Prang..
Vas yang tadinya berdiri cantik diatas meja kini pecah berhamburan tak berbentuk.
"Apa yang kalian lakukan selama ini? Mengapa mencari satu ibu hamil saja kalian tidak becus!"
Taehyung tak henti-henti memuntahkan emosinya. Bahkan ia tak memperdulikan telapak tangannya yang tergores pecahan vas. Ditangannya masih ada satu keping vas bunga yang tadi ia remuk, menyalurkan kekesalannya lewat aliran darah yang tak hentinya menetes.
Ia tak peduli jika warna merah darahnya membasahi dan menodai sebagian berkas yang ada dihadapannya.
Taehyung menatap dua lelaki suruhannya dengan tatapan membunuh, lalu tangannya melempar kepingan vas bunga tadi kearah dua lelaki yang berdiri gemetar tak jauh dari posisinya duduk.
"Kalian lemah! Kalian tak bisa bekerja dengan baik! Sekarang keluar! Enyah!"
Maki taehyung semakin membabi buta, sedang dua lelaki tadi hanya mengangguk lemah lalu berjalan meninggalkan ruangan dengan kaki bergetar. Bahkan mulut mereka seperti terkunci saat melihat kemarahan taehyung yang mengerikan.
Kini taehyung beranjak dari kursi kebesarannya lalu menggeser posisinya menjauh, mendorong meja kerjanya dengan kaki hingga bunyi decitan terdengar nyaring.
"Sialan! Brengsek!"
Umpatnya lagi, tak tahan menahan emosinya taehyung kembali memukul kaca almari hingga pecah
Prang..
Suara benda hancur kembali terdengar hingga keluar ruangan. Taehyung tak meringis sedikit pun kala punggung tangannya terluka. Ia biarkan darahnya mengucur mengotori lantai.
Semenjak gugatan cerai yang mina layangkan, taehyung kini tak lagi bisa mengontrol emosi seperti dulu. Sedikit saja telinganya mendengar tentang mina, ia tak akan bisa menahan gemuruh hatinya yang meraung karena rindu.
Diperparah dengan hilangnya mina selama beberapa bulan ini, ia tak lagi bernafas dengan tenang, tak lagi tidur nyenyak dan tubuhnya kini semakin kurus karena tak makan dengan teratur.
Taehyung menunduk memejamkan matannya, merasakan tetes air matanya jatuh melewati pipi. Betapa sesaknya merindu, betapa sakitnya tak bisa memeluk orang yang kita sayang. Tubuhnya meluruh kelantai, kakinya menekuk lalu ia jatuhkan kepalanya dilipatan siku, bertumpu kedua lengannya.
Tiga bulan ia tak mendengar suara merdu mina dan tak melihat senyum manis itu. Taehyung frustasi, selama itu ia berusaha mencari keberadaan mina. Meminta bantuan kepada beberapa pihak hingga agen rahasia ia sewa untuk melacak posisi istrinya. Namun semuanya sia-sia, selama itu pula taehyung selalu mendapat kabar bahwa orang suruhannya gagal menjalankan tugas.
Ia geram, tentu saja. Seluruh usahanya sudah ia kerahkan bahkan waktu bekerjanya banyak tersita, hingga ia sering mendapat teguran dari kedua orang tuanya.
Taehyung semakin jatuh, isakannya semakin terdengar memilukan. Ia tak peduli jika image pria jantan yang pantang menangis itu tercoreng, mana mungkin ia tak menitihkan air mata jika hatinya seakan dicabik-cabik.
"Mina.. Mina.." lirihnya
Sedang ia tak menyadari bahwa ada seseorang yang memasuki ruangan, menyaksikan bagaimana berantakannya keadaan didalam ruangan kerja itu. Aira menatap tak percaya kepada pecahan kaca yang berhamburan, matanya menangkap sosok rapuh itu tengah menangis pilu. Bahkan siapapun bisa ikut menangis kala melihat dan mendengar lirihan pria itu.
Aira berjalan mendekat, ia menutup mulutnya dengan tangan kala melihat ceceran darah yang berada diatas lantai. Lalu beralih ketangan taehyung yang baru ia sadari tengah terluka,
KAMU SEDANG MEMBACA
TIME - (Taemina) ✔
FanficDulu, yang aku pikirkan sesaat mendengar pernyataan dokter adalah menghabiskan sisa waktuku untuk merasakan bagaimana rasanya menjadi istri dan mengandung seorang anak. Namun sekarang, aku menyadari bahwa takdirku tak sesederhana itu. Takdir membawa...