanya tersenyum membaca pesan dari uminya.

'Gimana Umi? pantas kan diperjuangkan?' klik kirim.

"Memangnya Nak Mahira ini sudah kerja? Wira yang nyariin?"

"InsyaAllah baru mulai ngajar hari senin besok tante, ini rekomendasi dari bang Wira."

"Oh guru? sama seperti..." Hamidah baru saja akan menyebut nama Rahma. Anak sulungnya.

"Umi.. boleh minta minum?" Aydin sengaja menyela ucapan Hamidah karena Aydin tahu, Uminya akan menyebut nama kakaknya.

"Oh ya sebentar nak." Hamidah mengambil gelas yang berisi air putih dan ia serahkan pada Aydin.

"Iyaa tante saya dapat kesempatan mengajar di SD AL ILMU. Bang Wira yang memberi tahu. Saya terus nyoba, eh Alhamdulillah keterima."

(TAMAT) CALON IMAM PILIHAN ABITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang