TG28 || Kejutan

5.7K 609 8
                                    

Jangan lupa vote dan komen, ya😉😊
Selamat membaca ....

.................

Bagaimana perasaanmu ketika penantian panjang yang selama ini kau lakukan akhirnya berhenti? Berhenti bukan berarti kau menyerah akan penantian itu, melainkan karena hal yang selama ini kau nanti-nanti sudah berada dalam genggaman tanganmu. Sudah pasti senang luar biasa, 'kan?

Bagi Nisa, kabar mengenai kepulangan Prisma setelah selama empat tahun pria itu tidak ada di sisinya, merupakan sebuah kabar yang sungguh menggembirakan. Nisa tidak perlu lagi merasa resah setiap malam menunggu pria itu menghubunginya. Tidak lagi perlu berteman dengan sepi karena pusat bahagianya kini hadir kembali.

Penantiannya selama kurang lebih empat tahun ini sungguh sangat menyesakkan. Setiap hari dirinya harus bersitegang dengan rindu yang begitu menggebu. Mengutuk jarak yang begitu menganggu hingga menciptakan pilu. Namun dari semua itu, apa yang bisa Nisa lakukan selain berdoa pada Tuhan dan mengharap temu?

"Tadi sore kau sok-sokan nggak mau ngomong sama aku, sekarang malah kau nelpon aku dulu. Kenapa? Rindu kau sama aku? Nyesel kau udah nyuruh aku pulang?"

Nisa hanya terkikik geli mendengar suara sinis Tari.

"Perasaan tadi sore kau masik bergalau-galau ria, sekarang udah seneng-sebeng aja. Kenapa kau?"

Memangnya, kentara sekali, ya, kalau dia sedang bahagia?  Nisa terkikik geli, mengubah posisi berbaringnya menjadi telentang. Dia menatap langit-lagit kamar dengan senyum lebar yang tak kunjung pudar. "Ya jelas, lah. Rasanya tuh kayak kau dapet bonus jalan-jalan ke Raja Ampat. Seneng kali, lah, pokoknya."

"Wiihhh, ketiban rejeki apa kau? Sampek seneng kali kayak gitu?"

Nisa tidak langsung menjawab. Dia meraih ujung bagian selimutnya kemudian menggigit-gigitnya gemas. Salah satu kebiasaan Nisa jika sedang gugup atau senang. "Bang Prisma."

"Hmm, kenapa sama bang Prisma?"

"Besok bang Prisma pulang!" pekik Nisa. Kemudian dia menjerit-jerit sambil menghentak-hentakkan kaki di kasur. Berguling-guling ke kanan-ke kiri lalu berdiri dan langsung melompat-lompat. Nisa yakin, jika ada orang yang melihatnya, pasti orang itu langsung mengira kalau Nisa sudah gila. Ah, tapi Nisa sama sekali tidak mempermasalahkan pendapat orang lain tentang dirinya. Inilah Nisa, dengan segala tingkah aneh bin nyelenehnya. Seperti inilah caranya mengeskpresikan rasa bahagianya. Terserah orang mau bilang apa, karena bagi Nisa, kepuasan batin lebih utama dari pada nyinyiran netizen yang tiada habisnya.

"Hah? Serius kau?!"

Meskipun Nisa tahu kalau Tari tidak akan melihatnya, entah mengapa Nisa tetap menganggukkan kepalanya sembari tersenyum lebar. "Dua rius malah!"

"Halah! Nggak percaya aku. Palingan itu cuma halusinasimu aja karena kau udah kangen kali sama bang Prisma. Pasti itu hoax, kan?" ucap Tari tak percaya.

Nisa mendelik, dia menatap kesal pada ponselnya seakan-akan benda itu adalah Tari. "Gigik kau halusinasi. Ini fakta, bukan hoax ataupun cuma kabar burung semata! Bik Suci sendiri tadi yang bilang sama aku langsung!" Hey! Tari pikir Nisa sudah gila, apa? Mau serindu apapun Nisa dengan Prisma, hal seperti itu tidak akan terjadi padanya.

"hmm, iya, iya. Aku, kan, cuman nebak aja. Nggak usah sensi kali, lah."

"Hmm." Mood Nisa yang tadinya baik, langsung saja anjlok karena Tari. Huh, Nisa jadi menyesal menghubungi gadis itu.

"Tapi, Tar."

"Hmm, kenapa?"

"Kau harus hati-hati. Waspada."

Tetangga Galak! [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang