Malam itu cukup sepi, hanya ditemani dengan suara mobil-mobil yang berlalu lalang di jalanan. Kondisi langit kota pun masih sama, bersih tanpa bintang yang bersinar. Hanya ada bulan yang menampakkan dirinya sendirian, dan tampak kesepian. Seperti yang dirasakan Taehyung saat ini.
Ia duduk sendiri di balkon, bersama satu botol anggur di tangan. Menatap jalanan kota yang masih tampak ramai walaupun sudah tengah malam, juga memperhatikan orang-orang yang berjalan di tepi jalan dengan gelak tawa di wajah masing-masing. Sampai tak sadar, bibirnya tersungging. Ia senang melihat bagaimana orang-orang menikmati waktu mereka, saat pekerjaan telah usai.
Hari ini ia tidur sendiri, Jeongguk tak ada bersamanya. Memang seharusnya begitu, karena Jeongguk juga punya rumah dan keluarga. Namun anehnya, ini sudah berjalan hampir satu minggu sejak kejadian waktu itu. Mereka berdua tak pernah bertemu lagi, sekalipun berpapasan pun hanya Taehyung yang menatap Jeongguk dari jauh. Tampak membawa beberapa berkas atau kotak-kotak yang ia tak tau apa itu, jadi Taehyung tak berani menyapanya.
Cara Jeongguk mengabari juga tak seintens sebelumnya, biasanya Jeongguk akan mengirim pesan atau menelepon saat malam. Menanyakan hari Taehyung, atau mengajaknya makan bersama. Namun, kali ini lain. Setiap malam hanya Taehyung yang berinisiatif menghubungi, menanyakan bagaimana kabar Jeongguk selama mereka tidak bertemu.
Setiap kali ia menelepon, Jeongguk tampak sibuk. Karena ia selalu ingin cepat-cepat mematikan sambungan. Taehyung tau, jurusan yang Jeongguk ambil cukup menguras waktu dan tenaga. Jadi ia tak berpikir buruk tentang apa yang dilakukan kekasihnya di luar sana, karena ia percaya. Jeongguk tak akan bermain di belakangnya.
Namun, hari ini semuanya berubah. Pikiran Taehyung dipenuhi dengan resiko terburuk yang akan ia dapatkan dengan hubungannya dengan Jeongguk kedepannya, setelah ia melihat pacarnya itu tampak bercanda dengan seorang wanita di cafe yang tak jauh dari apartemennya. Sebenarnya ia mencoba untuk berpikir positif, namun semua itu hancur ketika ia melihat wanita itu mencium pipi pacarnya.
Memang lucu, ia tak bertanya apapun pada Jeongguk dan masih berusaha berpikir positif. Namun otaknya tak bisa berpikir sejernih yang ia inginkan, otaknya tak mau menuruti apa yang dirinya mau. Taehyung sama sekali tidak menangis, ia hanya meminum obatnya dan ditemani dengan satu botol alkohol. Itu sudah sangat cukup untuknya.
Tak lama setelah itu, ponselnya bergetar. Menunjukkan nomor asing yang belum ada di dalam kontaknya. Panggilan pertama ia acuhkan, sampai ketika panggilan ketiga ia putuskan untuk mengangkat. Mungkin ada sesuatu yang penting.
"Mas Taehyung, ya?"
Terdengar suara dari balik sambungan, dan Taehyung cukup familiar dengan suara itu. Namun ia tak yakin siapa. "Hm," gumamnya. "Boleh tau ini siapa?"
"Ini Eunwoo, Mas. Presdir ngasih nomer Mas Taehyung tadi pagi, katanya buat jadi sopir pribadi Mas Taehyung."
Taehyung terdiam sesaat, sejak kapan orang tuanya memberinya fasilitas sampai seperti ini. Biasanya mereka akan meninggalkan Taehyung dengan uang dan properti, tanpa sosok bernyawa bersamanya. "Lo kalau di rumah kerja dari jam berapa? Gue ikut jadwal itu aja."
"Cuma jam tiga sore sampek jam dua belas malem."
Gumaman menjadi jawaban. "Sampek pagi mau nggak? You move here, sama gue," ucap Taehyung kemudian. "Nanti gue ngomong sama presdir, gue nggak akan ganggu waktu lo kok. Cuma buat hari-hari ini aja, mau?" Lanjutnya.
Tak ada suara setelah itu, namun Taehyung juga tetap diam menunggu yang di seberang menyetujui permintaannya. Mungkin Eunwoo butuh waktu, atau ia takut pindah ke apartemen Taehyung. "Eunwoo, gue nggak akan macem-macem. Tenang aja."
"Nggak papa, Mas? Your boyfriend, I mean aku lihat cowok yang waktu itu sama Mas kayak peduli banget. Is it ok?"
Dalam hati Taehyung tertawa, apa yang Eunwoo maksud adalah Jeongguk. Jika iya, Taehyung saja tak tau apa Jeongguk masih menganggapkan pacar atau tidak. Bahkan ia juga tak yakin Jeongguk masih mengingatnya. Jika ia mengingat kejadian siang tadi, Jeongguk pasti sangat menyukai wanita itu. Terlihat sekali dari sorot matanya yang berbinar.
KAMU SEDANG MEMBACA
flower crown | KookV
FanfictionWhat will you do if your boyfiend has a mental disorder? What will you do if he just think that he just have you in his life? Jeongguk, lelaki itu memiliki semua jawabannya. "Makasih udah bertahan, makasih masih mau berjuang." "Buat lo," jeda sejena...