35• Strategy

903 123 9
                                    

Taehyung bangkit dari sofa dengan tangan yang mengepal kuat, kepalanya menggeleng tak ingin mempercayainya. Matanya memerah, bahkan ia sulit membedakan sekarang apakah ia pantas marah atau bersedih.

"Apa maksudnya ini?" Tanyanya dengan lirih, namun terlihat guratan gusar diraut mukanya yang nampak tak bersinar.

Jimin yang mendengar itu pun tak langsung menanggapi, ia lantas berjalan dengan santainya menuju sofa kosong lalu menjatuhkan tubuhnya disana. Ia silangkan kaki sembari menatap taehyung tanpa ekspresi.

Kau kalah tae!

Seringaian iblis tercipta dibibir jimin sembari menatap taehyung tanpa berkedip.

Lain jimin lain juga dengan ayah dan ibu Park yang nampak terkejut. Tatapan mereka sungguh menuntut, mereka ingin sekali menanyakan apa maksud kemarahan taehyung yang tiba-tiba dan perkara kertas apa itu, namun urung karena mengingat masih ada aura kemarahan disana, jadi mereka putuskan untuk menjadi penonton sejenak, membiarkan kedua orang dihadapannya itu menuntaskan urusan mereka.

Karena tak mendapat balasan dari jimin yang tengah menatapnya dengan tatapan sinis, taehyung melempar kertas beserta map coklat itu ke sofa dengan kasar, lalu berjalan cepat menuju tempat duduk jimin. Ia raih kerah kemeja jimin lalu ia tarik paksa hingga posisinya berubah menjadi berdiri.

Siapapun bahkan bisa melihat betapa menakutkannya raut muka taehyung yang memerah, guratan tegas terlihat jelas disekitaran wajahnya. Benar saja, saat ini gemuruh hatinya meronta kala matanya sukses membaca kata terkahir di surat itu.

"Katakan apa maksudnya?"

Sekali lagi, taehyung mengucapkan pertanyaan itu kepada jimin yang tak kunjung menanggapinya, bahkan tak merespon sama sekali. Taehyung lantas mencengkeram kuat kerah kemeja jimin yang berada digenggamannya dengan nafas memburu.

Sedang jimin hanya diam sembari menatap taehyung datar, telihat sangat sengaja membiarkan taehyung berkelana dengan pikirannya. Membiarkan taehyung sedikit tersiksa lebih lama.

"Katakan!"

Habis sudah kesabaran taehyung, setelah sekian menit menahan emosi akhirnya ia tumpahkan seluruh kekesalan dengan cara membentak jimin dengan keras. Peduli setan dengan masih adanya ayah dan ibu Park disana yang tengah menatapnya tanpa berkedip.

Ini kali pertamanya jimin dan kedua orangtuanya melihat amarah taehyung yang meluap, dulu dimasa kuliah bersama pun jimin tak pernah tau bagaimana taehyung saat emosi, taehyung memang sering terlihat tenang bahkan tak pernah lepas kendali. Berbeda kali ini, taehyung benar-benar tak bisa menahan.

Lagi-lagi jimin hanya membalasnya dengan tersenyum sinis, tangannya terulur ketangan taehyung yang menarik kerah kemejanya lalu menepis paksa tangan taehyung. Ia sedikit merapikan kemejanya yang kusut lalu menyilangkan tangannya didepan dada.

"Apa kau masih belum mengerti? Apa kau memerlukan bantuanku untuk mengartikan arti dari surat yang kau baca barusan?" Ucap jimin enteng sembari tersenyum miring,

Taehyung mengepalkan tangannya kuat, seakan tau ia diejek oleh tatapan jimin kepadanya, taehyung lantas berjalan kearah sofa lalu mengambil secarik kertas itu. Ia angkat lalu menunjukkan kepada jimin

"Mina tidak akan mungkin mau melakukannya" ucap taehyung dengan penuh keyakinan.

Baiklah, sejenak taehyung mengingat bagaimana istrinya yang lembut dan manis itu saat dirumah. Saat merawatnya dengan penuh kasih sayang, saat melayani dirinya dengan penuh cinta lalu mana mungkin mina berani menggugat cerai dirinya.

Mina wanita yang sabar dan tidak sembarangan memutuskan masalah, jelas sangat berbeda dengan taehyung yang memiliki kepribadian yang berkebalikan dari mina. Walau kadang keras kepala dan cukup alot jika berurusan dengan pendiriannya, tapi mina tetaplah mina yang pengertian.

TIME - (Taemina) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang