Lanjut flashback nya ya.
Aku masih ingat satu nama yang selalu aku bully, yaitu...
... Park Kyuri.
Ingin sekali aku berkata maaf padanya. Namun, sepertinya aku terlambat karena aku tiba-tiba dipanggil ke ruang kepala sekolah.
Singkat cerita, aku di drop out dari sekolah.
Mama memarahi dan mengunci ku di gudang gelap lagi sendirian. Aku yang memang dari kecil pasti dikurung di tempat gelap dan menakutkan hanya bisa menutup mata tak mau melihat.
Berteriak?
Tak ada gunanya. Aku sudah tau sekuat apapun aku meminta dibuka kan pintu, mama pasti tak akan mendengarku.
Sering terlintas dipikiran ku untuk mengakhiri hidup ku ini. Biar ku jelaskan lebih singkatnya.
Umur 5 tahun, papa dan mama cerai. Umur 7 tahun, aku sering disiksa mama. Umur 10 tahun, aku pindah rumah ke Seoul. Umur 14 tahun, aku mengetahui penyakit yang aku idap. Umur 15 tahun, aku mengetahui papa meninggal. Umur 16 tahun, aku berubah dan di drop out dari sekolah.
Dari umur 7 sampai 17 tahun tak luput dari siksaan mama. Menangis setiap hari di kamar sudah ku lakukan.
Disiksa oleh ibu sendiri sambil terus menahan sakit dari penyakit yang aku idap. Apa lagi yang akan menimpa ku?
Aku lelah. Aku cape pura-pura kuat. Daripada aku kasih tau ke orang-orang penderitaan ku ini, lebih baik aku mati saja bukan?
Penyakit ku kambuh, dada ku sesak. Aku tak akan meminum obat. Biarkan saja penyakit ini yang membunuhku.
Namun, kata-kata papa tiba-tiba terngiang dikepala ku.
“Sehancur apapun dirimu. Jangan lupa untuk membahagiakan orang lain”
Kata-kata papa mungkin untuk sebagian orang dinilai menyiksa diri sendiri. Tapi entah mengapa tidak untukku.
Aku segera meraih botol obat lalu meminum pil obat yang ada didalamnya. Aku tak mau mati tanpa di ingat oleh orang lain.
Dari situ, aku memiliki satu tujuan.
Yaitu, untuk membahagiakan orang-orang disekitarku.
Kami pindah lagi ke Incheon. Aku kembali lagi kesini. Cukup sulit bagiku untuk memindahkan jadwal cek kesehatan ku ke rumah sakit lain, namun untungnya dokter yang waktu itu memeriksa ku prihatin dan dia membantu.
Aku cukup bersyukur kembali lagi kesini karena aku lebih dekat dengan makam papa dan bisa menjenguk papa.
Aku dengar, kak Sana juga pindah rumah menjadi di Incheon. Dia melakukan itu agar aku tau tujuan bila aku kabur lagi dari rumah.
Watak ku berubah menjadi seperti semula lagi. Mama memasukanku ke satu sekolah dengan status murid pindahan. Entah apa yang mama perbuat tapi mama pernah teriak bahwa mama malu dengan diriku.
Aku bertemu banyak teman disini.
Bae Vynandra, dia cantik, periang, cukup pandai, sedikit tempramental dan peduli kepada temannya. Dia orang pertama yang menyapaku.
Mark Lee, dia populer di sekolah, pintar, orang-orang bilang dia tampan dan aku mengakui nya. Dia diam-diam menyukaiku, aku tau itu.
Lee Jeno, dia sama populernya dengan Mark, dia kebalikan dari pintar, humoris mungkin lebih ke receh, jika tak ada dia tak ada yang bisa dinistakan, dia tampan? Baiklah aku menyetujui anggapan itu.
Ketiga orang itu sudah aku buat bahagia. Ditambah mama dan kak Sana yang seperti nya bahagia juga, membuat tugas ku sepertinya selesai.
Saat aku akan mengakhirinya, tiba-tiba dia datang. Membuat aku memiliki tugas akhir yang harus diselesaikan lagi.
Dia...
... Huang Renjun.
Dia dingin, datar, cuek, pintar, walaupun dia murid baru namun dia sudah populer di sekolah ku, memang sih dia lumayan tampan.
Dia satu-satunya orang yang membuat ku bingung bagaimana cara membuatnya bahagia karena dari awal aku mendekati dia, sepertinya ia benci padaku.
Tapi, aku tak mungkin pergi tanpa menyelesaikan tugas akhir.
Jadi aku terus berusaha mendekatinya sambil menahan penyakit yang sudah tak bisa ku tahan lebih lama lagi.
Hari demi hari, aku menjadi dekat dengannya. Sepertinya aku akan segera menyelesaikan tugas akhirku. Namun, saat aku akan pamit padanya.
Sesuatu terjadi diluar skenario.
Katanya mama hampir membuat mamanya meninggal. Aku terkejut tak tau apa-apa karena memang mama dan aku tak pernah mengobrol.
Aku ingin menjelaskan namun dia sudah lebih marah padaku. Dia membentakku seperti mama. Dia teriak dengan pandangan seperti aku ini sampah yang menjijikan seperti mama.
Aku masih ingat kata-katanya.
“Gue harap lo pergi dari hadapan gue selamanya”
Mendengar kalimat itu membuat ku menyimpulkan bahwa aku tak akan bisa membahagiakan nya karena selama ini dia benci padaku.
Aku pergi dari hadapan nya. Entah kenapa, sulit bagiku untuk meninggalkan dirinya, tapi daripada aku malah menyiksanya lebih baik aku pergi bukan?
Aku tak tau lagi harus apa. Namun aku cukup tenang karena dia sudah berjanji padaku untuk terus melanjutkan hidup walaupun kita pisah.
Dia bukan lelaki yang mengingkari janji nya kan? Semoga.
Rasa sakit itu datang lagi. Aku membiarkan penyakit itu membunuhku pelan-pelan. Sambil terus merintikan air mata, aku meminta maaf beberapa kali.
Aku masih merasa bersalah karena tak menepati tugas akhir ku, tapi aku sudah menyerah dengan itu semua.
Aku harap orang-orang akan mengingatku.
Penderitaan ku pun berakhir.
Tbc
Flashback nya udahan ya.
Masuk ga ke bayangan kalian? Semoga masuk ya.
Vomment nya!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold | ft. Huang Renjun ✔
Подростковая литература[COMPLETED] ❛❛ Ketika hati dinginnya menghangat karena seorang gadis yang penuh rahasia itu ❜❜ ו End✔ ו Tolong tinggalkan jejak ya ו Semoga suka❤ ו Thank's!!