-Happy Reading!💋
Aku pergi toilet bukan semata ingin buang air atau basuh muka. Cuma Aku pergi kesini untuk menghilangkan rasa jenuh aja. Aku mencuci tanganku dan menggelap nya dengan tisu. Aku mendongak, menatap diriku sendiri dari pantulan cermin didepanku. Semenjak kejadian itu, Aku menjadi berubah total. Kini yang Aku lihat adalah wajah cantik tapi angkuh, ekspresi dingin tanpa senyum, hati sekeras batu tanpa ada rasa kasihan. Jelasnya tak ada mata kasihan bagi orang yang berbuat salah.
"Ini bukan diriku" gumamku. Sewaktu kecil, Aku menjadi seorang anak yang ceria dengan tawa dan senyuman yang selalu menghiasi wajahku setiap hari. Tak pernah terbesit sedikitpun, jika Aku akan tumbuh menjadi Gadis dingin seperti saat ini. Semua beban terasa berat dipundakku.
"Huffft! Stop! Berhenti memikirkan sesuatu yang akan buat Aku lemah!" tegasku pada diriku sendiri. Tak mau berlama lama, Aku langsung saja keluar dari toilet.
"Woy!"
"Aa!" teriakku refleks karena terkejut. Karena teriakanku cukup kencang, dengan sigap orang gila yang membuatku terkejut itu langsung membungkam mulutku dari arah belakang.
"Ssttt, kenapa pakai teriak" desisnya ditelingaku. Aku meotot atas sikapnya kepadaku. Dengan sangat kesal aku menginjak kakinya. Dan setelah itu tentu saja bungkaman dimulutku terlepas, dan Aku segera menoleh kebelakang.
"Lian!"
"Aa! Sstt... Sakit tahu!" geram Lian kepadaku.
"Bodo amat!" ujarku ketus kepadanya. Setelah itu Aku langsung saja pergi tanpa memperdulikan Lian. Sedangkan Lian mencoba menyusulku dengan kaki terseok seok karena masih sakit.
"Lisa, tungguin" serunya. Dan Aku tetap saja melangkah tanpa memperdulikan panggilannya dibelakang sana. Aku memilih duduk dibangku panjang ditepi lapangan basket, yang kebetulan lagi sepi. Menghela napas keras saat Aku sudah terduduk tepat dibangku itu, Ku selpnjorkan kakiku dengan tangan yang Aku pangku diatas paha.
"Kok lapangannya sepi ya... " kata Lian yang berhasil menyusulku dan kini ikut duduk disebelahku.
"Kalau belnya udah bunyi pasti ramai" jawabku setengah menyidir. Dan ku pastikan saat ini Lian tengah menatapku meskipun Aku tak menoleh kearahnya.
"Mau main nggak?"
Aku menoleh kearahnya.
"Main bola basket" katanya lagi dengan tersenyum, sedangkan bola matanya melihat kearahku dan kearah bola basket secara bergantian. Aku menoleh kearah bola basket yang tergeletak dekat ring.
"Lo mau dilempar sepatu sama Guru BP? Ini jam masuk, bukan jam istirahat"
Aku membenahi poniku dengan sedikit merapikannya dengan tanganku.
"Ooh... Kalau gitu, mending kita masuk kelas aja"
"Nggak. Lo aja" jawabku cepat dengan nada ketus.
"Seperti yang Lo bilang, ini jam masuk bukan jam istirahat. Dan sebaiknya memang saat ini Kita ada didalam kelas" tutur Lian padaku yang membuat Aku berdecak.
"Ck! Mau apa?? Mau nonton Lo di kerumuni anak cewek sekelas?" tanyaku sengit.
"Nggak juga... Kenapa Lo berpikiran gitu? Apa jangan jangan Lo cemburu?" tanya Lian balik. Dan itu semakin membuatku muak.
"Buat apa Gue cemburu!"
"Yaudah sih kalau memang nggak cemburu. Nggak usah nyolot gitu" ucap Lian. Dan itu membuatku bungkam. Aku mencermati setiap kata dan setiap nada yang baru beberapa detik tadi Aku ucapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Love [complete]
TeenfikceTidak ada yang berubah dari Lisa. Sifat angkuhnya tetap bertahan hingga ia dewasa. Hingga Lian kembali pulang ke Indonesia pun sifat Lisa tidak berubah. Akankah Lian mampu menaklukkan hati Lisa yang sudah mengeras? mungkinkah Cinta Lian akan di bala...