Jangan lupa tekan🌟 ya😊
Selamat membaca.....................
"NISA! AYOK FOTO!!"
"BENTAR!"
Nisa sedikit merapikan gaunnya, kemudian dia melangkah ke arah Tari dan beberapa temannya yang tengah berdiri di depan gedung. Setiap langkah yang dia tapaki begitu pelan dan sangat hati-hati. Tentu saja, dengan keadaan memakai gaun super cantik, kemudian sepatu ber-hak yang tidak terlalu tinggi dijadikan sebagai alas kaki. Tidak mungkin, kan, Nisa berlari dengan pakaian seperti itu, bisa-bisa nanti dia jatuh karena terserimpet gaunnya yang panjangnya sampai menutupi seluruh kaki. Sakitnya memang tidak seberapa, tetapi malunya yang luar biasa.
"Ah, yang dateng sama cowoknya dari tadi nggak mau gabung sama kita. Nempel terus kayak dikasih lem setan."
Nisa hanya memutar bola mata mendengar perkataan Tari. Sahabatnya ini meskipun sudah tampil anggun, mulutnya tetap saja bar-bar. Ingin rasanya Nisa me-lakban mulut Tari yang ributnya melebihi admin lambe turah.
"Eh, Nis. Itu betol cowok kau?"
Celetukan salah satu temannya membuat Nisa menghela napas. Diantara malas menjawab dan jika ingin menjawab, pun, Nisa tidak tahu harus menjawab apa.
"The best lah kalok kau pacaran sama abang itu. Gilak, gantengnya nggak ketulungan."
Nisa hanya bisa meringis kecil ketika lagi-lagi temannya itu berbicara, dengan mata menatap ke arah Prisma yang nampak tengah berbincang-bincang dengan keluarga Nisa.
"Alah, nggak usah sok malu-malu gitu, lah, kau. Kalok pacaran ya tinggal bilang, apa susahnya cobak?" cibir Tari.
Nisa kembali memutar mata. Lalu berkata, "Susahnya ya itu. Aku harus bilang apa cobak? Orang aku pun nggak tahu kami pacaran apa nggak!" Nisa mendengkus jengkel, sedangkan Tari dan beberapa temannya yang lain langsung tertawa.
"Jadi sampek sekarang kau sama bang Prisma belom ada hubungan apa-apa?" tanya Tari dengan mata menyipit.
Nisa hanya mengendikkan bahu, lalu setelah itu mengangguk. Memang benar, sejak pengakuan Prisma waktu itu, Nisa masih tidak tahu hubungan apa yang tengah mereka jalin selama tiga bulan ke belakang. Meskipun waktu itu Prisma mengatakan kalau Nisa boleh menganggap bahawa mereka pacaran, namun tetap saja, hal itu sama sekali tidak dapat membuat Nisa berpikir demikian.
"Udah, tenang aja kau. Abes pulang dari sini, bang Prisma pasti langsung ngelamar kau. Pegang cakapku," tutur Tari. Lalu detik berikutnya dia langsung tertawa.
"Kita jadi foto apa nggak, ini?" Nisa bertanya kesal. Dia menatap tajam Tari yang masih saja tertawa.
"Jadi, lah," ucap Tari disela tawanya. "Tapi nanti, aku mau ketawak dulu. Hahaha."
Nisa mendengkus kesal. Huh, punya dosa apa dia di masa lalu sampai-sampai mempunyai sahabat seperti Tari. Si gadis bar-bar yang kegilaannya sudah diluar batas wajar.
"Udah, lah, cepet! Kalok nggak, aku balek, ya!"
"Iya, iya. Nggak sabaran kali, pun, kau!"
..............
Nisa menghapus air mata di pipinya. Rasanya sangat sedih ketika dia kembali teringat kalau hari ini adalah hari terakhirnya merasakan manisnya masa-masa putih abu-abu. Hari terakhirnya dia dapat berkumpul dengan teman-teman sekelasnya yang gila dan kocak.
"Huhuhu ... Nisa, jangan lupakan aku, ya. Jangan lupakan kawanmu yang cantik ini. Huhuhu."
Nisa menggeplak pundak Tari kuat. Membuat Tari langsung melepaskan pelukan mereka dan langsung meringis sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetangga Galak! [TAMAT]
Romance[Belum direvisi] Nisa mempunyai ketakutan tersendiri dalam hidupnya. Sebuah ketakutan yang mungkin akan dianggap lucu oleh orang lain, namun begitu menyeramkan untuknya. Takut pada Tuhan? Itu harus. Takut pada setan? Sudah biasa. Takutnya ini adalah...