[37] Mau Bikin Lagi (Ending)

689K 22.8K 11.2K
                                    

(Part bisa dihapus sewaktu-waktu)

(Temporarily removed)


Keesokan harinya, Alaska terbangun dengan badan kaku sakit semua habis insiden kemarin. Alaska baru sadar, kalo amarahnya bisa sampe bikin seisi rumah seperti kapal pecah. Perabotan pecah sana sini, kursi rusak, kasur ambruk. Gak heran kalo tangan Alaska jadi biru dan memar semua

Dan satu lagi yang bikin Alaska masih nyesek... Jena bener-bener gak pulang. Pengen nangis rasanya. Lemes gabisa bangun, gapunya tenaga buat hidup.

Perlahan Alaska meraih ponselnya. Sudah pukul 6 pagi ternyata. Pantas saja udara masih dingin habis ujan yang cukup awet tadi malam.

"Jen.." Alaska masih berusaha memanggil istrinya. Berharap kalo istrinya itu bakal muncul dan membangunkan dirinya dari semua mimpi buruk ini

Tapi tetap saja, nasi sudah menjadi bubur. Alaska tau bahwa Jena gak bakal kembali. Sekarang dia benar-benar bingung harus nyari Jena kemana lagi.

Dengan lesu, Alaska memutuskan untuk turun menghirup udara sebentar. Sekedar ngilangin stres di kepalanya. Alaska janji, hari ini dia harus bawa Jena pulang. Titik.

CKLEK

Alaska ngebuka pintu depan. Matanya ngelirik sayu rerumputan yang masih berembun kena ujan.

Sampe gak sengaja tatapan Alaska mendapati sosok Jena yang lagi tidur di pinggir pintu.

"JEN?!" Alaska terlonjak kaget dan buru-buru menghampiri istrinya itu.

Terlihat Jena yang masih meringkuk terpejam. Wajahnya pucat. Tubuhnya pun gemetaran karena menahan hawa dingin sejak tadi malam.

Perlahan Alaska menangkup wajah Jena. Membelai lembut kedua pipi pucat itu. Hingga tak terasa air mata mulai mengalir turun membasahi pipi Alaska.

"Maafin gue Jen... gue bener-bener keterlaluan" Alaska memeluk erat Jena. Perlahan dia bangkit lalu menggendongnya masuk kedalam rumah.

Sesampainya di kamar, Alaska langsung membaringkan Jena keatas kasur dan menyelimuti tubuhnya yang masih pucat kedinginan. Sesekali tangan Alaska mengelus pelan puncak kepala Jena, berharap perempuannya ini membuka mata untuknya.

"Plis bangun Jen... jangan tinggalin gue sendirian. Gue belom siap nikah lagi. Gue gamau jadi duda muda"

Alaska mulai merengkuh erat tubuh Jena. Tak ingin kehilangan lagi. Sudah cukup insiden kemarin membuatnya menyesal seumur hidup. Sekarang biarkan Alaska memulainya dari awal lagi.

Waktu terus berjalan...

Sudah hampir seharian ini Jena masih belum siuman juga. Suhu badannya juga belum turun, stabil di angka 38 derajat Celcius.

Gak heran kalo si Alaska makin khawatir. Padahal segala cara sudah ia coba untuk menurunkan demam istrinya, mulai dari mengompres manual sampai membelikan bye bye fever. Tapi semuanya gak ada yang mempan.

Akhirnya Alaska berani membawa Jena ke dokter

"Istri saya kenapa dok?" tanya Alaska khawatir setelah seorang dokter spesialis menangani Jena

"Hanya anemia dan demam biasa gara-gara telat makan. Tak perlu dikhawatirkan. Istri anda akan segera pulih setelah mendapat infus dari kami"

Alaska menghela napasnya lega. Keringatnya sudah bercucuran dari tadi saking deg-deg annya.

Dokter itu tersenyum melihat ekspresi Alaska, "Jangan khawatir, ini cuman gejala umum dari kehamilan trimester pertama. Rata-rata seorang ibu yang baru saja hamil akan mengalami morning sickness"

Dijodohin ✔ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang