"Ayo kita akhiri dengan cepat."
Ophelia tampak terkejut dengan kalimat Leedo yang terdengar ketus.
"Kau tidak mau berdansa denganku ya?"
Leedo menatap Ophelia di depannya dan ia jadi serba salah. Bahkan Leedo juga tidak bisa ketus lama-lama jika itu kepada Tuan Putri. "Bukan begitu. Aku datang dengan pasanganku malam ini. Aku tidak ingin ia menunggu lama."
"Tapi pasanganmu sudah bersama lelaki lain."
Leedo melirik ke salah satu sisi ruangan. "Hwanwoong hanya menemani. Lihat saja interaksi mereka tidak terlihat ada unsur aneh. Aku yakin Hwanwoong tidak akan menyentuh pasanganku."
"Ternyata Nona Odelia segampang itu mencari lelaki lain ya."
"Jangan bicara sembarangan. Rumah kami tidak jauh dan kami sering berpapasan. Secara natural kami sudah dekat dengan satu sama lain. Kalau Tuan Putri lupa, kami juga yang menemukannya tersesat."
"Seharusnya kalian langsung menghabisinya di tempat."
"Lama-lama kepribadianmu tidak mencerminkan seperti seorang Tuan Putri seharusnya," sindir Leedo. "Sejak kapan Tuan Putri berubah seperti ini?"
"Sejak aku merasa apa yang aku miliki direbut. Bahkan ayahku selalu membicarakannya sepanjang hari. Selalu bertanya pada Zoe tentang keadaannya. Yang sebenarnya anak Raja siapa?"
"Tenanglah. Ia hanya orang tersesat. Ia tidak memiliki siapa-siapa. Dan ia pun tidak pernah memiliki niat untuk merebut apa yang Tuan Putri miliki. Malah aku rasa, Tuan Putri yang merebut apa yang ia miliki."
"Aku tidak merebut? Kalau kau ingin membahas kejadian pesta enam bulan lalu, Seoho selalu menawarkanku untuk berdansa namun aku tidak pernah menerimanya. Jadi aku sudah berniat untuk mengajaknya. Dan tentang Kanghyun juga begitu. Setiap aku mengajak seseorang itu karena aku ingin, bukan karena Nona Odelia habis berdansa dengan mereka."
"Lalu kenapa Tuan Putri mengajakku?"
Gerakan dansa masih berlanjut, namun Ophelia hanya bisa bungkam. Leedo berusaha tersenyum walaupun wajahnya terlihat dingin.
"Aku tidak ingat Tuan Putri pernah terlihat menyedihkan seperti sekarang."
"Aku tidak menyedihkan," kilah Ophelia dengan air mata yang mulai menggenang
"Hei, jangan menangis. Orang-orang akan memandangku dengan buruk."
"Lalu kenapa kau bicara sejahat itu padaku?"
"Aku hanya mengingatkan Tuan Putri, bahwa walaupun Tuan Putri bisa meminta pada Yang Mulia Raja apa saja, tidak membuat semua orang adalah milik Tuan Putri. Tolong ingat baik-baik."
"Tapi kita kan teman? Lantas karena kedatangan Nona Odelia aku tidak bisa berdansa dengan temanku?"
"Bukan begitu maksudku. Tapi ada banyak prajurit lain. Ada banyak bangsawan lain. Tuan Putri juga tahu kan bahwa tidak baik mengajak pasangan orang lain berdansa? Apalagi sampai menggunakan kekuasaan seperti itu," jelas Leedo berusaha sabar.
"Aku tidak melihat hal itu salah. Kalian hanya pasangan pada pesta ini, bukan pasangan betulan. Boleh saja jika aku ingin mengajakmu berdansa."
"Aku hanya tidak mengerti kenapa malam ini Tuan Putri tiba-tiba ingin berdansa denganku padahal hubungan kita juga bukannya sedekat itu. Aku juga bukan salah satu yang memiliki perasaan pada Tuan Putri."
"Tapi kau dulu menyatakan perasaanmu?"
"Benar. Tapi aku sudah tidak memiliki perasaan apa-apa lagi. Waktu itu hanyalah bentuk perasaan kagum. Karena bagiku Tuan Putri terlihat hangat dan bijaksana. Aku harap Tuan Putri kembali ke sosok itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
HERO (ONEUS & ONEWE)
FanfictionGadis ini tidak sengaja membeli sebuah buku dari seorang penjual yang tampak sudah tua. Enam lelaki ini-Ravn, Seoho, Leedo, Keonhee, Hwanwoong, dan Xion-juga tidak sengaja membeli sebuah buku dari sebuah toko barang antik. Dan lima lelaki ini-Yongho...