Mahira masuk ke dalam kamar mandi dan menumpahkan semua yang ada di perut. Hanya ada air yang keluar. Kepalanya terasa sangat pening.
"Kamu kenapa, Dek?" Aydin khawatir dengan keadaan istrinya.
"Ga tahu, bang pusing banget dan baru saja aku muntah."
"Bagus lah kalo begitu?" Aydin senyum-senyum sendiri. Dia merasa akan mendapatkan kabar bahagia setelah ini.
"Kenapa senyum-senyum, bang?"
"Kamu hamil ya?" Aydin menempelkan keningnya di kening Mahira. Kebiasaan Aydin setiap kali ingin bermanfaat-manja dengan istrinya
"Hamil? Aku aja baru datang bulan tadi pagi, bang. Perutku aja masih sakit sekarang. Mungkin masuk angin karena dari pagi aku belum makan, bang."
"Yahh... hancur sudah harapanku." Aydin memendam kecewa karena dia sangat berharap Mahira bisa segera hamil.
"Maaf ya, bang. Abang pasti kecewa." Mahira mendekati suaminya. Ikut bersedih. Karena dua bulan ini Mahira belum juga hamil.
"Tidak apa-apa kita harus sabar. Baru juga dua bulan. Banyak pasangan yang belum dikaruniai momongan sampai bertahun-tahun lamanya. Bahkan seorang nabipun ada yang diuji dengan sulit mendapatkan keturunan seperti Nabi Ibrahim AS. dan Nabi Zakaria AS. Ga usah berkecil hati ya. Abang sabar koq. Yang penting adek ga usah stress dan kecapean. InsyaAllah akan Allah kasih."
"Kalau Allah ga kasih?" Mahira memancing Aydin. Kadang ada rasa takut akan menjadi seperti istrinya Furqon. Yang lama belum hamil sampai Furqon tidak sabar dan menikah lagi.
"Berarti itu ujian kita di dunia. Kadang Allah memberi kita ujian lewat pasangan, harta, jabatan, dan anak. Kita menikah baru dua bulan, Dek. Tidak usah berandai-andai. Yang penting setiap hari usaha. Dan jangan lupa berdoa. Bukankah Allah tidak akan mengecewakan hambanya yang berdoa? sudah, tidak usah mikir yang tidak-tidak." Aydin mengusap kepala Mahira lembut.
"Aku takut seperti kak Alina, dipoligami karena lama tidak punya anak." Mahira menunduk.
"Mahira, sayangku, cintaku.. Sudah tidak usah berfikir yang tidak-tidak. Abang tidak pernah berfikir sejauh itu. Suami dan istri itu harus menerima semua kelebihan dan kekurangan. Dan harus setia dalam suka dan duka." Aydin memeluk istrinya. Mahira sampai meneteskan airmata. Begitu baiknya suaminya ini dan selalu menjadi pengayom.
**
Enam bulan kemudian.Mahira terpaksa harus memeriksakan diri ke dokter. Karen sampai saat ini dirinya belum juga hamil. Bahkan Anisa saja sudah hamil sejak dua bulan setelah menikah. Mahira sangat stres dengan keadaannya. Hanum kadang membesarkan hatinya. Karena dirinyapun baru bisa hamil setelah belasan tahun menikah dengan Wahyu. Kadang Mahira menjadi tenang karena nasehat Uminya. Tapi setelah dia kembali ke rumah dan melihat suaminya, rasa gelisah itu kembali muncul.
Mahira memeriksakan dirinya karena menstruasinya yang semakin tidak teratur. Darah mensnya keluar cukup deras. Sehingga mau tidak mau dia harus periksa ke dokter. Agar bisa diketahui penyebab pastinya kenapa dia belum juga bisa hamil dan apa ada hubungannya dengan menstruasinya yang tidak lancar.
"Mbak Mahira, berdasarkan hasil pemeriksaan USG yang tadi saya lakukan, mbak Mahira ini ada penyumbatan di salah satu tuba falopinya Sehingga menyebabkan sel sperma tidak bisa bertemu dengan sel telur. Mungkin ini adalah penyebab mbak Mahira sampai sekarang belum hamil."
"Innalillahi.. lalu apa yang harus saya lakukan dok?" Mahira terlihat sangat terpukul.
"Mbak Mahira tidak perlu khawatir. Jika salah satu tuba faloppi diangkat, maka masih seorang wanita masih bisa punya anak hanya dengan satu tuba faloppi. Masalahnya setelah terjadi pembedahan nanti, akan ada masalah dengan tuba faloppi yang satunya lagi saya juga tidak bisa memastikan. Kalau keduanya sama-sama bermasalah dan masih belum berhasil hamil dengan cara pembedahan, Mbak Mahira masih bisa melalukan proses IVF. IVF dilakukan dengan melibatkan penempatan sel telur langsung dibuahi di dalam rahim sehingga tuba falopi tidak difungsikan dalam kehamilan. IVF banyak digunakan untuk mendapatkan keturunan ketika tuba falopi tidak berfungsi atau sudah diputus jalannya arena faktor infeksi atau penyakit. Jadi kapan Mbak Mahira siap untuk dioperasi?"
"Pasti sangat sakit ya, Dok?"
"Sakit sudah pasti, Mbak. Tapi nanti kan dibius total. Jadi tidak akan terasa koq." Dokter itu menenangkan hati Mahira.
"Dok, bolehkah saya pikir-pikir dulu?Saya belum bisa ambil keputusan."Mahira menoleh ke arah Aydin yang sedari tadi hanya diam. Karena dia juga sedang memikirkan jalan keluar yang terbaik untuk istrinya.
"Baiklah Mbak Mahira. Saya harap anda bisa memikirkan secepatnya. Lebih cepat akan lebih baik. Agar kita bisa mengobatinya dengan segera. Kalian ingin punya keturunan kan? Ingat saja sesuatu yang ingin kalian lakukan saat nanti punya anak. Bayangkan hal-hal yang indah. Orang sakit bisa sembuh juga karena dia berfikir positif untuk sembuh. Jadi saya harap Mbak Mahira tetap semangat dan berfikir positif."
"Terimakasih dokter. Jika saya sudah siap, saya akan menghubungi dokter segera."
"Baiklah. Saya tunggu keputusan anda."
Mahira dan Aydin sama-sama diam saat di dalam mobil. Keduanya yang biasanya bersendau gurau, tiba-tiba menjadi dua orang yang saling dingin. Mahira sibuk dengan pikirannya sendiri. Sedangkan Aydin mencari cara agar Mahira mau untuk melakukan operasi secepatnya. Dia hanya khawatir terjadi apa-apa dengan istrinya.
"Dek, aku akan selalu ada di samping kamu. Percayalah semua Insyaallah akan baik-baik saja." ucap Aydin sambil menyetir mobil. Aydin tahu apa yang dipikirkan Mahira saat ini.
"Abang.. bagaimana kalau dengan operasi aku masih belum bisa hamil lagi?" Mahira menitikkan airmata.
"Tenanglah.. kita punya Allah. Kita serahkan semua padanya. Yang penting kita sudah berusaha dan masalah nanti dikasih atau tidak, biar Allah yang mengaturnya. Yang penting abang ingin kamu sembuh. Dan tidak ada penyakit macam-macam di tubuhmu. Kalau memang Allah tidak memberi kita anak. Semoga dengan kesabaran kita, kelak di surga Allah akan memberinya untuk kita." Masih ada adik kamu yang sebentar lagi mau lahir, masih ada anak dari kakak-kakak kita yang lain. Kita bisa menganggap mereka seperti anak kita. Tidak usah berkecil hati. Allah tidak suka orang yang berputus asa."
"Mungkin saat ini abang berkata seperti ini. Tapi bagaimana dengan setahun atau sepuluh tahun lagi? apa abang masih bisa tetap berada di sampingku yang tidak sempurna ini." Mahira terisak. Entah apa yang akan dia hadapi sepuluh tahun lagi. Akankah suaminya yang begitu pengertian dan baik hati ini akan meninggalkan dia jika kelak dia tidak bisa memberinya keturunan?
Aydin hanya diam. Dia tahu bicara sebanyak apapun tidak akan membuat Mahira percaya padanya. Yang penting Allah tahu dia tidak pernah berniat menduakan Mahira. Apalagi karena anak. Hidupnya hanya untuk Allah. Jadi semua yang terjadi adalah kehendak Allah. Apapun akan dia jalani dengan ikhlas selama masih bisa mendampingi istri tercintanya.
***
Yuk 100 komentar untuk update bab selanjutnya ya.Udah mau ending. happy ending atau sad ending ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
(TAMAT) CALON IMAM PILIHAN ABI
SpiritualFOLLOW DULU YA. BIAR BISA BACA SELURUHNYA. Memiliki seorang ayah yang taat agama, sholeh dan mampu menjadi imam yang baik bagi keluarganya tidak membuat seorang Ghaziya Mahira Kazhima berbangga hati. Justru dia sangat membenci sang ayah yang ia pang...