Jeongguk mulai bercerita, segalanya. Mulai dari awal sampai akhir, tentang apa yang terjadi antara dirinya dan Eunji. "Jadi dulu itu ...."
•••••
Jeongguk adalah putra kedua dari pasangan Jeon Jaehyun dan Kim Taehee, sepasang suami istri yang menetap di daerah yang termasuk dalam pusat kota Seoul. Mereka tinggal di sebuah rumah sederhana dan cukup nyaman bagi sebuah keluarga kecil, bersama dua putra mereka. Keluarga mereka merupakan salah satu keluarga yang harmonis, bahkan terkadang membuat iri beberapa tetangga.
Mereka biasanya menghabiskan waktu bersama setiap akhir pekan, mengajak kedua anak mereka ke taman kota atau hanya jalan-jalan di sekitar sungai han. Putra sulung mereka, Jeon Seokjin saat itu berusia sepuluh tahun. Sedang adiknya--Jeongguk, berusia lima tahun. Jin sangat menyayangi adiknya, ia akan membawa Jeongguk kecil bermain bola atau hanya adu ketangkasan di ruang tamu mereka.
Sampai suatu ketika, saat Jeongguk dan Jin tengah bermain bersama di ruang tamu. Ia mendengar ayahnya berteriak dari kamar, kemudian diikuti dengan suara ibunya yang turut berteriak. Jin yang lebih tua cukup paham apa yang terjadi, lalu ia membawa Jeongguk untuk naik ke kamarnya. Mengunci pintu agar menghalangi suara untuk masuk.
Ia melihat adiknya yang bingung dan tampak hampir meneteskan air mata, kemudian ia memeluk adiknya erat. Berusaha menutup telinga adiknya dengan tangan, namun hasilnya nihil. Jeongguk masih dapat mendengar semua pertengkaran yang orang tuanya lakukan, jadi ia bertanya pada kakaknya bersama air matanya yang berderai. "Mama sama papa nggak papa kan, Bang?"
Seokjin kecil juga masih tak pandai menyembunyikan kekhawatiran, namun ia cukup berani dan kuat untuk menenangkan adiknya yang kacau. "Nggak papa, Jeonggukie jangan nangis lagi ya?"
Kemudian ia mengangguk, walau sebenarnya dirinya sebenarnya masih tak bisa melupakan semuanya. Sejak kecil, begitulah Jeon Jeongguk. Ia akan berbohong pada dirinya sendiri bahwa dirinya baik-baik saja, ia akan mengatakan pada dirinya sendiri bahwa semuanya akan baik-baik saja. Dan itu yang akan membentuk dirinya saat dewasa.
Kegiatan pertengkaran itu terus terjadi sampai saat usianya tujuh tahun, dan itu membuat dirinya terbiasa. Setiap saat pulang sekolah, ia akan bermain bersama teman sebaya sekaligus tetangganya. Mereka adalah Jimin dan Eunji. Dua anak itu sangat peduli pada Jeongguk, bahkan mereka sering mengajak Jeongguk pulang ke rumah dan memberinya makan. Karena mereka tau, ibu Jeongguk jarang sekali memasak.
Namun tak jarang juga bagi Jeongguk untuk mengajak kedua temannya itu ke rumah, bermain atau belajar bersama. Sampai suatu ketika, ia merasa semuanya sudah tidak benar lagi. Setiap kali ia mengajak Eunji dan Jimin ke rumah, ibunya akan mengajak Eunji keluar atau kadang membuatkan makanan favoritnya. Yang paling parah lagi, ibunya pernah memberikan sebuah kado kelulusan untuk Eunji saat tepat di hadapannya.
Jeongguk hanya bisa memperluas dada, menahan segala beban dalam dirinya. Bagaimana perlakuan yang ibunya berikan pada Eunji itu tak pernah ia rasakan sebelumnya. Jangankan makanan favorit, bahkan meluangkan waktu saja tidak pernah.
Kadang saat ia terbangun di malam hari untuk pergi ke kamar mandi, Jeongguk akan masuk ke dalam kamar ibunya. Memperhatikan wanita dengan paras yang ayu itu terlelap, seperti tak ada beban dalam hidupnya. Setiap saat itu, Jeongguk selalu menyakinkan dirinya sendiri bahwa ibunya pasti sangat menyayanginya. Ia yakin bahwa ibunya hanya tidak memiliki cukup waktu untuk memperhatikannya.
Namun semunya berubah, ketika malam puncak kehancuran keluarga mereka. Saat itu Jeongguk tengah belajar di kamarnya bersama Jimin dan Eunji, mereka tengah mengerjakan tugas ilmu pengetahuan alam sejak pulang sekolah siang tadi. Di tengah kegiatan mereka belajar, ia dapat mendengar suara pecahan benda dari lantai dasar. Kemudian diikuti dengan bantingan benda yang lain.

KAMU SEDANG MEMBACA
flower crown | KookV
FanfictionWhat will you do if your boyfiend has a mental disorder? What will you do if he just think that he just have you in his life? Jeongguk, lelaki itu memiliki semua jawabannya. "Makasih udah bertahan, makasih masih mau berjuang." "Buat lo," jeda sejena...