11

7.9K 966 149
                                    

*Warn!*
- May trigger your fasting activity!
- LIL RATED.
- SANGAT TIDAK DISARANKAN MEMBACA SETELAH IMSAK(༎ຶ ෴ ༎ຶ)



"Masuk." Lirih Jaemin dari sisi pintu sambil mempersilahkan Jeno masuk.

Jeno melangkahkan kakinya kedalam rumah Jaemin, seorang Dokter yang sudah terikat hubungan dengan Jeno karena mereka sempat menjalin hubungan walau hanya seumur janin manusia.

Jaemin menatap punggung Jeno yang mulai mendudukan dirinya di sofa ruang tamu. Jaemin menutup pintu dan berjalan menyusul ke ruang tamu dan mendudukkan dirinya disamping Jeno. Selang beberapa menit, tak ada satupun dari mereka yang membuka suara selain membalas helaan napas masing masing. Sehingga perlahan jemari Jaemin menggenggam telapak Jeno yang bertumpu di pelipis Jeno, "Sudah siap menceritakannya?"

Jeno melirik sekilas kearah Jaemin dan tersenyum. Lalu ia menautkan jemarinya erat di telapak sosok yang pernah mengambil alih hatinya, "Aku bukannya ragu untuk menceritakannya, Jaem. Tapi, aku merasa belum siap"

Jeno mengubah posisi duduknya menghadap Jaemin dan menatap manik Jaemin telak, "M-maksudku, aku belum siap untuk terikat pada hubungan lainnya, Na." Lanjut Jeno dengan pitch yang lebih rendah.

Atmosfer yang mengitari dua sosok insan adam diruangan itu sangat kaku dan hampa, seolah senyuman yang mereka lontarkan adalah salah satu cara untuk berkomunikasi. Jaemin tersenyum dan jemarinya tergerak untuk merapikan beberapa helai surai Jeno yang menutupi dahinya, "Baiklah, mungkin segelas kopi akan membantumu berpikir lebih tenang. Aku buatkan ya, Jen."

Jaemin melepaskan tautan jemari Jeno dan langsung melangkahkan kakinya menuju dapur untuk menyeduh segelas kopi. Jemari Jaemin menggenggam teko dengan erat, ia merasa ada hal yang mengganjal di satu ruang hatinya sehingga mampu membuatnya enggan bernapas. Jaemin menarik dan menghembuskan napasnya secara beraturan, ia harus mulai terbiasa untuk menyadari bahwa Jeno bukan lagu sosok yang bisa ia miliki sepenuhnya.

Air didalam teko elektrik sudah mulai meletup, Jaemin menekan tombol off lalu menuangkan air tersebut kedalam mug hitam yang berisikan bubuk kopi. Jaemin mengaduknya dan segera membawakannya untuk Jeno, namun Jaemin mengernyitkan dahi saat Jeno terlihat menatap kosong kearah jendela, "Masih terbebani ya?" Tanya Jaemin lembut.

Jeno mengalihkan pandangannya kearah Jaemin yang sedang meletakkan gelas kopi di meja. Menghela napasnya sekilas, Jeno menarik pinggang Jaemin dan menenggelamkan wajah di perutnya.

Ini dia. Inilah hal yang membuat Jaemin masih enggan melepaskan Jeno. Segala perbuatan dan perlakuan Jeno padanya sama seperti saat mereka masih menjalin hubungan. Jaemin benar benar menyukainya tapi sekarang ia harus bisa membatasi egonya. Jaemin menghela napasnya kasar dan kedua tangannya meraih pundak Jeno dan sesekali mengusap lembut surainya, membiarkan Jeno memeluk tubuhnya.

"Aku masih takut, Na" lirih Jeno di dalam dekapannya.

Jaemin menunduk dan menatap puncak kepala Jeno yang bersandar di perutnya erat, "Apa yang kau takutkan jika kau yakin kalau..." Jaemin sedikit menggantungkan perkataannya dan menghela napas sekilas, "kalau kau sudah bertemu mate-mu..."

Jeno akhirnya mendongakkan kepalanya sehingga tatapan mereka kembali bertemu. Jaemin merapikan helaian rambut Jeno yang menutupi wajahnya dan mengusap wajah Jeno lembut.

"Aku takut hal yang lama terulang kembali. Aku takut Dia akan kembali. Aku takut, aku akan melukainya karena aku tidak bisa mengendalikannya. Sama halnya seperti dulu aku menyakitimu, Na."

Master Vamp ;NoHyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang