Semalaman mina menunggu kepulangan taehyung, setelah sedikit pertikaian tadi sore mina yakin taehyung akan kembali kekantor menekuni pekerjaannya. Dan hingga detik ini mina masih menanti sosok itu pulang.
Mina melirik jam dinding, sudah pukul 1.00 am namun pria yang ditunggu-tunggu tak kunjung pulang. Pikiran mina melayang kembali saat melihat bekas kecupan yang ia yakini milik seorang wanita dikerah kemeja suaminya. Dan seketika pikiran macam-macam menghantui mina,
Ia sudah bertekad untuk mengatakan yang sejujurnya kepada suaminya, malam ini. Ya, malam ini akan menjadi titik balik untuknya dan hubungan pernikahan yang baru beberapa bulan ia lalui.
Walau terbesit rasa tak yakin akan jawaban dan respon apa yang taehyung berikan, namun kali ini mina benar-benar akan mengungkapkan semuanya. Benar kata jimin, taehyung berhak tau. Istri macam apa yang tak bisa jujur kepada suami.
Malam ini mina terus menunggu hingga pagi menjelang, diliriknya lagi jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Sudah hampir 10 jam mina menunggu, selama itu juga mina tak menutup mata barang sedetik pun. Padahal kondisi mina tengah hamil, begadang memang tak dianjurkan untuk wanita hamil, namun ia tak menghiraukannya.
Tekadnya sudah benar-benar bulat, dan ia ingin masalah dirumah tangganya segera berakhir. Sudah cukup ia dikatai jalang oleh suaminya, tuduhan tak berdasar juga sudah cukup membuat mina sakit, dan kerenggangan hubungan pernikahan ini membuat mina semakin lemah. Persetan dengan penyakit sialan ini, toh jika saatnya mina pergi ia akan pergi.
Akhirnya pikiran itu terlintas diotak mina, jika dulu ia bertekad tak ingin menyakiti taehyung karena kepergiannya, kali ini ia sudah menyiapkan mental jika taehyung akan pergi saat mendengar seluruh pengakuan mina, itu lebih baik.
Muka kusut serta mata merah dengan kantung gelap dibawahnya menghiasi wajah mina yang biasanya terlihat bersih dan cantik, akibat dari begadang semalam. Jika dulu ia sudah terbiasa begadang seperti ini karena tuntutan pekerjaan. Sekarang begadang sangat menyiksanya, kondisi hamil ini lah yang menjadi penyebab.
Mina mendesah kecewa, ternyata taehyung tak pulang kerumah semalam. Apa sebegitu bencinya ia kepadaku? Batinnya
Setelah bangkit dari ranjang, mina segera membersihkan badannya dikamar mandi. Lalu bersiap pergi kerumah sakit untuk menjalani kontrol dan pemeriksaan kehamilan. Sejenak ia lupa jika masalah rumah tangganya begitu pelik, karena ia tau pasti ia akan sangat antusias dan berubah sumringah saat akan mengetahui keadaan calon bayinya. Bayi yang bahkan belum diketahui ayahnya. Ah miris sekali
Setelah bersiap, mina menunggu taksi yang sesaat sudah ia pesan, lalu menuju rumah sakit dan bertemu dengan dokter jin, dokter yang selama ini menanganinya.
"Bagaimana perasaanmu? Sudah lebih baik?"
Tanya dokter jin, matanya fokus kepada lembar hasil pemeriksaan, namun sesekali ia melirik kearah minaMina yang sedari tadi menunduk mencoba mendongak, sungguh mina sangat benci jika keadaan sudah canggung seperti ini. Sebenarnya tidak ada masalah sebelumnya, hanya saja perkataan dokter jin waktu itu membuat mina sedikit tak nyaman, walau saat itu mina tak sedang dalam kondisi yang baik namun ia tak sebodoh itu untuk tak mengerti maksudnya.
Sejak awal tidak ada perasaan disini, mina murni menganggap dokter jin sebagai dokter yang menangani penyakitnya, sedikit perhatian mungkin mina rasakan namun ia anggap hanya sebatas hubungan pasien dan dokter, tidak lebih.
"Ya, harus lebih baik. Demi dia" jawab mina sembari tersenyum, ia kembali menundukkan kepalanya menatap perut yang ia usap-usap
"Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa tubuhmu membutuhkan banyak waktu istirahat. Dia kuat sekali, padahal kondisi ibunya melemah tapi dia cukup kuat bertahan. Ingat, seberat apapun masalahmu harus kau ingat bahwa ada nyawa lain yang harus kau jaga" ucap dokter jin berhasil menyentil mina
KAMU SEDANG MEMBACA
TIME - (Taemina) ✔
FanfictionDulu, yang aku pikirkan sesaat mendengar pernyataan dokter adalah menghabiskan sisa waktuku untuk merasakan bagaimana rasanya menjadi istri dan mengandung seorang anak. Namun sekarang, aku menyadari bahwa takdirku tak sesederhana itu. Takdir membawa...