--twenty six

640 72 14
                                    

Taehyung baru saja pulang dari perjalanannya dari Busan, sekali lagi ia harus mengejar dosennya hanya untuk sebuah pengesahan. Ia mendesah pelan, merebahkan punggungnya pada sandaran sofa dan memejamkan mata.

Suara gonggomgan Yeontan membuatnya sedikit terkejut. Saat ia berhasil membuka matanya, ia mendapati Yeontan tengah menatapnya dengan mulut yang terlihat membentuk senyuman. Taehyung menarik sudut bibirnya, kemudian meraih tubuh Yeontan dan meletakkannya di atas paha. Sudah lama sekali Taehyung tak memanjakan anjing kecilnya ini, karena tugas akhir yang harus ia selesaikan lebih cepat.

"Kangen banget, ya?" ucap Taehyung sembari membiarkan Yeontan menjilati wajahnya. Ia tertawa karena merasa geli dengan air liur yang Yeontan salurkan kepadanya, namun tak membuat Taehyung menghentikan kegiatan anak anjingnya itu.

Ia terus bermain bersama anjingnya, sampai ponselnya berdering. Wajah Jeongguk yang tengah tersenyum dengan menggendong Yeontan muncul di layar notifikasinya, dan itu membuat Tashyung mengulas senyum. Sempurna sekali hidupnya hari ini. Dengan keadaan yang lelah seperti ini ia mendapatkan kabar dari sang kekasih yang tak tau diri membuat dirinya rindu.

"Kok nelfon? Ada apa?" tanya Taehyung setelah merasa telepon tersambung.

Ia mendengar suara kekehan dari seberang sambungan. "Gue hari ini pulang ke elo, tapi agak telat. Sekarang lagi makan, ngisi tenaga. Abis ini mau lanjut lagi. Lo juga jangan lupa makan, ya." Ucapan Jeongguk serasa seperti obat, karena dengan itu Taehyung merasa segala lelah yang ia rasakan menghilang begitu saja.

"Baru pulang, capek banget," keluh Taehyung dengan rengekan khas yang ia punya. "Nyetir bolak-balik Seoul-Busan capek juga, mau dipijetin."

Jeongguk tergelak, ia selalu menyukai cara Taehyung merengek. Karena jarang-jarang sekali pacarnya itu menunjukkan sisinya yang seperti itu. "Dipijetin pundaknya, kakinya, apa tangannya?"

"Semua."

"Manja banget, pacar siapa sih?" Jeda sejenak. "Pacar lo bukan, Jim?" sambung Jeongguk sedikit menggoda Taehyung.

"Oh iya, gue single ya berarti. Berarti enaknya setuju permintaan presdir buat dijodohin jangan?"

Suara dengusan Jeongguk membuat Taehyung terkikik tertahan, ia tak ingin kentara menunjukkan pada Jeongguk bahwa ia menghancurkan godaan yang Jeongguk berikan. Guyonan yang seperti ini bukan tipe mereka berdua, tapi sejauh ini mereka menyukainya. Jadi mungkin kedepannya, Taehyung akan menerapkan ini lagi.

"Bercanda sayang," sanggah Taehyung dengan cepat. "Gue udah dapet konselor buat lo, kita tinggal cari hari terus konfirmasi sama beliau. Lo siap?"

Percakapan keduanya terus berlanjut, membahas tentang hari yang menurut mereka kosong dan kesiapan Jeongguk untuk berhadapan dengan orang asing dalam penanganan masalahnya. Dengan Taehyung yang memberikan dorongan dan semangat kepada Jeongguk, dan Jeongguk yang berusaha percaya dengan segala hal yang Taehyung ucapkan.

Bohong jika Jeongguk tidak khawatir, atau mungkin takut. Ia tak begitu terbuka dengan orang lain, ia takut bagaimana jika orang itu akan menghakimi masa lalunya. Bagaimana jika orang itu tak bisa mengerti apa yang ia maksudkan, dan itu semua akan membuatnya semakin tertekan. Namun dengan Taehyung di sampingnya, kiranya rasa itu kian menghilang. Sekuat itu memang pengaruh Taehyung untuk Jeongguk.

Di sela percakapan mereka, suara bel menghancurkan fokus Taehyung. Ia berkata kepada Jeongguk bahwa ia akan mengakhiri sambungan, dan akan menunggunya pulang nanti. Kemudian Taehyung berjalan menuju pintu, dengan segala pertanyaan akan siapa yang datang ke apartemennya. Pikiran Taehyung soal Jeongguk mengerjainya dan sekarang tengah berdiri di depan pintu, membuatnya semakin mempercepat langkah kakinya.

flower crown | KookVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang