TG15 || Gagal Kencan

7.4K 857 15
                                    


Nisa terus menggerutu, sembari tangannya terus mengaduk-aduk minuman di hadapannya. Sesekali matanya melirik sinis ke arah meja yang tepat berada di sebrang.

Rasa kesal saat ini sudah menggerogoti hati sampai ke puncak yang tertinggi. Menatap penuh benci ke arah ayam bakar yang ada di piring, Nisa memotong-motong daging tersebut dengan sadis. Kobaran api begitu nampak di mata bulatnya. Di matanya, ayam bakar yang seharuanya dia santap sudah berganti dengan wajah Prisma, bukan lagi daging ayam yang berwarna kecoklatan, yang mampu menggugah iman untuk segera dimakan.

"Dasar Prisma jelek, bodoh, o-on, goblok, monster, manusia jadi-jadian." Mulutnya tak berhenti menggerutu, seiring dengan tangannya yang tak berhenti mengeksekusi daging ayam yang sudah menjadi potongan-potongan kecil.

"Katanya ngajak jalan-jalan, nggak tahunya malah kencan. Dasar manusia nggak tahu diri!" Kekesalan Nisa semakin bertambah ketika dia melihat Prisma tertawa bersama teman kencannya. Bukannya dia cemburu, hanya saja Nisa merasa dibodohi oleh pria itu. Awalnya tadi Nisa sudah merasa senang saat tahu pria itu ingin mengajaknya jalan-jalan. Tadi dia sudah berpikir kalau Prisma itu ternyata memang orang yang sangat baik, meskipun dia galak. Namun ternyata, semua itu hanyalah kedok untuk membalas dendam pada Nisa.

"Pertama aku potong dulu bibirnya yang berbisa. Abis itu kucongkel matanya yang sukak melototi aku. Abis itu kupotong idungnya yang buat aku iri karena punyak dia mancung. Abis itu kupotong kakiknya yang panjang, dan terakhir kubedah perutnya biar kuambil jantungnya, abis itu mau kujual, biar aku kaya. Hahaha." Nisa mengabaikan sekitarnya yang  ramai. Dia menatap Prisma bengis, tangan kanannya yang memegang pisau untuk memotong ayam bakar diangkat dan mengarahkannya ke Prisma. Berceloteh tidak jelas sambil memeragakan gerakan memotong bagian tubuh pria yang tengah ditatapnya itu. Sampai tiba-tiba Prisma yang duduk membelakanginya itu tiba-tiba menoleh, membuat Nisa kelabakan, dan langsung memainkan pisau yang dipegangnya ke udara seakan-akan dia sedang berburu nyamuk.

"Sini kau nyamuk. Ayok, berantam kita." Nisa bukannya tidak tahu kalau Prisma sudah berjalan ke arahnya. Namun, untuk menutupi tingkah Nisa yang sedari tadi memerhatikan pria itu, Nisa harus sedikit mengeluarkan bakat aktingnya yang terpendam.

"Ngapain, kamu?" Prisma menarik kursi di depan Nisa, dia menautkan alis bingung, melihat tingkah Nisa yang dirasanya semakin aneh. "Saya tidak mau mengurusi orang gila," ucapnya.

Nisa menghentikan aktivitasnya. Matanya melihat ke arah tempat pria itu kencan sebelumnya, tidak ada orang, kemudian dia melirik sinis ke arah Prisma, dengan tangan yang masih memegang pisau. "Udah siap kencannya, Bang?" Terdapat nada sindiram di sana, dan Prisma dapat mendengarnya dengan jelas.

"Saya bekerja, bukan kencan!" tegas pria itu.

Nisa memutar bola matanya malas. 'Halah, dasar kecebong aer, buaya darat!' umpatnya dalam hati.

"Ooohh ... Abang kerja, ya?" Pisau yang berada di tangannya bergerak maju, didekatkan ke arah wajah Prisma, dan ketika pisaunya sudah dekat Nisa membelokkannya dan kembali mengarahkannya ke piring, kembali memotong-motong daging ayam yang sudah kecil.

Prisma menelan ludah gugup, ternyata gadis di depannya ini bisa berubah menyeramkan juga. Salahnya memang meninggalkan Nisa duduk  sendirian sedangkan dia bekerja. Namun, niat Prisma yang ingin mengajak Nisa jalan-jalan itu memang benar adanya, tetapi setelah dia selesai bekerja. "Wajahmu sudah seram. Jadi, tidak usah sok-sokan memasang ekspresi seram begitu."

Nisa hanya mengendikkan bahu, malas menanggapi lebih jauh penghinaan yang dia terima.

"Sudah selesai makan, 'kan? Ayo kita berkeliling sebentar." Prisma berdiri, tangannya terulur ke arah Nisa, sembari menaikkan sebelah alisnya.

Melihat tangan Prisma yang terulur ke arahnya, tiba-tiba saja bayangan ketika Prisma memegang tangan teman kencannya tadi langsung berputar kembali. Netranya menatap tangan Prisma sinis, kemudian dia berdiri dan berjalan begiti saja meninggalkan Prisma yang terbengong.

'Astaga ... perempuan dan segala kerumitannya ....'

Prisma mengusap wajahnya kasar, merasa bingung dengan sikap Nisa yang tiba-tiba saja berubah. Padahal baru beberapa jam yang lalu gadis itu masih bertingkah konyol.

"Huffttt ...." Prisma menghela napas, kemudian dia melangkah berjalan menyusul Nisa yang sudah mulai jauh. Dahinya berkerut ketika melihat Nisa yang berjalan menuju pintu keluar mall. Prisma semakin  mempercepat langkahnya, kemudian tangannya segera menarik tangan Nisa begitu Prisma sudah di belakang gadis itu.

"Mau ke mana?" tanya Prisma, tanpa melepas cekalan tangannya.

"Pulang!" Kentara sekali kalau Nisa saat ini masih nampak kesal, nada bicaranya yang ketus dan tatapannya yang datar, sudah bisa menjelaskan semuanya.

"Nggak mau jalan-jalan dulu?" Dahi Prisma berkerut bingung. Dia bertanya-tanya dalam hati, kenapa tiba-tiba saja gadis itu ingin pulang?

Jika orang yang berada di depan Nisa saat ini adalah samsak, sudah dari tadi Nisa akan meninjunya sekeras mungkin. Meluapkan segala emosinya karena tingkah Prisma yang semena-mena. "Nggak! Aku mau pulang!" jawab Nisa ketus. "Sana kalo abang mau jalan-jalan. Jalan-jalan aja sama cewek Abang!" lanjut Nisa, masih bernada ketus.

Oooohh ... oke. Sepertinya Prisma tahu apa permasalahannya sekarang. Beralih menggenggam tangan Nisa, perlahan Prisma kembali menarik gadis itu masuk ke mall. "Yang tadi itu bukan pacar saya. Dia salah satu klien yang mau menggunakan jasa Catering restoran saya untuk pernikahannya," jelas Prisma. Dia menatap Nisa geli, apakah Nisa cemburu?

Sedangkan Nisa dia menatap Prisma dengan mata memicing. Merasa tidak yakin akan ucapan pria itu. "Abang pasti boong, 'kan? Sejak kapan Abang punya restoran?" tanyanya penuh selidik.

"Sejak umur 20 tahun. Restoran itu Abang bangun bersama teman kuliah Abang," jawab Prisma. Melihat Nisa yang masih menatapnya tak percaya, dia menghela napas. "Masa kamu tidak tahu? Padahal kemarin kita baru ke sana," jelasnya.

Otak Nisa sudah bekerja cepat mengingat kejadian yang terjadi kemarin. Dimulai dari Prisma yang tiba-tiba menculiknya, dan membawanya ke sebuah restoran. Kemudian mereka masuk ke dalam sebuah ruangan, yang kemudian kejadian di mana Prisma berubah jadi lembut. Pria itu ... ah, Nisa menggeleng-gelengkan kepalanya, segera menepis ingatan mematikan yang membuatnya menjadi orang gila.

'Fokus, Nisa. Fokus!'

Oke, Nisa kembali mengingat kejadian kemarin, men-skip adegan yang memalukan. Dia kembali mengingat-ingat ruangan itu, dan tiba-tiba saja Nisa langsung menjerit sambil memukul tangan Prisma kuat.

"Oh! Iya, iya. Jadi, restoran yang kemaren itu punyak Abang? Pantesan aku nampak  papan berisi nama Abang di meja, kupiker itu cuman hasil kurang kerjaan Abamg doang." Nisa mengerutkan dahinya, jari telunjuknya bekerja mengetuk-ngetuk dagu gadis itu. "Tapi, kan, Bang. Kok, di san- loh! Mukak Abang ngapain meringis gitu? Abang kebelet berak?" Nisa bertanya heran ketika melihat pria di sampingnya nampak meringis kesakitan.

Prisma mendengkus, kebelet berak apaan? Jelas-jelas dia sendiri biang masalahnya! Tangan kecil mungil begitu tapi tenaganya kuat bukan main.
"Tanggung jawab!" tukas Prisma, masih menatap Nisa semabri terus meringis kecil.

"Loh, tanggung jawab apaan? Aku nggak buat Abang hamil, ya! Enak aja aku disuruh tanggung jawab!"

Prisma melepaskan genggaman tangan mereka, lalu membuka kancing lengan kanan  kemejanya  dan menggulungnya sampai siku. "Lihat! Akibat ulah kamu, tangan saya ada cap-nya!" Prisma menunjuk tanda merah berbentuk lima jari di tangannya. Netranya memerhatikan wajah Nisa yang langsung membulatkan mulut dan matanya.

"Loh, Bang. Abang abis dipukul setan?" Nisa menatap sekitarnya ngeri. Musuh bebuyutannya itu, kenapa harus muncul di siang hari begini, sih? Biasanya juga munculnya malam. Akibatnya Nisa jadi ketakutan, kan, sekarang. "Bang, kita pulang aja, yuk. Kok, tiba-tiba di sini jadi serem, ya. Tengok, itu, tangan Abang aja sampek merah kayak gitu gara-gara dipukul setan. Kita pulang aja, ya. Pasti di sini banyak setannya." Nisa memasang puppy eye's-nya. Menatap Prisma memohon.

Sedangkan Prisma, saat ini dia langsung menggeram tertahan. Gadis di sampingnya ini benar-benar ... ah, entahlah! Untung saja Prisma sayang. Eh!

Akhirnya Prisma mengangguk, menuruti kemauan Nisa untuk segera pulang. Gagal sudah rencananya untuk jalan-jalan berdua dengan Nisa.

.........

Tetangga Galak! [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang