TG8 || Mimpi dan Realita

11.1K 1K 30
                                    

Nisa mengerjap pelan. Kemudian sedikit meringis tatakala kepalanya terasa nyeri. Dia memegang pelipisnya pelan, dan sedikit terkejut karena menemukan sebuah benda basah yang menempel di keningnya. Nisa mengambil benda tersebut kemudian membuka mata, dia mengernyit mengetahu kalau benda tersebut adalah handuk. Seingatnya, dia tidak pernah memakai benda tersebut sebelum dirinya tidur semalam. Jadi, benda ini datang dari mana?

"Sudah bangun?"

Nisa tersentak mendengar suara serak seorang pria. Dia menolehkan kepalanya ke kanan dan menemukan Prisma yang mencoba bangun dari sofa yang entah sejak kapan berada tepat di samping  ranjang. Nisa memerhatikan Prisma dengan kening berkerut bingung, dalam benaknya bertanya-tanya, mengapa Prisma bisa berada di kamarnya? Ya, meskipun ini masih rumah Prisma, tapi, kan, ini kamar Nisa. Sedangkan  kamar Pria itu berada di sebelah. Nisa berpikir, apakah pria itu salah masuk kamar?

"Tidak terlalu panas."

Lagi-lagi Nisa tersentak saat tiba-tiba Prisma menyentuh keningnya. Dia menatap Prisma waspada, takut jika Prisma lagi-lagi memarahinya atau menatapnya tajam seperti ingin membunuh. Tetapi, sejauh Nisa memerhatikan Prisma, dia sama sekali tidak menemukan tanda-tanda kemarahan di dalam diri Prisma. Tatapan tajam yang biasa dilayangkan Prisma untuknya pun tidak terlihat, yang ada hanya tatapan, khawatir? Nisa menggeleng-gelengkan kepalanya mencoba mengusir pemikirannya mengenai kekhawatiran Prisma. Sejak kapan Prisma khawatir padanya? Ah, mungkin itu hanya halusinasi yang diakibatkan dari rasa sakit di kepalanya.

"Ada apa? Apa kamu merasa sakit? Mana yang sakit?"

Nisa masih menatap Prisma yang lagi-lagi terlihat khawatir padanya. Pria itu sudah berdiri di sebelahnya dengan badan sedikit membungkuk, dan jangan lupakan tatapan khawatir yang dilihat Nisa di mata Pria itu.

"Mau minum?" tanya Prisma lembut.

Nisa mengangguk ragu, dengan cepat Prisma menegakkan tubuhnya dan mengambil air minum yang sudah pria itu siapkan. Dia membantu Nisa duduk kemudian menyerahkan air minum tersebut pada Nisa dan membantunya minum.

"Sudah?"

Nisa mengangguk. Prisma kembali menaruh gelas yang tinggal setengah itu ke atas meja nakas. Kemudian dia membantu Nisa untuk tidur kembali. Membetulkan letak selimut yang dipakai Nisa, kemudian mengelus kepala gadis tersebut.

"Masih jam empat, lebih baik kamu tidur lagi."

Lagi-lagi Nisa mengangguk, bak kerbau yang dicokol hidungnya, Nisa menuruti semua yang dikatakan Prisma. Dia seperti tersihir akan sikap Prisma yang baru kali ini dilihatnya. Prisma yang ini berbeda, dia lembut dan perhatian. Tatapan matanya juga tidak tajam seperti biasanya, yang ada hanya tatapan lembut yang meneduhkan. Jika biasanya Nisa akan merasa takut jika berdekatan dengan Prisma, kali ini rasa itu sama sekali tidak ada, yang ada hanya rasa nyaman.

Perlahan mata Nisa kembali terpejam, elusan di kepalanya membuat rasa kantuk itu kembali datang. Nisa mengembangkan senyum, sedikit merasa bahagia dengan kenyamanan yang dirasakannya saat ini. Hingga kantuk itu benar-benar sudah menguasai sepenuhnya, matanya sudah benar-benar terpejam.

Prisma yang melihat Nisa sudah tertidur, pun, mengembangkan senyum. Dia menghentikan elusan tangannya, membetulkan letak selimut Nisa, kemudian memajukan tubuhnya ke arah wajah Nisa dan mengecup kening Nisa lembut.

"Mimpi indah," gumamnya.

Prisma menepuk-nepuk pelan lengan Nisa ketika gadis itu sedikit mengerang. Hingga beberapa saat, ketika dilihatnya Nisa sudah kembali tenang, Prisma bangkit dari duduknya, kemudian menatap Nisa yang tersenyum dalam tidurnya.

Prisma kembali meletakkan sofa yang tadi dia gunakan untuk tidur ke tempat semula. Kemudian melangkah keluar dari kamar Nisa dan menutup pintunya pelan. Prisma masuk ke dalam kamarnya dan langsung berjalan ke kasur, merebahkan tubuhnya di samping Andre yang sudah tertidur. Dia menatap langit-langit kamar dengan senyuman yang tak pernah luntur dari wajahnya. Kemudian mulai memejamkan mata untuk masuk ke alam mimpi. Seperti malam-malam sebelumnya, malam ini Prisma berharap dia dapat bermimpi indah.

Tetangga Galak! [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang