Setelah acara Walimatul Ursy selesai, Hanum meminta Edo untuk tinggal di rumahnya bersama nenek Nuriyah. Karena sudah terlalu malam jika mereka di biarkan pulang ke rumah Nuriyah. Ada beberapa kamar yang kosong di rumah Wahyu yang bisa dipakai. Kata Wahyu ini permintaan ibunya yang ngidam, jadi mau tidak mau Edo harus menuruti kemauan ibunya yang kini dipanggil dengan sebutan Umi.
"Abang, bisa tidak anterin Anisa pulang? kasihan dia sendirian malam-malam begini," ucap Mahira saat mereka semua bersiap untuk pulang ke rumah. Mahira yang memang sengaja memberi kesempatan pada Edo dan Anisa untuk berdua.
"Jangan berdua saja dong, Minta tolong pak sopir untuk mengantarkan mereka saja." Aydin mengingatkan Mahira. Karena Edo dan Anisa bukan mahrom
"Ya kalau begitu mendingan Anisa diantar sama sopir saja.," ucap Anisa. Padahal dia ingin memancing Edo apakah mau berkorban atau tidak.
"Jangan-jangan, Nis. Bang Edo, tega ya Annisa dibiarin berdua saja sama Pak sopir. Emangnya Abang nggak cemburu Anisa diantar sama sopir?" Semua yang ada di sana menoleh ke arah Edo dan Anisa. Terutama Wahyu dan Hanum yang senyum-senyum melihat mereka berdua.
"Kita kan ga ada hubungan apa-apa, Hir" Anisa membela diri. Edo yang berada di sebelahnya hanya diam saja.
"Alah jangan bohong. Dari tadi kita lihat dari atas, kalian berduaan terus deh. Cie cie." Mahira sengaja menggoda Edo dan Anisa.
"Apaan sih, Hir, mulai deh bikin ulah." Annisa mencubit lengan Mahira.
Edo yang tadi hanya diam, lama-lama memikirkan perkataan Mahira. Bukankah tadi ia berniat untuk belajar mencintai Anisa? Kenapa tidak, dia menggunakan kesempatan ini untuk mendekati gadis itu. Dengan begitu dia juga tahu di mana rumah anisa.
"Baiklah kalau begitu Biar aku saja yang ngantar." ucapan Edo membuat lega banyak orang. Terutama Mahira.
"Nah gitu dong bang. Kalau abang yang nganterin Anisa, aku jadi lebih tenang. Tolong Dijagain ya, Bang. Ini sahabatku satu-satunya. Langka soalnya. Enggak ada stok orang kayak dia. Kalau ada apa-apa abang yang harus tanggung jawab ya." Mahira memang berusaha untuk biasa pada Edo. Bagaimanapun juga lelaki itu sekarang statusnya adalah seorang kakak kandung.
"Ya sudah abang sama Anisa berangkat dulu ya." ucap Edo pada Mahira. "Abi, Umi Edo mau mengantar Anisa dulu ya." Pamit Edo pada Wahyu dan Hanum. Anisa terperangah mendengar Edo dengan sukarela mau mengantarnya.
"Iya, Nak. Hati-hati ya. Nanti Pak supir yang nganter." Ucap Wahyu. Dia jadi bertambah bahagia. Berharap Edo dan Anisa bisa berjodoh. Wahyu dan Hanum juga sudah tahu Anisa seperti apa.
Mereka semua masuk ke dalam mobil masing-masing. Untung saja masih ada mobil pengantin yang masih kosong. Jadi mobil Wahyu dan Hanum bisa dipakai Edo untuk mengantar Anisa.
**
"Kenapa diam? ga suka ya aku anterin pulang?" Ucap Edo menoleh sekilas ke arah Anisa."Jangan-jangan abang yang keberatan nganterin aku pulang." Anisa cemberut memilih menikmati pemandangan malam dari balik jendela mobil.
"Siapa bilang terpaksa? aku senang." ucapan Edo membuat Anisa menoleh ke arahnya. Entah kenapa hati Anisa berbunga-bunga walau hanya mendengar kalau Edo senang menemaninya. Ingin sekali ia tersenyum. Tapi ia tahan dengan menutup mulutnya dengan sebelah tangannya.
"Kalau mau senyum, ya senyum aja. Ga usah di tahan." ucap Edo yang langsung membuat Anisa salah tingkah.
"Siapa juga yang senyum."
"Rumahmu masih jauh?"
"Lumayan, Bang."
"Kenapa ga bilang sama Pak Sopir? kamu sadar ga dari tadi mobilnya ga bergerak." Omongan Edo membuat Anisa merasa jadi orang bodoh. Anisa melihat ke sekelilingnya. Benar saja. Tenyata mobil masih di SPBU.
KAMU SEDANG MEMBACA
(TAMAT) CALON IMAM PILIHAN ABI
SpiritualFOLLOW DULU YA. BIAR BISA BACA SELURUHNYA. Memiliki seorang ayah yang taat agama, sholeh dan mampu menjadi imam yang baik bagi keluarganya tidak membuat seorang Ghaziya Mahira Kazhima berbangga hati. Justru dia sangat membenci sang ayah yang ia pang...