TG6 || Malam Menyeramkan

10.2K 1K 21
                                    


"Nisa minta maaf," ucap Nisa dengan kepala menunduk. Kedua tangannya saling bertaut, menandakan bahwa saat ini dia tengah gugup dan juga takut.

Saat ini bik Suci, Prisma, Nisa, dan juga Andre tengah duduk di ruang keluarga. Sedangkan mang Herman dia tengah menonton bola di rumah tetangga.

"Kamu nggak salah, kok. Jadi, nggak perlu minta maaf." Bik Suci yang duduk di sebelah Nisa  mengusap kepalnya lembut. Memberikan senyuman teduh pada Nisa. Sudah berkali-kali dia memberikan pengertian pada Nisa kalau alasan Prisma kepedasan tadi bukan karenanya. Itu semua salah Prisma yang tidak memerhatikan makanan apa yang dia ambil, padahal sebelumnya sudah diberitahu oleh bik Suci.

Namun, meskipun bik Suci sudah mengatakan kalau itu semua bukan salah Nisa, tetap saja dia merasa bersalah. Kalau bukan karena masakannya, Prisma pasti tidak akan mengalami hal tadi.

Nisa mengangkat sedikit wajahnya, dia melirik ke arah depan dan menemukan Prisma yang menatapnya lekat. Raut wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apapun, namun matanya tetap saja menatap Nisa tajam seperti ingin menikamnya. Huh, lagi-lagi jantungnya berdetak sangat cepat. Bisa-bisa setelah ini Nisa langsung terkena serangan jantung karena kerja jantungnya yang sering berdegup tidak normal.

"Matamu!"

"Aduh!"

Prisma mengaduh,  mengelus-elus lengannya yang dipukul oleh bik Suci. Matanya sudah beralih dari Nisa, menatap bundanya yang berkacak pinggang.

"Mata kamu bentar lagi Bunda congkel, ya. Kebiasaan banget bikin mantu Bunda takut!" sungut bik Suci.

Prisma memutar bola matanya malas. Di sini, yang anak bundanya siapa, sih? Yang terkena musibah Prisma, yang dilindungi Nisa. Sungguh kejam!

Tapi, tunggu dulu. Prisma merasa ada yang janggal dari ucapan bundanya tadi. Kalau dia tidak salah dengar, bundanya tadi menyebut mantu. Nah, pertanyaannya, siapa mantu bundanya?

"Mantu?" Prisma mengernyitkam dahi, menatap bundanya bingung.

"Iya, mantu Bunda. Nisa." Secepat kilat bundanya menjawab, secepat itu juga Prisma kembali melihat ke arah Nisa, yang seketika langsung membuat Nisa kembali menunduk.

Nisa menautkan jari-jarinya sambil menggigit bibir bawahnya. Sungguh, tenggelamkan saja Nisa saat ini ke kolam Ikan! Tenggelamkan! Dia sudah tidak kuat! Belum ada  satu hari, loh, dia tinggal serumah dengan Prisma, tapi keadaannya sudah seperti ini. Lalu, apa kabar dengan sisa enam harinya tinggal di sini?

Kepala Nisa semakin menunduk. Jika dia diberikan pilihan antara diomeli mamaknya atau berhadapan dengan Prisma, dengan lugas dia akan menjawab diomeli mamaknya! Bahkan, dia rela diomeli mamaknya seminggu semalam penuh daripada harus berhadapan dengan Prisma.

"Bun, sejak kapan Nisa jadi mantu Bunda?" tanya Prisma, perhatiannya sudah sepenuhnya mengarah ke bik Suci.

"Belum jadi mantu, sih. Sebenarnya, masih jadi calon," jawab bik Suci, kemudian dia melirik Nisa dengan senyum lebarnya.

"Terus, dia mau dicalonkan sama siapa?" Prisma bertanya dengan tenang,  di wajahnya sama sekali tidak menunjukkan ekspresi apapun.

"Ya, sama kamu, lah. Masa sama ayahmu."

Nisa pikir, setelah mendengar itu Prisma akan meledak-ledak di tempatnya, memarahinya, atau apalah, sebagai bentuk protes atas keputusan sepihak bik Suci. Namun, nyatanya pemikiran Nisa berbanding terbalik dengan situasi saat ini. Tidak ada emosi yang meledak-ledak, yang ada hanya tatapan datar dengan satu alis terangkat. Prisma nampak tenang, bahkan dia kembali meminum susu kotak yang sedari tadi dipegangnya yang tadi dia gunakan sebagai penghilang rasa pedas.

Tetangga Galak! [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang