17

240 68 10
                                    

Odelia membuka matanya dan betapa terkejutnya ia saat mendapati ada sosok lelaki yang sedang memejamkan mata di atas kasurnya. Odelia nyaris berteriak sebelum ingatan kejadian kemarin mulai memasuki kepalanya. Bagaimana bisa Odelia lupa? Ini adalah sosok yang mengaku sebagai penjaganya.

"Keonhee," panggil Odelia pelan.

Lelaki itu membuka matanya. "Kau sudah bangun. Bagaimana perasaanmu?"

"Kalau bukan karena kehadiranmu aku pasti sudah menyangka aku bermimpi. Tapi aku baik-baik saja. Aku bisa apalagi?"

"Ayo, kau harus bersiap-siap, dan ngomong-ngomong aku akan ke istana dulu."

"Mau apa di istana?"

"Aku harus melihat bagaimana reaksi Raja dan apa yang akan ia lakukan selanjutnya."

Belum Odelia merespon, Keonhee sudah menghilang melalui lukisan yang ada di kamar Odelia. Lelaki itu dapat berpindah tempat melalui lukisan. Tapi karena Raja ia bisa keluar dari lukisan. Keonhee berpindah ke lukisan di kamar Raja dan ia langsung memperlihatkan dirinya.

"Keonhee, bagaimana kabarnya?" Raja langsung bertanya cepat.

Keonhee sudah menjadi penjaga bagi Odelia sejak lama sekali, melalui lukisan di kamar Odelia, di ruang belajarnya, dan juga di koridor. Lelaki itu awalnya hanya penasaran saat tidak sengaja menyaksikan pengakuan Raja. Tapi ia tidak menyangka rasa penasaran itu menjadi rasa kasihan yang membuat lelaki itu ingin melindungi. Sampai ia malah nekad menunjukkan dirinya.

"Sepertinya keadaannya cukup buruk karena Ravn."

Raja menggeleng-gelengkan kepalanya. "Ah Ravn, hanya karena seorang yang tidak jelas ia melepaskan hal baik. Apa sebaiknya anak itu aku pilih jadi penerusku saja? Mungkin aku harus membiarkan Ravn memilih antara tahta atau wanitanya."

"Tapi di sisi lain ada kabar baik, aku rasa."

"Apa itu?" tanya Raja.

"Seoho melamarnya. Hal itu membuatnya bingung, tapi sepertinya lebih baik jika Odelia dibiarkan sejauh mungkin dari sini. Sepertinya ide baik untuk membiarkannya bersama Seoho."

"Tapi Keonhee, akhir-akhir ini aku selalu bermimpi sang Duchess. Sepertinya ia sedang mengingatkanku dari langit bahwa aku harus menerima dan mengakui anak itu."

"Raja, yang kau sebut 'anak itu' memiliki nama," Keonhee mengingatkan.

Raja menunduk. "Tapi aku tidak bisa memanggilnya dengan nama yang dipilih oleh Duke Bennett."

"Baiklah, kalau begitu aku akan tetap menjaga Odelia. Tidak ada salahnya membiarkan ia pergi sejauh mungkin. Kasihan ia tampaknya tersiksa dengan obsesi ayahnya."

"Ya sudah, kembalilah."

Keonhee masuk ke dalam lukisan dan berpindah ke lukisan di kamar Odelia. Ia keluar dan tampaknya gadis itu belum selesai bersiap-siap. Keonhee membuka jendela kamar Odelia dan duduk di tepinya. Ia bersandar di kusen jendelanya. Kalau saja ia nyata, Keonhee akan lebih memilih mengajak Odelia kabur. Seoho ataupun Ravn, tidak ada yang bisa menjaga Odelia sebaik dirinya.

"Kau sudah kembali!"

"Benar, Raja tidak terlihat senang."

"Aku tidak mengerti. Kalau dipikir-pikir kenapa aku harus bersama Ravn? Kalau Ayah, sepertinya supaya ia tidak melihatku lagi. Kalau Yang Mulia Raja, aku tidak tahu apa alasannya. Kan kalau Ravn dibiarkan memilih ia mungkin lebih bahagia. Tampaknya Yang Mulia Raja juga lebih menyayangi Ravn daripada aku."

Keonhee tersenyum. Odelia tidak mengetahui apa yang ia ketahui. Kedua sosok ayahnya sama-sama menyayangi Odelia. Walaupun Duke Bennett tampak cuek dan kejam, sebenarnya pria itu sudah menerima Odelia. Dan ia yang paling tau apa yang pantas didapatkan Odelia. Gadis itu seharusnya adalah seorang tuan putri, jadi di istana adalah tempatnya seharusnya. Dan kalau Raja, pria itu pun sedang belajar menerima Odelia. Ia ingin gadis itu berada di dekatnya. Tapi keduanya sama-sama tidak bisa menunjukkan perasaan itu.

HERO (ONEUS & ONEWE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang