Chapter 17

264 6 0
                                    

Abang Ari

Sedang berpose datar.

Siapa mau?

😁

Author POV

Ari akhirnya pulang tanpa menjenguk Caca. Dia kesal Kakaknya yang datang mendahuluinya, ingin rasanya dia berteriak sekeras mungkin. Tapi ada baiknya kini dia diam dulu.

"Setaaaaannnn! Abang gue laknat!" Ari mengacak rambutnya, sebal.

Dia marah, dia cemburu, tapi tidak dengan perasaan nyesek dalam hati. Hatinya biasa saja malah.

Sampailah Ari di halaman rumahnya. Dia segera memarkirkan kembali mobilnya di garasi. Lalu barulah setelahnya dia masuk ke dalam rumah.

Tak sengaja, Ari mendengar suara tawa dari rumah Yasmin.

"Hahahahahaha..."

Suara tawa itu bukanlah suara tawa Yasmin saja, melainkan juga tawa seorang lelaki. Karena penasaran, Ari pun mendekat ke tembok rumah Yasmin dan mencari jendela supaya dia dapat mengintip.

Siapa sih tuh? Gak pernah lihat gue. Anehnya, kini Ari malah merasa cemburu ketika melihat Yasmin dekat dengan cowok lain. Merasa pemasaran, Ari pun menghampirinya.

"Yasmin?" Panggil Ari.

"Eh elu Ri! Sini, kenalin ini Edgar temen lama gue."

Ari pun menyambut uluran tangan Edgar. Kesan pertama Ari saat menyambut uluran tangan itu sangat dirasakan oleh Edgar. Dia tau, kalau Ari pasti sangat dongkol. Sama seperti yang dia rasakan dulu, saat mereka masih kecil.

"Edgar ini temen kecil gue juga Ri, tapi sejak gue di Jakarta kita jadi jarang ketemu. Eh sekarang dia nongol."

Edgar memang baru berani untuk menemui Yasmin sekarang dan sebenarnya walaupun mereka jarang bertemu, Edgar tetap memantau Yasmin dari pojok lain. Jadi, mereka tidak benar-benar terpisah.

"Salken Gar,"

"Hm, iya."

Keduanya kikuk, karena tak pernah mengenal sebelumnya, benarkah?

Atau, karena keduanya menyimpan rasa cemburu?

***

Ari POV

"Salken Gar,"

"Hm, iya."

Entah mengapa saat gue bertemu pertama kali dengan si Edgar, rasanya tuh males banget. Kek dia mau nyulik Yasmin dari gue gitu, eh bukan! Kek gue pernah liat dia sebelumnya.

"Ari! Cepetan jalanya, Nanti keburu sore."

Kata kata Yasmin tadi sukses buat gue sadar ke realita. Gue pun kembali jalan ke arah dua manusia di depan gue, dengan langkah terseok-seok.

Rencananya kita tuh mau ke taman deket rumah, bertigaan tapinya. Eh gue kenapa keanya kek cemburu gini ya?

Ting!

Bunyi apaan tuh?

Gue melirik ke saku, eh iya hp gue ternyata. Gue merogoh saku, lalu mengecek notifikasi apa yang diterima hp gue. Ternyata...

'Ri sini deh sekarang!
Gue butuh lo banget ini, gue mau
Ngomong' [Arnold Sedeng]

Tumbenan ni bocah urakan butuh gue yang tamvan ini, apa ada masalahnya berat ya?

The Most Wanted[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang