Mina masih menatap taehyung dengan tatapan tak percaya, sungguh ia merindukan suaminya ini, ia juga ingin sekali memeluk dan melupakan sejenak masalah pelik yang melanda. Tapi beberapa kali tatapan mina yang menatap bekas kecupan itu membuatnya lemas tak berdaya, untung saja tangannya sigap memegang gagang pintu kamar, jika saja ia tak memegang apa-apa mungkin tubuhnya sudah terhuyung jatuh.
"Kau.. sudah pulang?" Ucap mina dengan nada setenang mungkin
Sejujurnya mina sangat kesulitan mengeluarkan suara, bahkan ingin sekali ia berlari meninggalkan taehyung dan menenangkan diri, sendiri dan ditempat yang jauh.
Sedang taehyung menatap mina datar, tak dapat ia pungkiri bahwa nama mina dan wajah istrinya yang cantik itu masih menempati hatinya. Namun sesaat ingatan itu melintas tak terkendali seperti asap hitam yang tiba-tiba datang entah dari mana, menutupi seisi kecerahan hati dan jiwa taehyung.
Taehyung menangkap sorot terluka dimata mina, meyakinkan kepada dirinya sendiri bahwa ia sudah berhasil memainkan perannya dengan sempurna. Menurut taehyung, bagaimana bisa ia diam saja saat istrinya sendiri bermain api didalam rumah tangga mereka. Ia mengikuti arah tatapan mina yang mengarah ke kerah kemeja yang ia gunakan, taehyung tersenyum miring
"Apa kau kecewa melihatku pulang kerumah? Atau.. kau merasa aku adalah hambatan untukmu dan selingkuhanmu?" Ucapnya sarkas, taehyung masih mempertahankan tatapan mengejeknya kearah mina.
Mina mengerutkan kening mendengar ucapan taehyung, apa katanya tadi? Selingkuhan?
"Selingkuhan? Apa maksudmu?" Tanya mina,
Taehyung kembali tersenyum miring, dengan langkah pelan ia mulai mendekat kearah mina, dan saat tepat berada didepan mina taehyung menghentikan langkahnya, tangannya terulur keatas menyingkirkan helaian rambut mina yang menutupi wajah. Taehyung mencondongkan tubuhnya kedepan hingga wajah taehyung mulai mendekat dan bibirnya tepat berada ditelinga mina.
"Sudahlah, tak perlu menutupi apapun lagi dariku.. jalang" ucap taehyung lirih
Mata mina melebar tak percaya. Lagi, ia mendengar kata itu dari bibir pria yang sangat ia cintai, mungkin ia bisa memaafkan taehyung malam itu karena kondisinya tengah marah, namun kali ini mina tau jika suaminya itu mengucapkan dengan kondisi sadar.
Mina menggigit bibir bawahnya kuat, menghalau air mata yang setiap saat bisa keluar, bahkan saat ini matanya sudah memerah. Sakit? Sangat! Mina sangat merasakan sakit tepat dihatinya. Lalu ia tersenyum simpul, baguslah jika taehyung mulai membencinya, tanpa usaha berartipun taehyung sudah mulai menumbuhkan kebencian untuk mina.
Walau kadang mina bertanya pada dirinya sendiri, apakah ia memang jalang? apakah memang seperti itu ia dimata suaminya? bahkan memikirkan pria lain pun mina tak pernah. Bukankah sebutan hina itu disematkan kepada mereka yang memang sering bergonta-ganti pasangan. Ah bukan, tepatnya untuk mereka yang memiliki kesenangan menggoda banyak pria.
Benarkah begitu, tapi apa sekarang? Taehyung menyebut dirinya jalang yang bahkan baru pertama kali menjalani hubungan hanya dengan dirinya, mina yang sekalipun tak memiliki teman pria dihidupnya selain jimin dan mina yang dari dulu belum pernah mengenal apa itu cinta.
"Mandilah, kau pasti lelah" ucap mina sembari berjalan selangkah kebelakang, tangannya terulur membelai bahu kiri taehyung lembut
Namun belum sempat menyentuh, taehyung sudah lebih dulu berlalu meninggalkan mina tanpa sepatah kata. Mina hanya bisa mempertahankan senyum simpulnya lalu menghela nafas, tangannya ia turunkan pelan lalu tubuhnya merosot kelantai.
Sanggupkah aku, apakah aku bisa bertahan?
...
Setiba dikantor, taehyung menatap malas tumpukan dokumen yang beberapa hari ini terbengkalai. Akibat satu minggu kemarin ia putuskan untuk pergi ke luar negeri, inilah yang harus ia hadapai sekarang. Bergelut dengan pekerjaan yang mau tak mau mengikis waktu istirahatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIME - (Taemina) ✔
FanficDulu, yang aku pikirkan sesaat mendengar pernyataan dokter adalah menghabiskan sisa waktuku untuk merasakan bagaimana rasanya menjadi istri dan mengandung seorang anak. Namun sekarang, aku menyadari bahwa takdirku tak sesederhana itu. Takdir membawa...