--ten

815 112 22
                                    

Cahaya matahari pagi mulai menelisik melalui celah gorden yang masih tertutup, menjadikan pencahayaan kamar yang sebelumnya redup menjadi cukup terang. Perabotan juga sudah cukup jelas jika di amati, walaupun dengan jarak yang tidak terlalu dekat.

Taehyung sudah bangun sejak tadi, atau lebih tepatnya ia tidak tidur sama sekali. Yang ia lakukan sekarang tengah memanggang roti dan juga beberapa potong bacon untuk sarapan, dan juga menyiapkan teh hangat untuk menemani sarapan kali ini. Jam sudah menunjukkan pukul delapan, satu jam lagi ia harus berangkat kuliah.

Seperti yang dikatakannya kemarin, Eunwoo bisa mulai bekerja untuknya hari ini. Jadi ia menyiapkan sarapan lebih dan menunggu kedatangan Eunwoo agar ia tidak kelimpungan saat datang tanpa Taehyung di sana. Taehyung tak begitu pandai memasak, namun skill memanggang yang ia miliki tidak bisa dikatakan buruk. Dengan pelatihan yang Jeongguk berikan, Taehyung dapat memasak sandwich dengan benar.

Di tengah kegiatannya memasak, ia mendengar seseorang menggeser kursi di depan mini bar. Taehyung tau siapa itu, jadi ia sama sekali tak menegur atau sekedar menolehkan kepalanya. "Taehyung."

Suara itu terdengar serak, dan jangan lupakan bau alkohol yang masih dapat tercium saat lelaki itu membuka mulutnya. "Astaga, lo minum berapa botol?" Taehyung sudah tak bisa menahannya ketika bau alkohol benar-benar mengusik indra penciumannya, perasaannya campur aduk. Ia marah, kecewa, namun ia juga khawatir dengan lelaki itu.

Ia berjalan menuju mini bar, menggeser semangkuk sup--penghilang mabuk--yang beberapa saat yang lalu ia pesan. Ia melihat lelaki itu meminum supnya dengan sangat malas, bahkan ia meletakkan salah satu tangannya untuk menjadi tumpuhan dagu. "Jeongguk," panggil Taehyung mulai kesal. "Makan yang bener, jangan kayak bayi deh."

Lelaki itu--Jeongguk--menatap Taehyung dengan berbinar, seolah memohon belas kasihan dan permohonan. Namun ia masih dapat melihat, sorot mata itu tidak sepenuhnya ada bersamanya. Jeongguk seperti tidak tengah menatapnya. "Suapin, pliss."

Taehyung tak menolak, namun tak juga menyetujui. Ia menatap mata itu lagi, mencoba menyelami hal apa saja yang akan ia dapatkan di sana. Namun nihil, ia tak mendapatkan apa-apa. Yang memenuhi otaknya hanya kejadian kemarin siang, perlakuan Jeongguk padanya akhir-akhir ini, dan juga perkataan pemilik club semalam. Semua itu menghantuinya semalaman penuh, sampai ia tak bisa tidur.

"Taehyung, kenapa?"

Suara itu membuyarkan lamunannya, yang membuat Taehyung menggeleng cepat. Lalu berjalan menuju hidangan yang ia tinggalkan sebelumnya, "Sup nya habisin dulu. Terus sarapan, habis itu mandi. Satu jam lagi gue harus berangkat ke kampus, lo bisa pulang sendiri 'kan?"

Jeongguk tau, perlakuan Taehyung tak seperti biasanya. Caranya memperlakukan Jeongguk yang mabuk tak seperti biasanya, ada yang salah dengan Taehyungnya. Ia menebak, Taehyung mungkin marah karena tidak diberi kabar selama satu minggu ini. Atau ada sesuatu yang lain yang menggangu pacarnya, Jeongguk tidak tau.

Jadi, ia putuskan untuk berdiri dari duduknya dan berjalan menghapiri Taehyung. Kompor yang semula masih digunakan untuk memanggang pun ia matikan, lalu ia membalik tubuh Taehyung agar menghadap ke arahnya. "Taehyung, ada apa? Cerita, ya?"

"Cerita? Bukannya lo yang harusnya cerita? Apa aja yang udah lo lakuin selama ini kalau gue nggak ada, seharusnya lo Jeongguk yang cerita. Bukan gue." Taehyung ingin mengatakan semua itu, tapi ia memilih diam. Rasanya tidak sanggup menuduh Jeongguk begitu saja tanpa banyak bukti yang ia kumpulkan, rasanya tidak benar jika ia harus berteriak pada Jeongguk dengan perkara yang belum jelas adanya.

"Kenapa? I'm really fine, ok. Lo cuma masih agak mabuk, jadi pikirannya kemana-mana. It's ok, back to your sit burney. Hari ini gue yang bikin sarapan," ucap Taehyung sembari mengelus pipi Jeongguk lembut, menahan segala amarah yang ia simpan di dalam dirinya.

"Mas."

Fuck. Taehyung lemah dengan panggilan itu, itu mengingatkannya dengan Jeongguk anak SMA yang mengikutinya kemana-mana. Menanyakan namanya setiap kali ia pulang mengajar les di sekitar rumahnya, membuntutinya sampai apartemen hanya untuk memastikan dirinya pulang dengan baik-baik saja. Taehyung mengingat semua itu, semuanya tanpa sisa.

"Jeongguk lo kayaknya mabuk banget, we can talk later. Sup nya habisin dulu, ya. Pliss?"

Walaupun terlihat sangat sulit, namun setelahnya Jeongguk setuju. Ia kembali ke kursinya dan menghabiskan sup yang telah Taehyung siapkan untuknya. Semuanya berjalan sesuai rencana, Taehyung memasak dan Jeongguk yang duduk manis dengan memakan sup. Namun, itu semua tak berlangsung lama.

Suara bel yang dibunyikan menganggu kegiatan pasangan itu, yang membuat keduanya menghentikan kegiatan yang mereka lakukan. Hal yang paling membuat Jeongguk bingung adalah ketika Taehyung langsung mematikan kompor, lalu berlari untuk membukakan pintu.

Tak berselang lama setelah perginya Taehyung, ia pun kembali. Namun tak sendiri, ia bersama seorang lelaki tinggi yang terlihat seusia dengannya. Dan hal yang paling mengejutkan adalah, Jeongguk mengenali sosok lelaki itu. Ia adalah lelaki yang sama yang memeluk Taehyung di tempat parkir apartemen beberapa hari yang lalu, dan Jeongguk yakin ia tak salah mengingat.

"Eunwoo, ini kunci kamarnya. Kamar lo yang itu, sampingan sama kamar gue. Lo bisa beres-beres dulu habis itu bisa ke dapur, kita sarapan bareng."

Kamar? Apa Jeongguk tak salah dengar?

Ketika Eunwoo sudah memasuki kamarnya, Taehyung pun berjalan kembali menuju dapur. Namun langkahnya dihalangi oleh Jeongguk yang sekarang tengah berdiri di hadapannya, dengan raut muka yang sulit ditebak. "Apa-apaan, Taehyung? You invite another man to your apato? Lo mau main-main sama gue? Lo mau selingkuh pas di depan muka gue? Taehyung, lo boleh marah karena akhir-akhir ini gue sibuk banget. But cheating?"

"Lo nggak ngerti Jeongguk."

"Gue emang nggak ngerti, makanya jelasin." Untuk sesaat Taehyung mematung, saat mendengar Jeongguk benar-benar berteriak kepadanya. Sebelumnya saat Jeongguk berteriak, pasti dengan unsur candaan atau semacamnya. Namun kali ini, hanya amarah yang dapat Taehyung lihat di matanya.

"Stop yelling at me," ucap Taehyung pelan. "Dia Eunwoo, supir yang dikirim sama Presdir buat gue. I'm not that bitch who playing behind my man, karena sekalinya gue komitmen. I keep it, and I'll never ruin it."

Tapi sepertinya penjelasan Taehyung kurang sempurna untuk Jeongguk. "Tapi lo punya pilihan, Taehyung. Lo bisa tolak itu, gue ada di sini. Gue bisa anterin lo kemana pun lo mau."

Taehyung hanya terdiam, hal itu membuat Jeongguk memiliki asumsi lain. "Jangan bilang lo sendiri yang minta dia buat tinggal di sini?"

Taehyung mengangguk, "iya. Gue yang minta."

Jeongguk tertawa sesaat, "Bangke." Kemudian ia menatap Taehyung lagi, terdapat puluhan emosi yang ada pada mata itu. "Gue lagi capek banget dan lo kayak gini? It's fine, Taehyung. Goodluck with your man!" ucapnya sambil menepuk bahu Taehyung. Lalu ia pergi mengambil jaketnya yang masih tertinggal di kamar, dan meninggalkan Taehyung dengan semua kemarahaman.

Taehyung tak mencegah atau menahan, ia tak mengerti kenapa dirinya juga membiarkan Jeongguk pergi. Tapi satu hal yang tak ingin Taehyung lakukan, ia hanya tak ingin berteriak juga kepada Jeongguk. Ia juga tak ingin mengatakan semua yang ia rasakan, semua yang ia lihat tentang Jeongguk selama ini. Taehyung hanya mampu menahan.

Air mata pun tak sudi untuk jatuh, merasa bahwa yang ia lakukan tidaklah salah. Ia hanya membutuhkan teman, dan Jeongguk tak mengerti dengan apa yang ia rasakan.

Seseorang menepuk pundaknya dari belakang, dan Taehyung tau siapa sosok itu. Lalu tanpa membalikkan badan, ia bergumam. "Sarapannya udah siap, lo bisa sarapan duluan. Gue mau mandi dulu." Kemudian ia pergi meninggalkan sosok itu sendiri.

Taehyung tak tau saja jika seseorang itu kini dipenuhi rasa bersalah, marah, kecewa, ataupun gabungan semuanya. Tapi dengan ia melihat apa yang telah lelaki itu lakukan kepada Taehyung, membuat dadanya sesak. Lelaki sebaik Taehyung tak pantas dibentak dan ditinggalkan seperti itu. "If you can't protect him, just say it. Gue yang akan jagain dia."--

--to be continue

Maaf ya kemarin aku nggak update, soalnya ada urusan yang harus dilakuin. But other than that thank you for the support, aku sayang kalian banget *Big Hug*

With love,
Audi.

flower crown | KookVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang