12

275 69 14
                                    

Solusi tentang teror yang terjadi tentang ancaman penculikan Tuan Putri tidak juga didapatkan. Semakin dibicarakan solusinya akan kembali lagi pada menjadikan Odelia sebagai umpan. Di tengah-tengah situasi yang kacau malah dikirim sebuah surat lagi. Surat itu muncul di atas nakas Tuan Putri. Tidak ada yang tahu bagaimana surat itu bisa ada di sana. Mulai ada dugaan adanya pengkhianatan di sini dan situasi semakin kacau.

'Tidak sabar menantikan ulang tahun Raja, bukan? Sama. Karena pada saat Raja ulang tahun, Tuan Putri yang cantik akan berada dalam pelukanku.'

Ulang tahun Raja tinggal dua minggu lagi. Dengan sempitnya waktu, semuanya menjadi sangat sensitif. Zoe tidak lagi mengajarkan Odelia latihan, begitu pula Leedo. Lelaki itu malah menjauhi Odelia sama sekali. Satu-satunya yang bisa meredakan kemarahan Leedo hanyalah Odelia yang mengatakan bahwa ia menolak rencana Zoe.

Tapi Odelia pun sudah merasa bahwa rencana Zoe adalah yang terbaik. Ia bahkan mulai latihan sihir dengan lebih intensif sendirian. Dan juga belajar tentang tata krama dan segala hal tentang bangsawan. Meskipun tidak ada kabar bahwa rencana Zoe diterima, Odelia hanya ingin mempersiapkan dirinya jika kemungkinkan buruk terjadi.

Sebuah ketukan di pintu rumahnya terdengar. Sudah larut malam. Odelia bahkan sudah memakai gaun tidur. Namun ia tidak bisa membiarkan tamu larut malam ini menunggu. Jadi Odelia membukakan pintu dan terkejut melihat salah satu ksatria Raja yang datang.

"Yang Mulia Raja memintaku untuk menjemput Nona. Ada sebuah rapat penting yang akan dilangsungkan. Apakah Nona bersedia untuk hadir?"

"Tentu, tapi aku harus mengganti pakaianku, maukah Tuan menunggu?"

"Silakan ambil waktu sebanyak yang Nona butuhkan."

Odelia kembali masuk dan mengganti pakaiannya. Sebenarnya ia kaget karena ksatria Raja datang menjemputnya secara personal. Pasti mau membahas tentang solusi atas ancaman penculikan Tuan Putri. Mungkin Raja menerima solusi Zoe.

Odelia berjalan keluar dengan sapu terbangnya. "Aku akan naik sapu terbang saja. Jadi silakan berjalan duluan," ucap Odelia pada ksatria yang menunggu di depan pintu.

"Oh, baik, Nona. Kalau Nona tiba terlebih dulu langsung saja ke ruang rapat ya."

"Baik, Tuan."

Lelaki itu naik ke kudanya dan mulai berjalan menuju istana. Odelia mengunci pintu rumah dan mulai terbang menuju istana. Jantung Odelia berdebar, ia pun tidak tahu harus melakukan apa jika rencana Zoe memang diterima. Terselip juga rasa takut, tapi Odelia meyakinkan bahwa kalaupun dirinya tidak ada, tidak akan ada yang berubah.

Odelia masuk ke ruang rapat dan terlihat beberapa orang penting sudah menunggu. Odelia membungkuk lalu ia berjalan menuju satu-satunya kursi yang kosong. Dan di antara banyak kursi, malah di sebelah Leedo. Odelia tersenyum menyapa Leedo, namun lelaki itu malah membuang muka.

"Terima kasih karena sudah menyempatkan hadir walaupun waktu sudah larut," mulai Raja. "Urusan ini cukup mendesak dan harus diputuskan secepat mungkin. Semuanya pasti masih ingat bukan hampir seminggu lalu kita sempat bertemu untuk rapat? Karena kondisi semakin buruk, aku tidak memiliki pilihan selain menerima ide dari Nona Zoe."

Odelia melirik Leedo dan lelaki itu tampak menunduk sambil mengepalkan tangannya. Tampaknya lelaki ini marah. Odelia ingin meraih tangan Leedo untuk menenangkan lelaki itu, tapi tampaknya ini bukan situasi yang tepat.

"Nona Odelia apakah Anda bersedia?"

Suara dari Raja membuyarkan lamunan Odelia. Namun pasti masih membahas soal rencana Zoe.

"Aku bersedia, Yang Mulia."

"Syukurlah," Raja menghela napas panjang. "Detailnya akan menyusul. Besok kita akan membicarakan hal ini lebih lanjut. Dan aku harap anggota pasukan khusus akan menjaga Tuan Putri karena sementara Tuan Putri akan tinggal di rumah Nona Zoe. Apakah kalian bersedia?"

HERO (ONEUS & ONEWE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang