22

244 64 10
                                    

"Keonhee, tadi Pangeran Ravn menceritakan soal pembatalan perjodohannya. Ia menceritakan tentang alasannya, dan juga hal-hal yang sedang ia alami."

"Aku sudah dengar. Bagaimana perasaanmu? Ia sudah tidak mencintai Celina lagi karena sudah mengetahui apa motif Celina mendekatinya."

Odelia menggeleng dan menyandarkan kepalanya di atas bahu Keonhee. "Aku tidak merasa senang. Aku malah bingung apa yang harus aku lakukan ke depannya. Apakah pantas jika aku menjadi ratu? Apakah sebaiknya aku menerima lamaran Pangeran Seoho dengan statusku sebagai anak Duke? Atau apakah harus kembali ke rencana awal aku menikahi Ravn? Atau bagaimana kalau aku dengan posisi putri mahkota menikah dengan Pangeran Seoho?"

Keonhee meraih tubuh Odelia dan membaringkannya dengan kepala gadis itu di atas pangkuannya. "Sudah malam. Kau selalu berpikir aneh-aneh saat malam. Bagaimana kalau tidak ada aku?"

"Justru karena ada kau. Karena aku tahu kau bisa memberi saran atau menghiburku," Odelia mengangkat tangannya dan mengelus pipi Keonhee.

Keonhee mengusap kepala Odelia. "Sepertinya tahun ini berat untukmu ya? Sepertinya kau tidak ada bersenang-senang lagi."

Odelia terkekeh. "Benar juga. Tahu-tahu saja Ravn membatalkan perjodohan, lalu aku harus berusaha supaya diakui. Dan jadinya aku disibukkan dengan pekerjaan Ratu. Kalau aku menjadi Ratu, aku tidak akan punya waktu untuk hal lain lagi. Sepertinya aku membutuhkan sosok sepertimu. Tapi kau malah akan pergi kalau aku sudah bahagia. Aku pura-pura tidak bahagia saja."

Keonhee ikutan tertawa melihat tawa dan mendengar kalimat asal Odelia. "Andai saja aku nyata. Aku bisa terus ada di sisimu. Menjadi penasihatmu mungkin?"

"Ide bagus. Aku memang membutuhkanmu. Kalau kau tidak muncul aku mungkin akan gila. Aku bersyukur kau muncul dan selalu menemaniku. Jadi aku bisa melalui ini semua."

"Bukan hal besar. Dan aku sedang mengusahakan untuk itu."

"Maksudnya?"

"Akhirnya si tua itu tahu bahwa ia sudah salah memberikan hukuman padaku. Sebenarnya bukan aku yang menggoda malaikat, tapi seorang sahabatku. Aku sok melindunginya dan aku kena batunya. Malaikat yang terkutuk itu sudah ditemukan bersama kekasihnya dan akhirnya mereka dihukum. Aku juga sepertinya akan dihukum karena sudah berbohong pada langit, tapi mereka berjanji akan membuatku nyata kembali. Sayangnya aku tidak tahu apakah aku siap dengan hukuman yang baru. Mungkin aku akan menjadi nyata tapi tidak dalam waktu yang lama? Atau mungkin aku sudah tidak memiliki keharusan menjalankan misi atau sejenisnya? Aku harus tetap ingat bahwa ada hukuman yang akan aku jalani. Ini risikonya. Tapi aku akan berusaha untuk meraih hanya hal baik."

Odelia mengambil tangan Keonhee dan menggenggamnya. "Aku akan membantumu. Menurutku kau tidak salah karena sudah melindungi seseorang yang kau anggap berharga. Katakan jika kau butuh sesuatu, atau seseorang mungkin? Aku akan berusaha untuk itu. Ke ujung dunia pun aku akan membantumu."

"Tapi aku melindunginya dari perbuatan dosanya. Jadi aku juga berdosa. Tak apa, tidak usah kau pikirkan. Lebih baik kau beristirahat. Ingat, aku penjagamu. Aku yang harus membantumu, bukan sebaliknya. Lagi pula aku baik-baik saja dan aku harus bertanggungjawab pada keputusanku."

"Aku jadi khawatir. Semoga hukumanmu tidak berat. Aku akan berdoa untuk itu."

Keonhee tertawa. Ia mencubit hidung Odelia. "Terima kasih. Nah ayo tidur."

Keonhee menggendong Odelia ke tempat tidur dan membaringkannya. Jangan heran bagaimana tubuh kurus Keonhee mampu melakukannya, karena tubuh Odelia jauh lebih kecil darinya. Kemudian seperti biasa Keonhee langsung berbaring di sebelah Odelia. Hal ini sudah berupa rutinitas, dan Odelia menikmati perhatian Keonhee. Walaupun ia merasa bersalah karena Keonhee selalu menggendongnya saat ia ketiduran di sofa. Tapi sepertinya Keonhee tidak keberatan untuk itu.

HERO (ONEUS & ONEWE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang