Chapter 42

158 5 0
                                    

Author POV

Pagi ini rencananya Ari akan menengok Yasmin, sekalian dia akan mengajaknya jalan jalan ke suatu tempat. Tentunya sambil mencari waktu yang tepat untuk menembaknya. Dan ini untuk kesekian kalinya Ari berusaha untuk mendapatkan hati seseorang.

Ok Ri, good luck! Ari menyemangati dirinya sendiri dalam hati. Mungkin kisah cinta Ari hanya kisah cinta monyet biasa yang tak menarik dan tidak membuat orang yang mendengarnya itu baper ataupun iri, tapi bagi Ari untuk mencapai posisinya yang sekarang sangat membutuhkan kesabaran dan pengorbanan.

Oh iya, sekarang Ari lebih rajin untuk mengunjungi makam kedua orang tuanya loh. Belum lagi kini dia sedang sangat membutuhkan teman untuk curhat. Jadi kuburanlah yang menjadi tempat singgah barang sebentar.

"Hai Min! Gimana keadaan kamu?" sapa Ari, saat sampai di ambang pintu ruangan inap Yasmin.

"Eh Ari, jadi kan kita pergi?"

"Jadi!"

Yap! Mereka memang akan pergi ke salon untuk memotong rambut urakan milik Yasmin. Sebenarnya Ari agak keberatan dengan keputusan Yasmin yang akan mencukur habis rambutnya tapi mau bagaimana lagi? Ini semua demi kebahagiaan Yasmin, dan supaya dia mau memanfaatkan sisa waktu hidupnya dengan pergi keluar bersama Ari.

Mereka ke salon dengan menaiki taksi. Memang kini Ari sudah lama tak bepergian menggunakan mobilnya, karena dia ingin belajar hidup mandiri.

"Yasmin udah bisa jawab pertanyaan Ari yang waktu itu belom?" tanya Ari, penasaran.

"Eum..."

"Maaf, ini sudah sampai Mas sama Mbaknya mau turun apa tidak?" tapi saat Yasmin akan menjawabnya, sopir taksi itu malah memotong percakapan itu sama seperti yang dilakukan suster rumah sakit.

Alhasil kali ini Ari belum mendapatkan jawaban pasti dari Yasmin. Tapi dia tetap sabar, karena mungkin saja saat mereka singgah di salon nanti Yasmin bisa menjawabnya dengan leluasa. Semoga.

***

Ari POV

Gue dan Yasmin akhirnya sampe di salon. Rencananya gue bakalan nanya lagi sama Yasmin, tentang perasaanya sama gue di sini. Ya, setelah pas di dalem taksi tadi gagal oleh pak supir akhirnya gue bakalan tau jawaban dari Yasmin setelah gue masuk ke tempat salon.

"Yasmin, gimana jawabanya?" lagi lagi gue bertanya dengan harapan dapat dijawab oleh Yasmin.

"Emm..."

"Mba Yasmin, mau dipitong semua rambutnya? Kenapa mba? Emang gak sayang apa?" duh! Lagi lagi gue gagal buat ndengerin apa jawaban Yasmin.

Kemaren kemaren karena si suster, tadi karena supir taksi, eh sekarang sama tukang cukur yang agak melambai. Besok sama siapa lagi coba?!

Gue pun hanya bisa mengusap wajah tamvan gue dengan kasar. Ini nih, kalo muka ganteng tapi nasib buruk. Apeeeesss terus rasanya. Dari pada gue kecewa sendiri kek gini, mendingan gue tunggu Yasmin di luar salon aja. Sekalian mau beli minuman, haus nih.

Gue memandang jalanan depan salon yang rame, sekarang gue udah di depan salonya. Lanjut gue jalan sambil terus bersiul di trotoar. Pas banget di depan cafe ada penjual penutup kepala yang bahanya rajutan, atau semacam hoodie gitu lah.

Gue pikir pikir, Yasmin kan potong rambut tuh kan, lah nanti pas pulangnya kan otomatis kepalanya plontos. Nah, cocok banget nih gue beliin penutup kepala biar dia gak malu pas pulang nanti. Ok punya!

"Ini berapa ya Pa?"

"35.000,00 nak,"

"Oh, mau yang warna biru tua dong Pa."

The Most Wanted[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang