Mina membuka mata saat matahari menyambut, dilihatnya sisi ranjang yang entah sejak kapan sudah kosong. Ia bangkit lalu menyandarkan punggungnya di sandaran ranjang, sebenarnya ia berharap bahwa kejadian malam tadi adalah mimpi semata, tapi perih karena sisa luka yang taehyung berikan masih jelas ia rasa.
Ia tersenyum kecut, bahkan setelah mengatai mina jalang dan insiden pemerkosaan tadi malam, ah pemaksaan lebih tepatnya. Tak sekalipun taehyung menampakan wajahnya, niatan untuk meminta maaf pun tak mungkin terlintas dibenak taehyung saat ini.
Baiklah, ini kan yang mina harapkan. Sesuai apa yang ia putuskan tadi malam, bukan! Bahkan keputusan itu sudah ia buat saat sebelum pernikahan terjadi.
Menikah kontrak tanpa cinta, menikah hanya karena mina ingin merasakan bagaimana peran sebagai istri. Konyol, tapi disinilah mina, dihadapkan kenyataan yang sangat ingin ia hindari.
Tak masalah jika ia yang mencintai suaminya, toh nanti saat waktunya tiba hanya mina yang akan merasakan kehilangan. Nyatanya ekspetasi kadang tak sesuai realita, bahkan ia lupa jika pepatah mengatakan bahwa Cinta datang karena terbiasa itu adalah benar adanya.
Mina beranjak dari ranjang menuju kamar mandi, setelah siap ia keluar dan berniat untuk menghabiskan waktunya dirumah karena tak ada jadwal kontrol dan checkup kehamilan.
Ia mengernyit saat mendengar suara alat penggorengan yang beradu. Dengan langkah lebar mina menggerakan kakinya menuju dapur, ia sedikit terkejut saat melihat siapa yang tengah berdiri disana menggunakan apron, tangan kanannya tengah membalik omelete menggunakan spatula.
"Jim..?" Ucap mina. Jimin menoleh lalu tersenyum lembut,
"Sudah bangun tuan putri?" Tanyanya sembari meletakkan omelete keatas piring.
Mina berjalan mendekat, lalu melihat menu sarapan dimeja makan. "Kau yang membuatnya?"
"Lihat aku, dan kau masih bertanya?" Sungut jimin
"Tumben sekali kau datang ke rumahku sepagi ini, dan sedikit kejutan saat melihatmu memasak makanan seperti yang sudah siap dimeja" ucap mina heran
"Hanya ingin saja, tadi aku bangun terlalu pagi dan tiba-tiba merindukanmu" mina hanya mengangguk
Jimin melepas apron lalu mendorong bahu mina agar segera menempati kursi kosong, dengan sigap ia menyodorkan beberapa piring kearah mina. Sepotong sandwich, omelete, segelas susu dan beberapa potong buah segar.
"Terimakasih" ucap mina lalu mulai menyuapkan sarapan kemulutnya.
Sedang jimin hanya memandang mina dengan tatapan yang sulit diartikan. Ia merindukan mina itu memang benar, namun alasan utama datang kerumah mina adalah karena ia begitu khawatir.
"Kau baik-baik saja?" Tanya jimin tiba-tiba
Mina lantas mendongak dan menghentikan suapannya, ia mengangguk lalu kembali fokus ke makanan yang berada dihadapannya.
"Kau yakin?" Tanya jimin lagi
Mina kembali mendongak, ia menatap jimin sembari tersenyum lembut. "Aku baik-baik saja jim"
"Bohong!" Batin jimin
"Aku hanya khawatir mina, kau tau instingku selalu benar"
"Apa yang kau khawatirkan hm?" Ucap mina, tangannya terulur mengambil gelas berisi susu lalu menandaskan isinya kedalam tenggorokan
"Tentu saja dirimu" jawab jimin "Bahkan aku tau jika senyummu itu palsu mina, kau tidak baik-baik saja dan aku tau itu"
"Hei.. aku beritahu sekali lagi, aku baik-baik saja dan keponakanmu juga sehat jim" ucap mina dengan sedikit kekehan
KAMU SEDANG MEMBACA
TIME - (Taemina) ✔
FanficDulu, yang aku pikirkan sesaat mendengar pernyataan dokter adalah menghabiskan sisa waktuku untuk merasakan bagaimana rasanya menjadi istri dan mengandung seorang anak. Namun sekarang, aku menyadari bahwa takdirku tak sesederhana itu. Takdir membawa...