24

224 66 21
                                    

Pertemuan hari ini berjalan baik, bahkan Raja dan Ratu langsung menyukai Odelia dan ingin langsung membicarakan tanggal pernikahan. Seoho sangat malu sehingga langsung meminta Raja dan Ratu untuk pulang. Dan sebelum pulang, mereka menawarkan pada Odelia untuk sering-sering berkunjung. Odelia masih harus mempelajari politik dan budaya di kerajaan itu.

Odelia menyetujui. Ia tersenyum dan mengatakan pada orangtua Seoho untuk berhati-hati di jalan. Mereka dengan ramah juga menyemangati Odelia, terutama Ratu yang menginginkan untuk memiliki anak perempuan tapi memiliki kewajiban untuk melahirkan anak lelaki.

"Akhirnya pergi juga," Seoho menghela napas lega. "Maaf ya, mereka memang suka begitu, Tuan Putri."

"Aduh, Pangeran Seoho, berhenti memanggilku begitu!" Odelia protes dan Seoho hanya tertawa.

"Kau harus membiasakannya. Mau jalan-jalan sebentar?"

"Ke mana?" tanya Odelia heran.

"Mengelilingi istana saja. Atau kau ingin berjalan keluar?"

"Tidak usah, berjalan di sekitar sini juga tidak apa-apa," Odelia menyetujui.

Mereka mulai berjalan beriringan dan tidak sengaja berpapasan dengan High Priest yang sedang berjalan pulang. Mereka sama-sama memberikan salam.

"Kalau dilihat seperti ini ternyata kalian cocok juga. Semoga acara pernikahannya berjalan lancar. Aku sedikit sibuk, aku pamit dulu."

"Terima kasih banyak," ucap Odelia dan Seoho bersamaan.

Benar, bahkan High Priest sudah menyetujui untuk pernikahan Odelia dengan Seoho. Rasanya aneh, setelah hidupnya dikacaukan Ravn, Odelia malah mendapatkan hal lain, yang ia rasa malah lebih baik lagi. Seoho adalah lelaki terbaik yang mungkin seseorang miliki. Di antara banyak Raja yang memiliki selir, hanya ayah Seoho yang tidak memiliki, jadi Seoho bertekad hal yang sama. Bahwa ia ingin hanya Odelia satu-satunya perempuan yang ia cintai sampai akhir hayat. Soal kewajiban memiliki pura mahkota, mereka akan tetap mengusahakan untuk itu tanpa harus memiliki selir atau sejenisnya.

"Bukankah ini semua tidak bisa dipercaya?" mulai Odelia setelah tidak ada percakapan selama beberapa saat.

"Menikah denganku adalah sesuatu yang tidak bisa kau percaya?"

Odelia mengangguk. "Dari kecil aku sudah diajarkan aku akan menikah dengan Pangeran Ravn. Jadi rasanya tidak bisa dipercaya saja aku akan menikahi seseorang selain dengannya."

"Apakah kau bahagia? Apakah kau suka dengan ide itu?"

"Aku rasa aku mulai menyukainya. Terima kasih, Pangeran. Ke depannya tidak akan gampang, tapi terima kasih karena sudah ingin berjuang bersamaku."

"Seharusnya aku yang mengatakan itu."

Odelia hanya tersenyum, tidak merespon.

"Ngomong-ngomong, apakah aku boleh minta sesuatu?"

"Tentu, silakan saja Pangeran."

Seoho mengangkat tangannya, mengulurkannya pada Odelia. "Bisakah kita berjalan sambil bergandengan?"

Odelia menerima uluran tangan Seoho. "Kenapa tidak?"

Mereka mulai berjalan sambil bergandengan. Rasanya sedikit memalukan terutama saat berpapasan dengan beberapa orang di istana. Tapi ke depannya pun ini adalah pemandangan yang akan sering dilihat.

Mereka lanjut mengobrol, membahas hal-hal ringan. Seperti bagaimana Odelia menyukai kamarnya, supaya Seoho bisa menyiapkan di istananya. Seoho juga banyak bercerita tentang kerajaannya dan berjanji akan memberikan beberapa buku untuk Odelia mempelajari tentang politik dan segala hal tentang kerajaannya.

HERO (ONEUS & ONEWE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang