--twenty three

748 77 22
                                    

⚠homophobia, triggering word, harsh word for some people⚠

=====

Beberapa minggu terakhir setelah pengakuan Taehyung di hadapan Eunji, Jeongguk dan Taehyung jarang sekali menghabiskan waktu bersama. Dimulai dengan kesibukan Taehyung mengurus skripsinya, dan Jeongguk yang disibukkan dengan tugas akhir semester, yang kebanyakan membutuhkan waktu dan biaya.

Namun itu semua tak membuat hubungan mereka merenggang. Karena setiap malam, salah satu di antara mereka akan berinisiatif melakukan video call untuk mengobati rasa rindu mereka. Bercerita tentang hari yang mereka lalui, dimulai dari bangun tidur sampai akhirnya kembali tidur lagi. Dan dengan seperti itu saja, sudah membuat mereka merasa cukup.

Jeongguk tidur di rumah bersama ayahnya, karena kakaknya merupakan orang yang cukup sibuk dan jarang pulang. Biasanya Jeongguk dan ayahnya tak pernah makan bersama di ruang makan, namun hari itu berbeda. Ayahnya membawa dua kantong penuh yang berisi makanan, lalu mengajak Jeongguk yang tengah sibuk dengan laptopnya di ruang tamu untuk bergabung juga.

Jeongguk sama sekali tak keberatan, bahkan itu membuatnya senang. Makan malam bersama sang ayah merupakan salah satu hal yang ia rindukan, dan Jeongguk sangat bersemangat saat membantu ayahnya menyiapkan makanan. Ayahnya bertanya apakah Seokjin bisa pulang untuk makan atau tidak, namun setelah meneleponnya beliau harus kecewa. Karena cafe sedang sangat ramai dan tak bisa ditinggalkan.

Meja makan terisi penuh dengan makanan, dimulai dari makanan tradisional Korea sampai makanan barat. Jeongguk terpukau dengan steak yang tersaji di atas meja, jarang-jarang ia memakan itu jika bukan Taehyung yang membelikan untuknya. Wajahnya cerah, dengan matanya yang berbinar. Itu membuat sang ayah turut bahagia, sudah lama ia tak menyaksikan Jeongguk dengan wajah secerah itu.

"Kamu suka yang mana?"

Sejenak setelah mengatakan itu, Jaehyun merasa tak berguna sebagai ayah. Bahkan makanan kesukaan Jeongguk saja ia tak tau, dan itu sedikit menyesakkan dadanya. "Aku suka makan apa aja, tapi aku suka banget steak. Jarang makan kalo bukan dibeliin sama Taehyung," jawab Jeongguk seadanya.

Ayahnya mengangguk mengerti, "Masih sama Taehyung?"

Sambil mengunyah steak-nya, Jeongguk mengangguk. Ayahnya memang sudah tau tentang orientasi seksual Jeongguk, dan beliu mendukung keputusan anaknya. Ia merasa Jeongguk sudah dewasa, dan bisa memilih jalan hidupnya sendiri tanpa kendali dari orang tua. Ia tak pernah mengatakan hal buruk mengenai hal itu, bahkan di satu tahun pertama setelah Jeongguk melakukan come out. Ayahnya membuat perayaan kecil bersama Seokjin di rumah untuknya.

Melihat Jeongguk yang memakan makanannya dengan lahap membuatnya kenyang, anaknya sudah benar-benar dewasa. "Jangan disakitin ya, Jeonggukie. Anaknya baik, papa suka. Dia juga kayaknya sayang banget sama kamu."

"Kalo yang itu jelas, Pa. Taehyung itu bucin," jawabnya sembari measukkan potomgan wortel ke dalam mulutnya.

Merasa tidak terima, sang ayah kembali bersuara. "Yang ada kamu yang bucin, kelihatan banget kalo lagi natap dia. Kayak akan hilang aja."

Jeongguk terbahak, mengangguk-anggukan kepalanya setuju. Ia sama sekali tak menyangkan analisa yang ayahnya lakukan, karena memang Taehyung membuatnya sangat jatuh. Terperangkap dalam jeratan cinta, seperti ikan yang tak bisa keluar dari wuwu. Senyum Jeongguk mengembang sempurna saat mengingat wajah Taehyung dengan senyum kotaknya, ia rindu.

"Kapan-kapan ajakin lah makan ke sini, biar ketemu papa lagi. Kalian juga nggak pernah nginep di sini, nggak usah sungkan sama papa. Papa juga dulu 'kan pernah kasmaran."

flower crown | KookVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang