23

249 69 16
                                    

Seoho sampai di istana dua hari lebih cepat sebelum hari ulang tahun kerajaan. Ia pun menjadi perwakilan lagi. Dan karena ada waktu, Odelia mengajak Seoho untuk bertemu. Lelaki itu benar-benar senang dan bahkan memberikan usaha ekstra untuk pakaiannya. Ia memakai pakaian terbaik selain setelan untuk pesta kerajaan. Mungkin ia berlebihan, tapi sudah lama tidak bertemu gadis ini, ia harus tampil dengan sangat baik.

"Kita akan ke mana?" tanya Seoho begitu Odelia menghampiri kamarnya.

"Di dekat sini ada taman. Ada yang ingin aku bicarakan."

Seoho langsung memegang dadanya. "Apakah ini kabar baik, atau kabar buruk?"

"Kabar baik dan kabar buruknya tergantung pada respon Pangeran. Mari."

Odelia berjalan mendahului dan Seoho menjadi was-was untuk mengikuti Odelia. Lelaki itu sempat ingin mundur dan tidak jadi pergi saja. Espresi Odelia tidak terlihat baik, jadi Seoho cukup khawatir. Tapi ia akan menghadapinya. Apa pun yang disampaikan, ia akan menerimanya dengan lapang dada.

"Aku sudah meminta pelayan untuk menyiapkan ini. Ayo duduk dulu, ada teh juga, aku sengaja memilih teh favorit Pangeran."

"Lady Odelia, langsung katakan saja. Aku tidak tahan menunggu lebih lama lagi. Aku sudah lelah menebak-nebak."

Odelia menarik napas panjang dan mulai bercerita. Ia sudah menyiapkan apa yang harus dikatakannya, jadi Odelia tinggal memastikan tidak ada yang tertinggal. Sesekali ia memperhatikan respon Seoho. Lelaki itu terlihat mendengarkan dengan serius, tapi tidak terlihat ada perubahan ekspresi yang signifikan.

"Itulah yang ingin aku sampaikan, bagaimana menurut Pangeran? Lebih baik kita selesaikan hari ini juga. Apakah Pangeran ingin melanjutkan lamarannya atau ingin melupakannya? Jujur saja, tidak apa. Dan minum saja tehnya, Pangeran pasti terkejut."

"Apakah kau memiliki perasaan padaku, Lady? Karena aku melamarmu berdasarkan aku memang memiliki perasaan."

"Aku percaya perasaan akan tumbuh seiring berjalannya waktu. Dan aku butuh untuk memastikan kepada siapa hatiku harus aku berikan."

"Aku butuh waktu untuk berpikir," kata Seoho akhirnya.

"Ambillah waktu sebanyak-banyaknya. Aku juga masih harus belajar untuk menjadi Ratu. Karena pilihan apa pun itu ujungnya akan sama."

"Semoga beruntung."

Odelia tersenyum. Pasti Seoho bingung. Perasaan bagaimana pun tidak akan bisa menembus hal serumit ini. Kalau Odelia memang anak kandung dari seorang Duke, masih mending. Tapi Raja tidak akan rela anaknya pindah ke kerajaan lain dan Odelia juga ingin tetap berada di sini.

"Maaf, Pangeran malah jatuh cinta padaku. Semoga dengan mengetahui latar belakangku, Pangeran bisa berpikir lebih baik lagi. Bisa jadi pelajaran juga untuk memperhatikan latar belakang seseorang sebelum menikahinya," Odelia tersenyum sebelum ia berpisah dengan Seoho. "Berhati-hatilah saat kembali ke kamarmu. Aku sudah ditunggu pengawalku. Sampai jumpa saat pesta ulang tahun kerajaan."

"Aku bukannya tidak terima dengan kenyataan itu. Aku tidak keberatan kau anak dari siapa. Tapi kalau kau mengemban tanggung jawab sebagai putri mahkota di sini dan kita menggabungkan kerajaan kita pasti akan sulit. Tapi aku akan berusaha. Aku masih punya beberapa bulan lagi sebelum satu tahun ini berlalu kan? Aku akan berusaha melakukan yang terbaik. Dan saat aku sudah pantas, aku akan datang untuk melamarmu. Tolong jangan menikah dengan Pangeran Ravn. Denganku saja. Dan sampai saatnya tiba, ayo kita sama-sama berusaha!"

Kalimat Seoho membuat Odelia terkejut. Ia tidak menyangka Seoho masih akan menerima dirinya. Pastinya lelaki ini sangat tulus. Odelia memperhatikan sorot mata lelaki itu, ekspresinya, dan seluruhnya yang ada pada Seoho, ia tampak bersungguh-sungguh. Pastinya Seoho selama ini mengalami kehidupan yang aman dan damai di kerajaannya sehingga ia sangat ekspresif.

HERO (ONEUS & ONEWE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang