Ceklek
Jimin menoleh, memandang pintu kamar mandi yang terbuka menampilkan tubuh seorang wanita. Belum sempat tubuh jimin beranjak, wanita itu sudah menahannya dengan mengangkat telapak tangan.
Jimin menurut, membatalkan niatnya dan tidak beranjak dari sofa. Namun matanya memantau seluruh pergerakan wanita itu, tak mengalihkan perhatiannya dari sana. Ia menghela nafas saat melihat wanita itu sedikit tertatih, berjalan sembari meraba dinding ruangan, menjadikannya pegangan jika saja tubuhnya tiba-tiba melemas.
"Kenapa terus memandangku begitu, aku tidak apa jim, sungguh"
Jimin mendengus, ia meraih bahu wanita itu lalu menuntunnya untuk beristirahat di atas tempat tidur.
"Kau selalu saja keras kepala, jika kau pingsan seperti tadi pagi dan aku hanya melihat tanpa membantu karena kau tak mengizinkanku memapahmu, sungguh aku akan merasa bersalah selama hidupku" Ucap jimin, nadanya terdengar serius dan syarat akan rasa khawatir
Wanita itu terkekeh, "Kau ini"
Jimin beranjak, lalu melangkah kearah sofa mengambil sebuah bingkisan.
"Aku harus mengelilingi tiga mall untuk mendapatkan apa yang kau inginkan. Huh, melelahkan kau tau"
Wanita itu menoleh, menyengir sebentar lalu mengambil alih bingkisan itu dari jimin. Mengintipnya sedikit untuk memastikan bahwa isi bingkisan memang benda yang ia kehendaki. Senyum wanita itu merekah, apalagi wujud benda yang berada ditangannya sangat indah sungguh diluar dari bayangannya sendiri.
"Terimakasih jim" Ucapnya
Jimin ikut tersenyum lalu mengangguk, ia berinisiatif mengambil satu potong buah lalu menyuapkan kearah wanita itu. Wanita itu menerimanya dengan senang hati, apalagi ia memang dianjurkan untuk mengkonsumsi banyak buah.
"Kau sudah ingin pergi?" Tanya wanita itu
Jimin mengangguk lagi, "Hmm, kantor butuh pemimpin yang tidak sering membolos kan. Ada apa?"
"Kau bisa mengantarku sebentar jim?"
"Tentu mina"
Mina kembali mengembangkan senyumnya, ia sedikit merapikan baju yang ia kenakan, memastikan bahwa penampilannya kini sudah serapi dan sebersih mungkin.
"Pindahkan aku" Pinta mina sembari mengangkat kedua tangannya kearah jimin,
Jimin yang sudah mengerti lantas terkekeh geli, selalu seperti ini. Ia lalu meraih tubuh mina dengan kedua tangan, selanjutnya ia pindahkan tubuh mina keatas kursi roda.
"Sudah siap?"
Mina mengangguk antusias, lalu meraih bingkisan yang sudah ia siapkan dan meletakkannya diatas paha.
Jimin mulai mendorong kursi roda, keluar melewati pintu ruangan meninggalkan ruang rawat yang sudah mina tempati beberapa bulan ini.
"Belok kiri, lalu lurus" Ucap mina, ia menunjuk belokan yang berada didepannya, jimin menurut dengan mendorong kursi roda sesuai arah yang mina tunjukan.
Tanpa tau tempat apa yang akan mina datangi, jimin terus mendorong kursi roda mina dan mengantarnya, ia penasaran sebenarnya hanya saja tak ingin bertanya, jimin cukup lega karena sesuatu yang akan mina datangi sekarang, sedikit membuatnya tersenyum belakangan ini.
"Itu tempatnya jim"
Jimin mendongak, mengikuti arah telunjuk mina lalu menatap pintu ruangan yang berada tak begitu jauh. Namun tiba-tiba,
Dret Dret
Jimin menghentikan dorongan kursi roda mina, lalu mengambil ponsel yang berada disaku jas kerja yang ia gunakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIME - (Taemina) ✔
FanficDulu, yang aku pikirkan sesaat mendengar pernyataan dokter adalah menghabiskan sisa waktuku untuk merasakan bagaimana rasanya menjadi istri dan mengandung seorang anak. Namun sekarang, aku menyadari bahwa takdirku tak sesederhana itu. Takdir membawa...