TG 21 || Sakit

6.5K 740 7
                                    

Selamat membaca😊
Jangan lupa tekan 🌟 ya😊😉

...............

Satu bungkus martabak, semangkuk bakso lava, sepuluh tusuk bakso bakar, dan dua gelas jus jeruk, sukses membuat senyum Nisa tak pernah pudar. Dengan binar di mata yang begitu kentara, Nisa menatap satu-persatu makanan di meja. Air liurnya berasa ingin tumpah, cacing-cacing di perutnya sedari tadi sudah berdemo untuk diberi nutrisi, sampai beberapa kali terdengar bunyi 'krukk' dari perutnya.

Sebagai permulaan, Nisa mengambil mangkuk berisi bakso lava. Membawanya ke pangkuan, lalu langsung melahapnya. Sesekali netranya melihat ke arah TV yang menampilkan film anime favoritnya--Naruto.

Serasa dunia milik sendiri, Nisa mengabaikan keadaan di sekitarnya. Hingga seseorang berjalan dari belakang dan mengagetkan Nisa, membuat bakso yang tengah ia kunyah meloncat keluar, Nisa lalu langsung terbatuk-batuk.

"Nggak ada otak kau memang!!" Nisa menatap tajam lelaki yang berjalan ke arahnya yang tengah tertawa. Dengan cepat dia mengambil jus jeruk di meja lalu meminumnya hingga tandas. Namun, rasa panas di tenggorokan dan hidung tak kunjung hilang, dengan segera Nisa beranjak dan berjalan ke dapur. Mencari toples berisi gula  di dalam lemari, kemudian setelah menemukannya dia langsung melahap satu sendok penuh gula. Nisa percaya sepenuhnya bahwa gula bisa menetralisir rasa pedas. Karena setiap kali Nisa merasa kepedasan, gula selalu menolongnya.

"JANGAN DIMAKAN!!" Dengan sedikit berlari Nisa berjalan kembali ke sofa, dilihatnya di sana Andre tengah menggantikan posisinya melahap bakso lava milik Nisa. Dengan memasang tampang tak berdosa, Andre tetap duduk santai memakan bakso lava meskipun Nisa sudah mencak-mencak berjalan ke arahnya.

"Andre gilaaakkk!!" Ih, dibilang jangan dimakan!!" Pukulan bertubi-tubi mendarat mulus di lengan Andre. Pria itu mengaduh, menaruh mangkuk yang dia pegang kembali ke atas meja kemudian langsung berdiri, menatap sinis ke arah Nisa yang langsung mendekap mangkuk berisi bakso lavanya.

"Pelit kali pun kau jadi Kakak!" sungut Andre, sembari tangannya terus bekerja mengelus-elus lengannya yang terasa panas.

Nisa mendelik, menatap nyalang pada Andre. "Biarin! Sama Adek kayak kau itu memang harus harus pelit." balasnya. Kemudian menyendokkan bakso larva ke dalam mulutnya. "Iss, enaknya ... pedesnya nggak ada duanya. Mantap betol, lah, pokoknya." Nisa bergerak mendekati Andre, menyendokkan bakso  ke dalam mulutnya secara perlahan, kemudian mengunyahnya dengan cara yang dibuat elegan.

Andre berdecih, sedikit mendorong Nisa hingga gadis itu mundur beberapa langkah. Setelahnya Andre kembali duduk di sofa dan mengambil martabak di meja.

Nisa kembali melotot, menatap Andre nyalang. Sementara yang ditatap sama sekali tidak terpengaruh, Andre malah tetap asik mengunyah sambil pandangan fokus ke arah TV. Nisa menggeram, kesal. Tidak bisakah Andre tidak mengganggu hari minggunya yang ceria ini? Huh, ingin rasanya Nisa melempar adiknya itu ke kolam ikan piranha.

"Kau kalok mau ya belik. Jangan asal ngambel punyak orang!" sentak Nisa, kemudian menaruh mangkuk yang dia pegang ke atas meja, lalu mengambil bungkusan berisi martabak dan bakso bakar untuk dijauhkan dari Andre. Huh, biar saja Nisa dibilang pelit, pokoknya hari ini dia hanya ingin menghabiskan waktu liburnya dengan makan banyak. Tidak ada yang boleh mengganggu, meskipun itu adik atau mamaknya sekalipun.

Andre melirik Nisa sekilas, tak lama sebuah seringaian terbit di bibirnya. Dengan cepat dia meraih jus jeruk di depannya, meneguk minuman itu hingga tandas.

"Ahh ... segernya ...." Andre mendesah lega, kemudian tangan kanannya bekerja mengelap mulutnya sambil menatap Nisa dengan pandangan mengejek. Nisa yang melihatnya semakin bertambah kesal, punya dosa apa dia di masa lalu sampai-sampai Tuhan memberinya adik model Andre begini? Tiba-tiba saja, keinginan untuk mengembalikan Andre pulang ke rahim mamaknya langsung  muncul ke permukaan.

Tetangga Galak! [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang