Chapter 30

186 7 5
                                    

Abang Ari

Sedang menjadi

Bara Kezio, Si cowok antik.

Kalian masih cinta?
___________________________________


Sinar mentari pagi menyelip ke sela-sela kelopak mataku. Tentu saja itu membuatku kesilauan dan akhirnya membuatku terbangun. Aku menengok ke samping, ternyata Jonet benar-benar masih ada di sampingku.

Dia sedang tidur, tapi dia juga terbangun saat aku bangun. Tampak jelas dari wajahnya dia masih ngantuk.

"Hoamm! Ri, kita udah nyampe belom?" Lagi lagi Jonet memanggilku Ari.

Seenaknya saja dia memanggil namaku, apadahal kan namaku Bara. Ya, untuk sementara ini sebelum aku tau nama asliku.

"Kita ada di mana Jonet?" Tanyaku, pemasaran.

Kini kita sudah turun dari bus, dan mulai berjalan santai di trotoar. Jalanan hari itu sangat padat, bahkan lebih padat dari jalanan kota semarang. Aku bertanya, apakah Lily marah padaku karena aku kabur?

Sementara di sampingku, Jonet malah sibuk mengecek hpnya.

Aku yang tak mau mengganggunya pun memutuskan untuk diam saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku yang tak mau mengganggunya pun memutuskan untuk diam saja. Lagi pula aku baru saja mengenalnya, jadi aku tidak boleh sok ingin tau urusannya.

"Eh Ri! Tadi gue udah infoin ke Alfa sama Arnold. Entar lo ikut gue ke cafe Ananta ya? Kita nostalgila." Kata Jonet.

"Tapi, aku kan gak punya uang. Terus nanti aku tinggal sama siapa?"

"Kan lo punya rumah goblok! Eh udahin dulu lah, ekting lo. Gue puyeng nih."

Ekting? Aku gak pernah ekting kok. Kapan juga aku bangun rumah di Jakarta? Apa yang Jonet maksud itu rumahnya Ari?

Aku dan Jonet melanjutkan perjalanan menuju sebuah cafe. Tadinya aku gak mau, ya kali aku masih bawa bawa tas segala macam diajak ke cafe? Kan malu seperti orang mau pindahan. Tapi akhirnya aku bersedia juga karena barang barangku dititipkan di bagasi mobil Alfa.

Jadi mereka teman teman Ari?

Saat aku masuk ke dalam cafe Ananta yang kata Jonet sangat fenomenal ini, rasanya kepalaku jadi sakit tapi untung hanya sedikit. Hingga ingatan aneh tentang Ari kembali datang.

Ari meraih buku menu yang ada di atas meja nomor 4. Saat dia senang membolak-balikan halaman buku menu, Ari dikejutkan oleh datangnya Arvan tapi bukan itu yang membuatnya terkejut. Melainkan kedatangan Kakaknya yang mengajak serta Caca.
Hal itu membuat Ari langsung menutupi mukanya menggunakan buku menu.
Kini dia mulai mengintip dari balik buku menu. Dia pun menyimak pembicaraan keduanya.

The Most Wanted[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang