Gadis ini merasa terganggu dengan sinar matahari yang tiba-tiba muncul, jatuh di wajahnya. Saat kesadarannya mulai muncul, ia mulai mendengar hiruk-pikuk di sekitarnya. Gadis itu membuka matanya dan pandangannya langsung menyusuri sekitar.
"Ini kamarku. Aku sudah kembali."
Ingatan-ingatan silih berganti menyerangnya. Ia ingat bagaimana bisa sampai di kerajaan itu. Saat sedang mengamati pemandangan dari salah satu jendela di apartemennya, ia melihat sebuah cahaya berwarna hijau kebiruan. Sisi jendela itu adalah sisi yang menuju sebuah hutan kecil. Seperti terhipnotis, ia mengikuti cahaya itu. Ia bahkan sampai rela turun dari kamarnya dan keluar dari apartemen ini. Ia mendekati cahaya itu dan ia terjebak di sebuah kerajaan. Tapi sekarang ia sudah kembali.
Gadis itu menyentuh wajahnya. Ada bekas air mata. Ia sempat mengira yang ia alami adalah mimpi, tapi bekas air matanya bahkan masih basah. Gadis itu benar-benar baru berpisah dengan seseorang yang ia cintai. Tapi rasanya aneh. Ia tidak merasa sedih lagi sekarang. Kalau memang yang ia alami adalah kenyataan, seharusnya masih ada sisa perasaan luka. Namun ia tidak merasakan apa-apa. Seperti sosok lelaki itu adalah orang asing.
Gadis itu beranjak berdiri. Ia mengganti bajunya dan mengambil pakaiannya untuk kuliah. Ia membersihkan diri, mengganti pakaian, dan sarapan. Rasanya kehidupannya kembali normal.
"Hei, Odelia! Kau tidur cepat ya? Aku telepon berkali-kali tidak kau angkat!"
Saat gadis itu tiba di kampusnya, seorang gadis merangkul bahunya dan langsung mengomel. Benar, kehidupannya sudah kembali seperti biasa. Ia kembali menjadi 'Odelia' yang seorang mahasiswa, bukan penyihir yang melindungi sebuah kerajaan.
"Padahal aku punya sebuah hal penting! Tapi jadi tidak penting lagi."
Odelia menatap gadis itu. Ia ingat gadis ini, sahabatnya yang paling dekat.
"Maafkan aku, aku sangat mengantuk semalam," Odelia tersenyum.
"Eh lihat! Anak klub musik sedang tampil. Ayo kita lihat sebentar sebelum masuk ke kelas."
Odelia ditarik ke sebuah kerumunan. Tidak terlalu ramai, jadi mereka dapat tempat di depan. Mereka langsung larut dalam penampilan kelima lelaki yang sibuk menampilkan sebuah lagu.
"Wah ada Kanghyun! Lihat tuh lelaki yang kau suka sedang bermain gitar dengan serius."
"Minhee!" tegur Odelia malu karena suara Minhee pasti bisa terdengar oleh lima lelaki yang tampil ini.
Pandangan Odelia bertemu dengan pandangan Yonghoon. Mereka sama-sama terkejut. Benar juga kalau dipikir-pikir ia bisa merasa familiar karena ia ternyata sekampus dengan lima lelaki 'prajurit pasukan khusus' dan sering melihat mereka tampil! Pantas saja sekalinya mereka tampil, Odelia mulai merasa familiar dan teringat akan memorinya tentang penampilan mereka.
Begitu mereka bertatapan cukup lama, Yonghoon mulai berjalan mendekat pada Odelia. Ia menjauhkan bibirnya dari microphone dan berbisik di telinga Odelia, di tengah penampilannya.
"Kau gadis itu kan? Odelia, benar? Temui kami di kedai kopi seberang setelah kelasmu berakhir. Kami akan menunggu di sana dengan enam teman kami. Aku yakin ada banyak hal yang harus kita bicarakan."
Yonghoon menjauhkan wajahnya dari telinga Odelia. Ia tersenyum seolah tidak terjadi apa-apa dan langsung terdengar teriakan riuh dari penonton yang lain.
"Pacarnya ya?"
"Wah beruntung sekali bisa memiliki Yonghoon."
"Lihat tadi bagaimana Yonghoon berbisik dengannya! Sepertinya Yonghoon pacar yang romantis."
KAMU SEDANG MEMBACA
HERO (ONEUS & ONEWE)
FanfictionGadis ini tidak sengaja membeli sebuah buku dari seorang penjual yang tampak sudah tua. Enam lelaki ini-Ravn, Seoho, Leedo, Keonhee, Hwanwoong, dan Xion-juga tidak sengaja membeli sebuah buku dari sebuah toko barang antik. Dan lima lelaki ini-Yongho...