-Happy Reading!💋
Sewaktu Aku pulang. Mama dan Papa langsung menghampiriku dengan wajah khawatir yang tercetak jelas diraut wajah keduanya. Mereka memberondongku dengan banyak pertanyaan. Apalagi saat Aku berusaha membantu Lian untuk keluar dari Mobil, Mama dan Papa langsung terkejut melihat keadaan Lian yang bonyok bonyok. Papaku bergerak untuk menuntun Lian agar segera masuk kedalam rumah. Mama juga bergegas mengambilkan air hangat dengan membawakan obat P3K. Lian dibawa keruangan keluarga, Aku langsung duduk disamping Lian. Sedangkan Lian masih berdesis menyentuh dagunya yang sepertinya nyeri akibat pukulan dari kedua Preman tadi.
"Lian kenapa jadi seperti ini, Lisa?" tanya Mama yang baru datang dengan membawa obat P3K.
"Tahu nih... Kenapa bonyok bonyok gini?" sahut Papa yang mengintai luka luka diwajah Lian.
"Dikeroyok Preman" jawabku yang membuat Mereka melongo.
"Hah?!" kejut Mama dan Papa bersama.
"Kok bisa?" tanya Mama.
Aku langsung bergerak mengambil kain kompres dan mengambil es batu, lalu melibatkannya dalam kain itu.
"Panjang ceritanya. Udahlah... Mama sama Papa istirahat aja, biar Lisa yang ngobatin Lian"
Mama dan Papa tampak saling melempar pandang, seakan tak percaya dengan ucapanku.
"Kenapa? Lisa bisa kok ngobatin sendiri"
"Hm, yasudah... Kamu obati Lian. Dan Lian, kamu menginap saja malam ini. Lagi pula besokkan tanggal merahkan"
Lian mengangguk.
"Iya Om. Makasih ya Om, maaf kalau Lian merepotkan" kata Lian disela desissannya.
"Iya gapapa..."
"Tante sama Om istirahat dulu ya Lian. Dan Lisa, obati Lian dengan benar"
Aku hanya mengangguk kecil sebagai respon. Sebenarnya Aku masih sedikit kesal sama Mama. Tapi melihat ekspresi Mama yang khawatir tadi membuatku merasa jika Mama sangat perduli dan sangat mengkhawatirkan Ku.
"Lisa, kok bengong sih?!" ujar Lian dengan menyenggol lenganku. Aku langsung menoleh kearahnya kesal.
"Apaan sih?!"
"Ck, katanya mau obatin Gue. Gimana sih Lo!" semprot Lian dengan wajah cemberut. Aku hanya terdiam sejenak, karena memikirkan Mama Aku jadi lupa sama luka yang ada di wajah Lian.
"Yaudah sini..." kataku pada Lian.
"Apanya yang sini?"
"Ya muka Lo. Siniin, biar Gue gampang ngobatinnya"
Lian tampak tersenyum kecil, lalu mulai mendekatkan wajahnya kearahku.
"Pelan pelan" ingat Lian sebelum Aku menyentuh wajahnya.
"Bawel Lo!" ketusku yang langsung beradu tatap dengan Lian. Dan entah mengapa Aku merasakan sebuah desiran kecil dalam hatiku saat berada dekat dengan Lian. Tak mau buang buang waktu, Aku langsung mulai menempelkan kain yang berisikan es batu pada sudut bibir Lian yang berwana biru keunguan.
"Ssshh..." desis Lian kala Aku menempelkan kain itu. Aku pun berusaha dengan hati hati agar Lian tak merasakan kesakitan. Setelah selesai, Aku mengambil kapas dan meneteskan obat merah kekapas itu.
"Nggak usah itu deh..." cegah Lian saat Aku hendak menempelkan kapas kewajahnya yang sudah Aku beri obat merah.
"Kalau nggak dikasih ini nanti sembuhnya lama" kataku menyakinkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Love [complete]
Fiksi RemajaTidak ada yang berubah dari Lisa. Sifat angkuhnya tetap bertahan hingga ia dewasa. Hingga Lian kembali pulang ke Indonesia pun sifat Lisa tidak berubah. Akankah Lian mampu menaklukkan hati Lisa yang sudah mengeras? mungkinkah Cinta Lian akan di bala...