Isi kereta kuda menjadi hening. Hanya suara kusir dan langkah kaki kuda saja yang terdengar. Odelia sedikit menyesal dengan pertanyaannya. Namun sebelum ia meralat, Hwanwoong lebih dulu buka suara.
"Pertama, aku meminta maaf karena ulah teman-temanku kau jadi berpikir begitu."
"Hwanwoong, sudah lupakan saja."
"Dan yang kedua, intensiku berbuat baik itu tergantung padamu mengartikannya," ucap Hwanwoong ringan. "Aku tahu selama ini kau mulai menerka-nerka tentang apa niat mereka. Memang, mereka mungkin memproyeksikan perasaan mereka pada Tuan Putri kepadamu."
"Hal itu sedikit sulit untukku," keluh Odelia. "Aku memang merasa bersyukur sudah diselamatkan, namun Yonghoon terutama, memperlakukanku terlalu dekat. Aku tidak nyaman."
"Aku akan mengatakannya pada mereka."
"Jangan, aku takut mereka sakit hati. Dan aku sudah menceritakan hal ini pada Seoho juga."
"Ah, Seoho. Cukup mengherankan kenapa Tuan Putri mengajak Seoho berdansa padahal selama ini selalu menolak atau menganggap Seoho tidak ada. Apa mungkin ia merasa kau adalah saingan?"
"Jangan bercanda, Hwanwoong. Masa Tuan Putri merasa terancam dengan aku yang tidak ada apa-apa?"
"Kemiripanmu dengannya, dan kau dekat dengan orang-orang yang mengaguminya, hal itu bisa membuat bahkan Tuan Putri iri."
"Aduh, aku jadi tidak enak. Aku kan tidak ada niat untuk itu sama sekali. Lagi pula aku dekat dengan mereka kan karena rumah yang tidak terlalu jauh dan sering berpapasan," Odelia jadi sedikit panik dengan ucapan Hwanwoong.
Hwanwoong tertawa. "Santai saja. Memang harus ada yang menyadarkan Tuan Putri bahwa ia tidak bisa memiliki semuanya."
"Kedengaran jahat. Semoga saja Tuan Putri tidak salah paham denganku. Posisiku jadi serba salah. Tapi kenapa Tuan Putri memberikan hadiah sebanyak ini?"
"Ini semua dari Yang Mulia Raja. Sepertinya Yang Mulia menganggapmu seperti anaknya, karena mirip, jadi memberikan hadiah sebanyak ini."
"Hwanwoong! Semakin berbicara denganmu aku jadi semakin merasa tidak nyaman."
"Yang aku bicarakan semuanya fakta. Terserah mau percaya atau tidak."
"Aku berharap yang kau katakan tidak benar," Odelia menghela napas. "Oh ya, aku dengar kita diberikan hari libur untuk istirahat?"
"Benar, namun ujungnya tidak bisa beristirahat tanpa penjagaan. Tapi biasanya Zoe akan membuat pelindung yang akan bertahan tiga hari supaya kita semua bisa beristirahat," jelas Hwanwoong.
"Pantas saja dia pergi tadi."
"Benar, namun sebagai gantinya ia harus beristirahat penuh selama tiga hari karena kekuatan itu memakan hampir semua energinya."
"Terdengar menyeramkan. Apakah tidak apa untuk Zoe?"
"Tidak apa-apa. Ia memang selalu mengorbankan dirinya untuk kerajaan. Ia sebenarnya adalah penasihat Raja dari beberapa generasi sebelumnya."
"Apa? Jadi Zoe bukan seumuran kita?'
"Fisiknya memang seumuran kita, tapi umurnya kurang lebih seumuran dengan kakek buyut kita."
"Masa?!" seru Odelia terkejut. "Bagaimana bisa ia semuda itu?"
"Penyihir memang biasanya berumur panjang. Tapi tidak banyak yang tahu umur asli Zoe. Bahkan tidak semua dari kita tahu. Jadi sebaiknya kau juga tidak membicarakan itu."
Odelia mengangguk. "Baiklah."
Tanpa terasa kereta kuda sudah berhenti. Hwanwoong beranjak turun. Ia mengulurkan tangannya untuk Odelia. Langsung saja Odelia menyambut uluran tangan Hwanwoong dan turun dengan hati-hati bersama sapu terbang dan tas milik Seoho.
KAMU SEDANG MEMBACA
HERO (ONEUS & ONEWE)
FanfictionGadis ini tidak sengaja membeli sebuah buku dari seorang penjual yang tampak sudah tua. Enam lelaki ini-Ravn, Seoho, Leedo, Keonhee, Hwanwoong, dan Xion-juga tidak sengaja membeli sebuah buku dari sebuah toko barang antik. Dan lima lelaki ini-Yongho...