"Ini, minumlah."
"Terima kasih, Leedo."
Odelia menerima segelas air dari Leedo. Karena Odelia tidak mau pulang ke rumah dan kedua lelaki itu merasa was-was jika Odelia yang kelelahan tidak beristirahat di rumah, maka Leedo menggendong Odelia ke rumah mereka bersebelas.
Odelia masih merasa canggung dengan Leedo walaupun selama enam bulan ini Leedo selalu berusaha mendekatkan dirinya dengan Odelia. Ini juga bukan pertama kalinya Leedo langsung menggendong Odelia dan membawanya ke rumahnya. Odelia terkadang keras kepala, tidak ingin beristirahat padahal tubuhnya membutuhkan itu. Tapi Leedo lebih keras kepala lagi dengan langsung membawa Odelia ke rumahnya untuk beristirahat. Dan hanya ada mereka berdua di rumah sebesar ini sekarang. Hal itu membuat Odelia tambah tidak nyaman karena biasanya setidaknya ada yang lain. Sepertinya yang lain pun sedang sibuk.
"Bagaimana? Kau sudah merasa lebih baik? Atau kau ingin tidur di sini?" tanya Leedo.
"Sungguh aku tidak apa-apa Leedo. Setelah duduk sebentar dan minum air aku sudah bisa latihan lagi."
"Jangan memaksakan dirimu."
"Aku tidak memaksakan diriku. Rasanya ini bukan situasi untuk bersantai. Benar?"
"Aku tahu," Leedo menghela napas. "Semakin lama kau semakin keras kepala saja. Aku bahkan tidak tahu harus mengatakan apalagi. Padahal dulu kau takut padaku dan selalu menurut."
"Sekarang juga aku masih takut padamu. Namun kalau kau macam-macam aku sudah bisa membela diri."
"Hei, maksudmu apa? Seperti aku akan macam-macam saja!"
"Lihat, kau sudah mulai berdiri dan marah," Odelia menggeleng-gelengkan kepalanya prihatin. "Kalau kau gampang marah, tidak ada perempuan yang betah padamu."
Leedo duduk kembali. "Apanya masih takut?"
Odelia terkekeh. Selama enam bulan hubungannya dengan kesebelas lelaki itu sudah semakin dekat. Bahkan Odelia sudah merasa mereka adalah teman baik. Namun jika pandangan mata mereka mulai berubah, Odelia akan langsung menunjukkan perilaku yang bertolak belakang dengan Tuan Putri. Benar, sudah enam bulan berlalu tapi mereka masih menganggap Odelia adalah versi Tuan Putri yang bisa diraih. Sebagai gantinya Odelia sengaja menunjukkan bahwa ia bukan Tuan Putri.
Kebanyakan dari mereka sudah mulai menganggap Odelia adalah dirinya sendiri. Namun yang Odelia rasa cinta mati pada Tuan Putri seperti Kanghyun, Leedo, dan Yonghoon masih membuat Odelia tidak nyaman.
"Aku ingin kembali ke bukit," Odelia beranjak berdiri. Ia mengangkat gelasnya dan meletakkannya di bak cuci.
"Jangan," ucapan Leedo terdengar tegas.
"Aku belum ingin pulang ke rumahku. Dan aku tidak ingin hanya berdua denganmu di sini. Terserah jika kau ingin istirahat, aku ingin kembali."
"Keras kepala," Leedo menarik tangan Odelia. "Lihat, tanganmu sudah ada luka bakar seperti ini dan kau masih mau latihan?"
"Leedo, aku bukan Tuan Putri. Aku baik-baik saja. Tugasku adalah melindungi kerajaan ini juga."
Leedo menggenggam tangan Odelia. "Yang bilang kau Tuan Putri siapa? Aku tidak pernah menganggapmu begitu."
"Kau bisa bilang begitu, tapi aku yang melihat tahu bahwa kau mencintai Tuan Putri dan mungkin memproyeksikan perasaanmu padaku. Aku tahu semakin lama aku memiliki kemiripan dengan Tuan Putri. Tapi aku bukan Tuan Putri. Aku pergi dulu."
Odelia baru akan naik ke sapu terbangnya, namun Leedo malah menarik tubuh Odelia mendekat. Lelaki itu memeluk Odelia.
"Beristirahatlah di sini. Kau tampak lelah. Tolong jangan keras kepala. Dan aku tidak pernah sama sekali menganggapmu sebagai Tuan Putri. Aku hanya menunjukkan begitu supaya memiliki alasan untuk dekat denganmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
HERO (ONEUS & ONEWE)
FanfictionGadis ini tidak sengaja membeli sebuah buku dari seorang penjual yang tampak sudah tua. Enam lelaki ini-Ravn, Seoho, Leedo, Keonhee, Hwanwoong, dan Xion-juga tidak sengaja membeli sebuah buku dari sebuah toko barang antik. Dan lima lelaki ini-Yongho...