Sejak penuturan bik Suci dua hari yang lalu mengenai perjodohan antara Nisa dengan Prisma, Nisa merasa kisah hidupnya semakin konyol. Untuk apa coba diadakannya perjodohan itu? Memangnya Nisa tidak bisa mencari pasangannya sendiri sampai-sampai harus dijodohkan? Lagipula, wajah Nisa juga tidak jelek-jelek banget. Dia mempunyai mata hitam yang bulat, bulu mata lentik, dan lesung pipi di sisi kanan pipinya yang membuat wajahnya tidak bosan untuk dipandang. Lagipula, Nisa kan masih kecil, umurnya baru 17 mendekati 18. Dia juga punya target menikah diusia berapa. Mimpinya, dia ingin menikah diumur 26 atau 27 dan calon suaminya nanti lebih tua satu atau dua tahun darinya. Tetapi, melihat bagaimana situasi saat ini, sepertinya mimpi Nisa itu akan susah untuk diwujudkan.
Awalnya Nisa berpikir kalau perkataan para orangtua waktu itu hanyalah candaan belaka. Tapi ternyata, pemikirannya itu salah.
"Assalamualaikum, Besan."
"Waalaikumsalam, Besan."
Lihat, bahkan mamaknya dan bik Suci sudah kompak saling memanggil besan. Kepala Nisa pening, memikirkan bagaimana nasibnya setelah ini. lalu, bagaimana reaksi Prisma setelah mengetahui hal ini? Karena sejak kejadian Nisa hampir terjatuh dan ditangkap Prisma waktu itu, sampai saat ini Nisa belum berani bertatap muka dengan Prisma. Bahkan, ketika bik Suci menyuruh Nisa untuk bermain ke rumahnya, Nisa selalu menolak. Dengan alasan kalau dia mempunyai banyak tugas sekolah yang harus segera diselesaikan.
Namun, sepertinya Dewi Fortuna tidak memihaknya kali ini. Karena sekarang, Nisa sudah berdiri di teras rumah bik Suci dan menyaksikan mamaknya dan bik Suci saling cipika-cipiki.
"Ada apa nih, Besan? Tumben jam segini main ke rumah." Bik Suci menarik mamak Nisa duduk di kursi kayu. Kemudian menatap Nisa dan tersenyum cerah. "Mantu, sini duduk di samping Bunda," ucap bik Suci sambil menepuk-nepuk kursi di sisi kanannya.
Nisa menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal. Ya ampun ... harus banget apa manggil Nisa kayak gitu? Nisa yang mendengarnya jadi risih. Bukan karena tidak nyaman, dia hanya takut bagaimana jika nanti para tetangga yang lain mendengarnya? Bisa-bisa mereka jadi salah paham dam mengira kalau Nisa memang adalah calon menantu bik Suci.
"I-iya, Bun." Sungguh, Nisa benar-benar bingung saat ini. Sebenarnya dia ingin protes pada bik Suci perihal dia memanggil Nisa mantu, tapi Nisa tidak berani, takutnya nanti bik Suci jadi sedih dan mengira kalau Niaa tidak mau menjadi menantunya. Ya ... meskipun itu benar, sih. Membayangkan Nisa dengan Prisma menikah saja, Nisa sudah bergidik ngeri. Tidak terbayang sama sekali dalam benaknya akan menikah dengan orang galak seperti Prisma. Bisa-bisa, istilah suami takut istri terbalik menjadi istri takut suami. Hiiih, Nisa merinding jadinya.
"Eh, kok malah melamun? Sini, duduk samping Bunda."
Ada satu hal lagi yang membuat Nisa tidak nyaman. Yaitu, panggilan bik Suci yang sekarang sudah berubah menjadi bunda, tidak bibik lagi. Awalnya Nisa tidak mau, tetapi karena paksaan bik Suci dan tatapan memelasnya, Nisa bisa apa selain menerimanya? Walaupun sampai sekarang hatinya belum sepenuhnya ikhlas.
Oh, ya ampun ... pokoknya kepala Nisa benar-benar pening sekarang.
"Nah, jadi, ada apa, nih, Besan?" tanya bik Suci setelah Nisa duduk di sebelahnya. Dia menatap mamak Nisa yang duduk di depannya.
"Jadi kayak gini, Besan. Barusan aku dapat kabar dari sodara ku yang di Pekanbaru. Itu, mamaknya suami kakakku baru aja meninggal. Jadi, niatnya mau kutitipkan Nisa sama si Andre itu sama mu seminggu. Gak pa-pa, kan? Soalnya kalok kubawak ikut orang dua itu kayaknya gak mungkin, orang itu, kan, harus sekolah," ucap mamak Nisa.
"Wahh ... ya gak pa-pa kali, lah, itu. Kan, lumayan, rumahku jadi ramai nanti." Bik Suci menjawab antusias.
Nisa yang menyaksikan hanya bisa menghela napas. Sebenarnya, hal ini sudah Nisa dan mamaknya bicarakan di rumah. Menurutnya, Nisa dan adiknya tidak perlu menginap di rumah bik Suci. Ya, alasannya karena Nisa yakin kalau dia dan adiknya bisa hanya tinggal berdua. Toh, mereka juga sudah sering ditinggal seperti ini. Kemudian, alasan terkuat Nisa menolak tinggal di rumah bik Suci ya karena ada Prisma! Nisa masih belum siap jika harus bertemu dengan pria itu. Di benaknya masih terbayang tatapan tajam Prisma waktu itu. Hiih, membayangkannya saja sudah membuat Nisa merinding.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetangga Galak! [TAMAT]
Romance[Belum direvisi] Nisa mempunyai ketakutan tersendiri dalam hidupnya. Sebuah ketakutan yang mungkin akan dianggap lucu oleh orang lain, namun begitu menyeramkan untuknya. Takut pada Tuhan? Itu harus. Takut pada setan? Sudah biasa. Takutnya ini adalah...