Gadis yang membawa ransel merah maroon melangkahkan kakinya keluar gerbang sekolah. Kalung dengan liontin berbentuk huruf A menggantung menghiasi lehernya.
Alnara Kezia.
Gadis pemilik iris mata coklat dengan rambut panjang sepunggung. Siapa pun kaum adam yang menatapnya pasti akan tersenyum seperti terhipnotis. Lekukan wajahnya yang terlihat sangat manis tentu saja membuat gadis itu dikagumi banyak laki-laki.
Begitu sampai di gerbang sekolah, Nara menemui sahabatnya dan langsung mengeluarkan semua kekesalannya yang sejak tadi dia pendam ketika keluar dari ruang guru.
"Sarah, sorry ya nunggu lama. Abis gara-gara Bu Yanti tuh, nyuruh gue kaya pembantunya dia. Mending kalo dibayar, lah ini dapet capek doang kan kes--" belum sempat meluapkan semua emosinya, mulutnya sudah dibekap dengan tangan temannya itu.
"Sttt, udah nanti aja lo lanjutin marahnya. Kita udah ditungguin sama yang lain nih."
Nara hanya mengangguk setuju yang kemudian tangannya sudah ditarik oleh Sarah.
👑 👑 👑
Nara dan Sarah berjalan menuju Cafe dekat sekolah. Mereka berdua membicarakan banyak hal selama perjalanan. Keduanya memang memilih untuk tidak menggunakan kendaraan. Karena letak Cafenya memang tidak jauh dari sekolah.
Dalam perjalanan, tiba-tiba mereka berdua dikejutkan dengan apa yang sedang mereka lihat. Dari kejauhan, nampak sekelompok orang yang sepertinya sedang memukuli seorang laki-laki yang dalam penglihatan Nara, dia sudah sangat kebahisan tenaga. Laki-laki itu masih berusaha melindungi dirinya dari pukulan sekolompok orang tersebut.
"Eh, ada orang lagi dipukulin,tuh! Cepetan kita tolongin!" Nara berteriak sambil menarik tangan Sarah.
"Ngga usah deh, Ra. Ntar kita bonyok juga gimana? Udah, kita buruan ke Cafe aja." Sarah mencoba menahan dirinya yang sedang ditarik Nara.
"Tapi itu kasian. Gimana kalo dia kenapa-kenapa?"
"Jangan ikut campur lah, Ra. Gue takut nanti masalahnya malah kena ke kita."
"Yaudah kalo lo ngga mau. Lo tunggu sini, biar gue yang ke sana." Nara berlari menuju gerombolan orang di sana, meninggalkan Sarah yang masih bingung mau berbuat apa.
"Ehh, tunggu gue, Ra!" Sarah akhirnya berlari menyusul sahabatnya. Bagaimana pun kalau terjadi apa-apa pada Nara pasti dia juga yang repot. Belum lagi jalanan dalam keadaan sepi, mau teriak pun pasti tidak akan ada yang datang.
"Polisi! Ada polisi!" Nara berteriak mendekati gerombolan orang itu. Seketika semua yang ada di sana menoleh dan mulai tampak rusuh.
"Cabut, woi, polisi!"Salah satu dari mereka memberi komando kepada yang lain untuk cepat-cepat pergi. Sontak mereka semua berlari ke arah motornya masing-masing dan melaju meninggalkan tempat itu dengan suara deruman motor yang sangat berisik.
Setelah memastikan mereka semua pergi, Nara mencoba mendekati laki-laki yang sedang terduduk di aspal. Seragam sekolahnya sangat kotor dan berantakan.
Nara mendekat dan mengulurkan sebelah tangannya. Beberapa detik, cowok itu hanya melirik tangan Nara, tidak menerima bantuan dari gadis itu. Dia berdiri dan membersihkan jaketnya yang ikut kotor.
"Ditolongin ngga mau. Tangan gue ngga nular penyakit kali. Sombong banget," cibir Nara.
"Ngomong apa lo barusan?" cowok itu menatap Nara seperti akan membunuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFA'S QUEEN
Teen FictionAlfarez Galandra. Murid laki-laki yang memimpin geng motor paling disegani satu sekokah. Si ketua Thunder yang terjebak dalam dunia penuh rahasia milik gadis sederhana. Alnara Kezia. Dia gadis dengan sepasang manik mata cokelat terang. Menyimpan ser...