--sixteen

740 91 30
                                    

"Boxer gue kenapa jadi tinggal warna ini, sih? 'Kan jadi nggak matching sama celana yang mau gue pake."

Sejak bangun dari tidurnya, Jeongguk terus-terusan mengomel tanpa henti. Dari mulai air shower yang tidak hangat, sabun yang tidak bisa berbusa dengan cepat, atau karena shampo Taehyung yang baunya terlalu manis. Semuanya, Jeongguk mengomel kepada semuanya. Tak terkecuali pacar tersayangnya, Taehyung.

Karena segala hal yang tak berjalan baik seperti yang ia inginkan, beginilah mereka pagi itu. Dengan Taehyung yang masih duduk bersila di atas ranjang memandangi Jeongguk yang sedari tadi berjalan bolak-balik di depannya. Dari mulai mencari baju yang pas, sampai wax rambut yang ia lupa menaruhnya di mana.

"Inget-inget lagi, coba," ucap Taehyung setelah melihat Jeongguk menggeledah meja pribadinya. "Kalau bener-bener nggak ketemu pake wax gue aja, wanginya nggak manis kok. Lagian mana ada wax manis, 'kan?"

Namun Jeongguk tak menanggapi, ia masih terfokus dengan deretan benda di atas meja. Memperhatikan satu demi satu kotak berwarna hitam, yang berbaur dengan kotak cat rambut milik Taehyung. Tak lupa dengan beberapa aksesoris yang membuatnya semakin ingin marah.

Di tengah kegiatannya mencari, seseorang menyodorkan kepadanya kotak wax yang sebelumnya ia cari. Wajahnya turut berubah, yang semula kusut menjadi cukup cerah. "Daritadi, kek," ucapnya cepat sembari mengambil kotak tersebut. Namun kegiatannya terhenti ketika ia menyadari ada sesuatu yang salah. Jeongguk menolehkankan kepalanya, yang mendapati Taehyung tengah tersenyum menatap ke arahnya. "Kim Taehyung, siapa yang nyuruh turun dari kasur?"

Mata Jeongguk memindai tubuh Taehyung, pemuda itu hanya mengenakan kaus yang panjangnya setengah paha. "Pagi ini mood gue jelek banget, Tae. Lima menit lagi gue telat dan dipastiin gue telat pas sampek kampus nanti, lo jangan nambah-nambahin. Balik ke kasur Taehyung, lukanya pasti belum kering."

Taehyung abai saja, lantas mengecup bibir Jeongguk sekilas. "Nggak boleh marah-marah, sayang. Masih pagi. Lagian gue udah nggak papa, kalau emang masih sakit nggak mungkin dong gue jalan ke sini." Kalimat Taehyung terjeda sejenak, lalu membenarkan kancing kemeja Jeongguk yang masih belum dikaitkan. "Jangan buru-buru, nanti malah lama selesainya. Pelan-pelan aja, pasti nggak akan ada yang ketinggalan nanti. Untung tadi gue udah curi cium dari lo, kalau nggak pasti nggak bakalan dapet."

Senyum Taehyung tersungging, "Nah, udah selesai. Lain kali bajunya dikancingin sebelum keluar ya, Jeonggukie. Gue nggak suka kalau ada yang lihat badan lo."

Sudut bibir Jeongguk tertarik ke atas, diikuti dengan garis matanya yang tersenyum. Kemudian ia memberikan kecupan yang cukup panjang di kening Taehyung, memberitahukan kepada Taehyungnya bahwa ia tak marah. Mengatakan secara tersirat bahwa ia berterima kasih kepada Taehyung atas perlakuan yang ia berikan.

Setelah itu Jeongguk mengambil jaketnya, mengacak rambut Taehyung sebelum ia keluar dari kamar. Tak lupa memberikan beberapa peringatan kepada Taehyung sebelum ia memulai harinya.

"Jangan pake jeans dulu, pake jaket kalau mau pergi. Terus sarapan itu wajib, tadi gue udah bikin toast buat lo, tinggal kasih toping aja. Mobil lo gue pake hari ini, jadi gue percayain si Eunwoo itu buat anterin lo kemana-kemana. Tapi kalau nggak penting banget nggak usah keluar, nanti gue pulang agak cepet dari biasanya. Dan gue pulangnya ke sini, bukan ke rumah."

Taehyung hanya bisa tersenyum, mendengar segala warning yang Jeongguk berikan. Kebiasaan itu memang hal yang beberapa hari terakhir ini ia rindukan, mendengar Jeon Jeongguk yang cerewet dan menyebalkan. Ia lebih menyukai itu, ketimbang mereka berdua yang larut dalam kesedihan. Taehyung berharap, semoga mereka akan seperti ini sampai waktu yang lama.

flower crown | KookVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang