--seven

1K 127 9
                                    

"Taehyung."

Taehyung mengenal suara itu, kenal sekali. Kemudian ia membuka matanya, menemukan sosok Jeongguk yang berdiri tak jauh darinya. Ia melepaskan pelukannya pada Eunwoo, lalu berlari kepada Jeongguk. Memeluknya lebih erat.

"Jeongguk," panggil Taehyung di tengah tangisnya. "Obat, pliss."

•••••

Fokus Jeongguk masih pada seorang lelaki yang berdiri menghadap ke arah mereka, tampak khawatir melalui raut wajahnya yang sedikit berantakan. Lelaki itu tidak bergerak dari tempatnya, tetap berdiri di sana dengan nafas yang naik turun. Sampai ketika Jeongguk mendengar Taehyung memanggil namanya, dan meminta sesuatu yang paling ia butuhkan.

Dengan cepat Jeongguk morogoh sakunya, mengeluarkan obat yang baru saja ia ambil dari kamar Taehyung. Memberikan beberapa obat tersebut kepada lelaki yang tengah berantakan di hadapannya. Taehyung mengambil obat tersebut dengan tergesa, kemudian menelannya tanpa air atau bantuan apapun.

"Bawa gue pulang."

Suara Taehyung kecil, hampir tak dapat didengar oleh Jeongguk. Karena sekarang yang Taehyung inginkan hanya meredam semua rasa ingin berteriak dalam dirinya, ia hanya mencoba untuk mengendalikan diri. Karena jika tidak, ini semua akan lebih buruk lagi.

Tanpa berpikir panjang, Jeongguk langsung membawa Taehyung dipunggungnya. Membiarkan lelaki tersebut, memaki seorang diri di balik punggungnya. Walaupun jelas sekali Jeongguk mendengar itu, bahwa Taehyung menahan makian yang ingin ia keluarkan.

Tangis Taehyung tak kunjung usai, ia merasa dirinya benar-benar tak berguna sekarang. Banyak sekali bayangan-bayangan yang mencoba untuk menghampirinya, selain itu juga suara dalam pikirannya tak pernah berhenti. Hal paling buruk adalah karena semuanya terlihat dan terdengar nyata, untuk membedakan saja ia tidak bisa.

Ketika sampai di apartemen, Taehyung meminta Jeongguk untuk membawanya ke sebuah ruangan yang memang sengaja Taehyung siapkan untuk dirinya jika monster itu menyerang lagi. Tempat itu sangat luas, hanya berisi satu ranjang dan meja kecil di sampingnya. Lampunya juga sengaja di pasang sedikit remang, agar bayangan yang Taehyung lihat tidak terlihat dengan jelas.

"Keluar," ucap Taehyung ketika Jeongguk menurunkannya di atas ranjang.

Jeongguk tak bergeming, ia tak tega membiarkan Taehyung sendirian. "Anjing, keluar!" teriaknya kemudian.

"Gue-" kalimatnya terjeda. "G-gue lo keluar Jeongguk!" tariakan Taehyung makin menjadi, bahkan ia mendorong tubuh Jeongguk untuk segera meninggalkan ruangan. Setelah itu, pintu dibanting keras. Lalu Taehyung mengunci pintu serampangan, dan membuang kuncinya ke sembarang arah.

Dari luar ruangan Jeongguk seperti orang bodoh yang bingung harus melakukan apa, pikirannya buntu setiap kali Taehyung seperti ini. Apalagi ketika ia mulai mendengar Taehyung berteriak lagi, lagi-lagi Jeongguk tak bisa melakukan apa-apa.

"Can you all leave me? Gue capek, anjing"

Teriakan itu yang sering Jeongguk dengarkan, tapi yang bisa ia lakukan hanya duduk di depan kamar itu mendengarkan segala yang terjadi pada pacarnya di dalam sana. Sedari tadi Jeongguk menahan diri untuk tidak menangis, namun setelah semua ini terjadi apa masih salah jika ia menangis. Apa masih dikatakan lemah saat ia menangis.

Air matanya sudah tak bisa ia bendung lagi, Jeongguk sukses menangis sendirian. Menyalahkan dirinya sendiri karena tak bisa melakukan apa-apa, menyalahkan dirinya karena dirinyalah yang meminta Taehyung menghadiri acara makan malam itu. Jeongguk berpikir mungkin jika saat itu ia melarang Taehyung, hal ini tak akan pernah terjadi. Taehyung tak akan pernah seperti ini.

flower crown | KookVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang