Chapter 8

532 14 2
                                    

Ari POV

Akhirnya hari yang gue tunggu-tunggu datang juga. Hari dimana bakalan kagak ada lagi kerumunan cewek lebay yang mengepung gue di Koridor. Because in this day ini will change my style. Dan gue jamin semua cewek akan muak dan muntah-muntah liat gue.

Lebih baik gitu, dari pada gue yang repot. Tapi gimana sama kelas ya?
Hmm... Jadi bingung akoh.
Tapi dari pada kelamaan ngelamun, lebih baik gue segera menuju ruang Kepala sekolah aja deh.

"Assalamu'alaikum Pa!"

"Waalaikumsalam, ada apa?"

"Jadi gini pa...... Bla.... Bla..... Bla.... Bla..... Bla... Bla.... Gitu pa, gimana?" Jelas gue, panjang lebar kali tinggi.

"Ya, baik saya.... Bla.... Bla.... Bla.... Bla.... Bla.... Bla.... Bla.... Gitu." Jawab Kepsek, sesekali mengelus dagunya yang sama sekali gak ada jenggotnya.

Setelah ijin ke kepsek, gue pun melangkahkan kaki gue menuju ruang kelas yang telah diberitaukan oleh kepsek tadi.
Katanya, "nak, kamu masuk kelas 2 IPA 1 aja ya. Soalnya kelas itu sedang kekurangan murid."

Ok lah, gue jabanin.
Lalu gue mengetuk pintu kelas yang terbuka. Dengan ramah gue berkata, "pagi, temen-temen." Yang hanya di sambut oleh plongoan mereka semua.

Hm... Berasa kayak jelek-jelek banget dah gue. Biasanya kan orang pada klepek-klepek kalo ketemu ama gue. Nah ini, malah mlonggo semua.
Maap-maap dah, gue nyelonong aja masuk. Biarin, gue dikacangin sih.

***

Author POV

Ari masuk tanpa dipersilahkan oleh penghuni kelas 2 IPA 1. Ibarat kata, dia itu maling kali.
Dengan pd-nya dia memperkenalkan diri, "Hai semua, nama gue... Udin! Udin Yuanda. Gue baru di kelas ini. Salken ya,"

Tak ada yang menyahut satupun. Tapi beberapa detik kemudian, seorang cewek berdiri di tempat dan bertanya-tanya dengan Ari.
"Hai Udin! Kenalin gue Yasmin. Kita sama murid baru juga tau, salken ya."

Yasmin? Kayaknya gue kenal Ari sibuk menerka-nerka tak jelas. Dia tau pasti cewek yang menanggapinya tadi itu Yasmin, tapi sejak kapan cewek ini sekolah di SMA Garuda Putih?
Kesambet apa dia mau sekolah di SMA yang katanya adalah 'SMA abal-abal?'

"Iya, mba. Salken juga," Jawab Ari, ramah. Dia berusaha agar Yasmin tak mengenalinya.

"Eh Din, sini duduk samping gue aja!" Bujuk Yasmin, yang dengan senang hati di lakukan oleh Ari. Ya, Yasmin tak tau saja kalau Udin itu Ari.

***

"Gak pulang?" Tanya Yasmin ke Ari.

"Bentar lagi mba, mba aja dulu." Elak Ari Sambil memandang ke arah lain.

Sementara Yasmin sepeti mengerti bahwa Udin itu hanya penyamaran. Dia pun mengatakan, "Udin, boleh gak buka kacamatanya?" Tanya Yasmin.
"Buat apa?" Tanya Ari.
Tapi tanpa menggubris Ari, Yasmin langsung mengambil ancang-ancang akan mencopot kacamatanya.

Tapi beruntung Ari segera menepis tangan kurus Yasmin, hingga tak dapat dia menjalankan aksinya yang akan membuka kacamata Ari.
"Maaf, gue pulang dulu ya." Elak Ari, yang segera menaiki angkot merah yang sudah standby di sampingnya.
Sementara Yasmin terdiam, dan mengedikkan bahu lalu pergi.

Ari mencopot semua penyamarannya.
Dia kini sudah sampai di rumah sakit tempat Bi Imah dirawat.
Saat sampai di ambang pintu, Ari berhenti sejenak karena mendengar seseorang bercakap-cakap.

"Caca ngapain repot-repot dateng ke sini?"

"Alah gak papa kali Ka, Caca cuma mau nengokin Bi Imah. Sekalian maen sama Ka Arvan."

Eh tunggu! Kayaknya gue kenal tu suara siapa, wah gak salah lagi nih. Ini mah sura Caca.
Ari mendekatkan kupingnya ke daun pintu.

"Ka, boleh ngomong sesuatu gak?"

"Apa? ngomong aja."

"Eum, gak enak di sini. Apa besok aja ya?"

"Ya udah, besok kita ketemu ya di cafe Ananta. Ok?"

"Ok!"

Ari meremas ujung seragamnya yang sudah dikeluarkan dari tadi. Dia sangat dongkol karena Caca lebih akrab dengan Arvan. Perasaan Abang gak pernah cerita sama gue! Dasar lo Bang. Awas aja, gue bakalan dapetin Caca duluan!!! Ari berkata dalam hatinya.

Tapi dia juga menalar, cafe Ananta? Bukanya itu cafenya Alfa. Wah ok juga kalo gue ngintip entar.
Ari pun berlalu. Dia memutuskan untuk pergi menginap di rumah Alfa karena rumahnya masih belum beres dari renovasinya.

***

Ari sampai saat malam hari.
"Fa! Bukain pintu Fa! Ini gue Ari!" Teriak Ari, sambil mengetuk pintu rumah Alfa kuat-kuat.

Alfa yang baru saja terlelap pun terpaksa harus membuka kembali kelopak matanya yang sangat terasa berat itu. Dia pun mendecak kesal dan dengan langkah gontai, melangkahkan kakinya menuju ambang pintu depan.

"Paan sih Ri?!" Tanya Alfa, sambil memasang muka khas orang bangun tidur.

Ari tanpa aba-aba segera memasuki bagian dalam rumah temannya. Apa boleh buat? Alfa pun menutup rapat pintu depan. Lalu segera berjalan menuju kamarnya lagi.

Tanpa Ari sadari, seorang gadis kecil asik menarik-narik ujung bajunya dengan antusias.
"Eh, ada apa dek?" Tanya Ari, yang segera berjongkok untuk mensejajarkan ketinggiannya dengan gadis kecil berambut ikal itu.

"Kakak Ali ya?" Ucap Arra, dengan Cara bicaranya yang cedal.

Ari pun menggendong Arra yang tingginya hanya selututnya dan mulai berkata, "ya, ini Ka Ari. Masa lupa? Eh Arra kok udah malem begini belum bobo?"

"Eum, Alla pengen begadang Ka... Bial gak ngebo melulu kaya Ka Alfa."

" Hm... Gak baik loh Arra, tidur malam-malam. Arra mau kena insomnia?" Tanya Ari, menakut-nakuti Arra.

"Insominia itu apa Ka?" Tanya Arra, yang sukses dibuat takut oleh Insominia eh insomnia.

Dan Ari pun membisikkan sesuatu di telinga bocah kecil itu. Hingga anggukan di lakukannya, dan dia pun segera pergi tidur malam itu.

Dalam hati, Ari bersyukur dapat membujuk Arra untuk tidur meskipun ia sendirilah yang kini tidak dapat tidur. Dengan langkah gontai, ia memasuki kamar Alfa lalu bertanya pada si empunya kamar yang cepat sekali terlelap.

"Fa! Pinjemin selimut, dingin nih."

"Aelah elo! Nih!" Ucap Alfa, sambil melemparkan selimut ke muka Ari.

Ari membaringkan tubuhnya di sofa, dia menyelimuti dirinya dengan selimut bergambar frozen.
Ari menerka selimut ini mungkin bukan milik Alfa. Dan beberapa detik kemudian Ari pun terlelap.[]

The Most Wanted[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang