Aydin merasa bahagia saat mendatangi Kantor Urusan Agama untuk mendaftarkan pernikahannya dengan Mahira. Berulang kali dia mengucap syukur karena sebentar lagi dia akan menikah dengan perempuan yang selama ini dia inginkan. Tak ada doa yang tidak dikabulkan oleh Allah. Jika belum juga dikabulkan mungkin saja Allah sedang menunda terkabulnya doa atau Allah menggantinya dengan yang lebih baik. Dan untuk doanya terhadap Mahira mungkin yang tepat adalah menunda. Setahun lalu dia dijodohkan dengan Mahira tapi gadis itu sama sekali tidak mau menemuinya karena takut Aydin berpoligami seperti yang dilakukan Abinya.
Rupanya Allah sedang menunda dan tanpa sengaja mempertemukan Aydin dan Mahira di Rumah singgah Pelangi. Dimana mereka berdua sama-sama mengajar di sana. Niat baik pasti akan di dengar oleh Allah. Mahira menjadi lebih dekat dengan Aydin semua karena pertolongan Allah.
"Terima kasih ya, Pak." Aydin bersalaman dengan petugas KUA. Semua persyaratan sudah ia lengkapi dan hanya tinggal menunggu hari pengecekan dan pelaksanaan pernikahan yang rencananya akan diselenggarakan bulan depan.
Hatinya terasa ringan saat ini. Dia sangat bahagia. Tapi kemudian dia ingat kalau mungkin saat ini Mahira sedang sedih. Aydin pun berinisiatif segera menelpon kakaknya untuk menanyakan keadaan Mahira di sekolah.
Aydin membuka pintu mobilnya, dia duduk di belakang kemudi sambil menelpon kakaknya. Sudah dua kali Aydin menelpon tapi tak juga diangkat.
"Ah.. Kak Rahma lagi apa ya? koq ga diangkat-angkat?" Keluh Aydin. Dia meletakkan ponselnya di dashboard lalu segera berangkat ke kantor. Dia melirik jam dan sudah sangat terlambat. Baru kali ini dia datang terlambat. Meski sering menggunakan sepeda, tapi Aydin tidak pernah terlambat. Jika hari ini dia terlambat semoga bisa ditolerir oleh bawahannya. Bisa saja dia menyerahkan pada Abinya, tapi dia ingin mengurusnya sendiri. Mendapatkan Mahira saja tidak gampang. Jadi dia ingin mengusahakan semuanya.
"Assalamualaikum..," ucap Aydin pada sekretarisnya yang laki-laki. Ya Aydin memang memilih sekretaris laki-laki untuk membantunya.
"Waalaikumsalam, Pak Aydin." sekretarisnya berdiri lalu menunduk hormat pada Aydin.
"Maaf saya terlambat. Apa pagi ini saya ada meeting?"
"Tidak ada Pak. Hanya ada nanti jam satu siang."
"Ya sudah.. terimakasih." Aydin masuk ke dalam ruangannya. Dia masih memikirkan kondisi Mahira yang saat ini pasti masih sangat terpukul karena akan dijodohkan dengan orang yang tidak ia kenal.
Drrrt Drrrt.. Ponsel Aydin bergetar. Ketika dia melihat nama yang tertera di ponsel, dengan antusias dia mengangkatnya.
"Halo assalamualaikum, Kak."
"Halo Waalaikumsalam, Dek. Ada apa?"
"Kak bisa tolong lihatin Mahira? Apa dia baik-baik Saja sekarang?"
"Khawatir dia sedih karena tetap mau dijodohkan dengan Aydin."
"Ada-ada saja itu Abinya Mahira." Rahma tertawa saat mengingat bagaimana semalam Fajar bercerita tentang rencana Wahyu.
"Ya kita ikut Abinya Mahira saja Kak. Tapi kakak tolong jagain Mahira di sekolah ya. Barangkali dia bisa curhat dengan kakak. Biar dia tidak sedih lagi."
"Iya iya.. Nanti kakak akan pantau dia."
"Terimakasih Kak.
Rahma segera keluar dari ruangannya. Dia menuju ke kelas 2A untuk melihat Mahira. Dari luar ruangan, ia melihat Mahira yang sedang mengajar. Masih seperti biasanya dan tidak terlihat dia sedang mempunyai beban berat. Rahma duduk di bangku tembok yang ada di depan kelas. Yang biasa di peruntukkan anak-anak ketika istirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
(TAMAT) CALON IMAM PILIHAN ABI
SpiritualFOLLOW DULU YA. BIAR BISA BACA SELURUHNYA. Memiliki seorang ayah yang taat agama, sholeh dan mampu menjadi imam yang baik bagi keluarganya tidak membuat seorang Ghaziya Mahira Kazhima berbangga hati. Justru dia sangat membenci sang ayah yang ia pang...