Pagi-pagi sekali mina sudah harus terbangun karena dering ponsel yang terus menerus berbunyi. Diliriknya jam dinding yang bertengger, waktunya masih cukup awal untuk digunakan menghubungi seseorang, mina mengucek mata kantuknya lalu perlahan merubah posisinya menjadi duduk, ia meraih ponselnya dengan malas.
"Hallo" ucap mina dengan suara parau khas orang bangun tidur
"Ayah dan ibu sudah pulang dari Jerman" ucap seseorang diseberang sana
"Lalu?" jawab mina malas sembari masih memejamkan matanya.
"Hari ini kau harus datang kerumah"
Mina mengangguk pelan, ah ia lupa jika obrolannya terjadi di panggilan ponsel, lalu mengapa mina mengangguk. "Hmm.. kau menghubungiku pagi-pagi buta hanya ingin mengatakan itu? Enyahlah jim!"
Suara dengusan diseberang sana, "Mereka tau semuanya mina, semuanya!"
Sontak mina membelalakan matanya, seperti tersengat listrik ia bangkit dari ranjang lalu berjalan menuju balkon kamar, ia tutup pintu penghubung balkon lalu mengambil posisi ditepian. Ia menghindar, karena disampingnya masih ada taehyung yang terlelap. Karena hal yang akan mereka bicarakan adalah hal yang harus disembunyikan dari taehyung.
"Apa kau bilang!?" Tanya mina dengan suara yang sedikit meninggi
"Ayah dan ibu sudah mengetahui semuanya mina, dimulai dari penyakitmu, pernikahanmu dan kehamilanmu"
Mina menghela nafas dalam, "Apa kau bercanda jim, kita sudah menutup rapat semuanya. Lalu, mengapa mereka bisa mengetahui semuanya? Astaga, apa yang harus aku lakukan?"
"Maaf.."
"Apa maksudmu?"
"Itu karena.."
"Karena apa? Bicara yang jelas!" Ucap mina tak sabar
"Kau jangan memotong bicaraku"
"Ya ya baiklah, cepat katakan"
"Tadi malam setelah kita mengobrol disaluran telephone, aku menggerutu karena gemas kau tak kunjung memberitahukan pada taehyung bahwa kau hamil, aku terus meracau didalam kamar dan melupakan bahwa hari ini jadwal ayah dan ibu pulang. Aku tidak sadar jika mereka sudah berada didepan pintu sejak aku masih berbicara denganmu. Dan sialnya.. mereka mendengar seluruh racauanku. Maaf.. aku sangat ceroboh kali ini"
Mina terduduk, ia menutup wajahnya dengan satu tangan sedang tangan yang satunya masih memegang ponsel disisi telinga.
"Jim.. aku tidak tau harus berbuat apa. Bagaimana perasaan mereka saat tau aku sakit? Bagaimana hati mereka saat tau aku.. Shit!"
Inilah yang menjadi kelemahan mina, ketakutan mina. Sejujurnya ia tak ingin melakukan kebohongan, apalagi kepada kedua orang tua yang selama ini menjaga dan merawatnya, melindungi mina dengan segenap hati dan melupakan status bahwa mina bukan putri kandung. Tapi, mina lebih takut jika mengetahui bagaimana hancurnya perasaan mereka jika tau kondisi mina yang sebenarnya. Dan semuanya terjadi sekarang.
"Maafkan aku.."
"Tidak, bukan salahmu jim. Seharusnya dari awal aku mengatakan pada ayah dan ibu. Aku sekarang takut jika mereka membenciku? Bagaimana jika mereka tidak ingin bertemu denganku? Bagaimana jika pertemuan nanti adalah pertemuan terakhirku dengan ayah dan ibu? Tidak jim aku tidak sanggup melihat hati mereka yang hancur" ucap mina dengan suara bergetar karena menahan tangis, lihat.. dia selemah ini kan.
"Tidak mina, ayah dan ibu tidak akan melakukan itu semua. Mereka menyayangimu, sangat menyayangimu lebih dari apapun didunia ini" ucap jimin menenangkan mina,
KAMU SEDANG MEMBACA
TIME - (Taemina) ✔
Fiksi PenggemarDulu, yang aku pikirkan sesaat mendengar pernyataan dokter adalah menghabiskan sisa waktuku untuk merasakan bagaimana rasanya menjadi istri dan mengandung seorang anak. Namun sekarang, aku menyadari bahwa takdirku tak sesederhana itu. Takdir membawa...