Part 22

3.2K 412 61
                                    

Sanha memasuki rumahnya yang sepi. Ia naik tangga lalu masuk ke kamarnya.

Baru saja ia menjatuhkan dirinya diatas kasur, sudah ada panggilan masuk ke handphone nya.

"Yeoboseyo"

"Ha, kamu udah pulang?"

"Hm. Bibi dimana?"

"Maaf ha, bibi ga bilang dulu sama kamu. Bibi lagi di jalan mau pulang ke Busan"

"Ini kan bukan jadwal bibi pulang"

"Bibi tau, maaf banget ha. Tapi tadi bibi dapet telpon katanya anak bibi masuk rumah sakit. Jadinya bibi panik dan langsung pulang. Bibi ga bilang ke kamu dulu, maaf ha. Tapi kalo kamu ga ngizinin, bibi–"

"Yaudah bi. Hati-hati. Semoga anak bibi cepet sembuh"

"Eh? Beneran nih ha? Gapapa bibi pulang?"

"Iya. Udah ya bi, Sanha mau istirahat"

Tuut~~






–Yakali gue nyuruh dia balik lagi, dia udah dijalan juga–

Setelah mengganti bajunya, ia turun ke dapur dan akan memasak.

Baru saja ia membuka kulkas, eh...





Ptes!





Lampu tiba-tiba mati. Sanha segera mengambil handphone nya dan menghidupkan senter.





Napa harus mati lampu saat gue lagi sendiri sih?





Sanha berjalan keluar rumah lalu mengunci pintunya. Jujur, rasa takut mengalahkan rasa malu nya.

Ia menekan bel rumah Renjun dan pintu pun terbuka menampakan Renjun dengan muka bantal nya, sepertinya baru bangun tidur.

Renjun mengerjapkan matanya beberapa kali,

"Napa?" tanyanya dengan suara khas bangun tidur.

"Lampu mati" ujar Sanha.

"Gue tau. Terus?"

"Apa gue boleh–"

"Masuk"

Renjun sepertinya paham apa maksud Sanha. Sanha pun mengangguk lalu berterima kasih.

Didalam rumah Renjun sepi, hanya ada penerangan remang-remang dari lilin yang dihidupkan.

"Duduk" Sanha pun duduk disamping Renjun.

"Mau digenggam lagi tangannya?" Sanha segera menggelengkan kepalanya.

"Gue cuma butuh temen aja" jawab Sanha.

Cold | ft. Huang Renjun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang