20

6.7K 885 193
                                    

"Apa apaan?! Saya ingatkan anda Dokter Na, jangan mengatakan hal diluar nalar saya. Tidak ada yang namanya heat." Tegas Minhyung.

Dokter bernama Na Jaemin tersebut hanya menghela napasnya pelan lalu mencoba untuk menjelaskan pada Minhyung, "Begini, saya tidak menemukan adanya lebam, luka ataupun bengkak di sekitar perut pasien. Lalu, detak jantung pasien benar benar cepat. Dan, respon pasien. Pasien bukan merasa sakit,  ia hanya sensitif. Begitulah heat bekerja, setiap sentuhan apapun akan begitu sensitif bagi mereka dan suhu tubuh mereka akan naik turun." Jelas dokter tersebut. Namun, bukannya mendengarkan, Minhyung hanya mendengus kesal dan mengepalkan kedua tangannya.

"Jangan memancing emosi saya, Dok." Geram Minhyung.

Jaemin hanya menautkan dahi dan menatap manik Minhyung serius, "Begini, anda datang kesini untuk mengetahui apa yang dialami pasien, Jadi sebaiknya anda mendengarkan tuan. Dan satu lagi, Ruam merah dileher pasien benar kontras. Apa anda kekasihnya? Kalian Beta? Atau anda menariknya saat pasien sedang kno—"

Tanpa menunggu menyelesaikan ucapan Jaemin, Minhyung dengan segera menarik kerah mantel putih Jaemin, "Saya kakaknya, puas?! Cukup jelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada adik saya." Geram Minhyung dengan pitch yang rendah.

Dokter tersebut hanya memutar matanya malas saat maniknya tidak sengaja bertemu dengan satu ruam—tidak, tepatnya seperti bekas gigitan di leher Minhyung.

"Cih, pasien." Decak Jaemin.

"Well, saya sudah menjelaskan apa yang dialami adik anda. Daripada menunggu anda percaya atau tidak, saya akan berikan pasien infus dan beberapa re—"

"Jangan berikan infus, cukup resep" potong Minhyung dingin.

"—Sep. Baiklah, saya akan memberi resep dan anda bisa membelinya di gedung utara rumah sakit." Ucap Jaemin tak kalah ketus dan segera menuliskan beberapa jenis obatan di kertas tersebut dan segera memberikannya kepada Minhyung.

"Jangan khawatir, Adik anda tidak akan terbang entah kemana. Dia akan saya bawa ke ruangan itu" ucap Jaemin santai sembari menunjuk ruang bersekat tirai yang cukup tebal dimana ia memunculkan diri sebelumnya.

Minhyung hanya memicingkan matanya dan pergi menuju apotik rumah sakit yang berada diseberang.

***

Jeno merasakan pandangannya memburam. Sebisa mungkin ia tetap menjaga fokusnya saat menyetir, sesekali Jeno memukuli sisi kepalanya untuk tetap menjaganya sadar.

Menggeram kesal, ia membuka dashboard mobil dengan tergesa dan mencari keberadaan tabung kecil berisikan tablet penetral miliknya. Jemarinya dengan terburu buru meraba isinya namun tidak menemukan benda tersebut. Jeno semakin meringis, kepalanya berdenyut, detak jantungnya tidak stabil dan ia merasa tubuhnya semakin gerah.

Akhirnya, Jeno meraih ponselnya dan segera mengetik kontak Jaemin disana. Ia menempelkan benda pipih itu di sisi wajahnya dan menunggu penerima panggilan untuk mengangkat teleponnya.

Namun, beberapa saat menunggu, Suara Jaemin  yang tidak diharapkan terdengar— Voice mail.

Halo, Ini Jaemin. Aku sedang bermain dengan Stethoscope ku. Nanti kuhubungi lagi, dah.

"Ahk Sialan!! K-kalau begitu, aku langsung  ke rumah sakit saja!" Geram Jeno. Ia melempar ponselnya ke jok samping dan segera menuju rumah sakit tempat mantan kekasihnya itu bekerja yang tinggal beberapa blok saja.

Sesampainya di halaman rumah sakit, Jeno segera memarkirkan mobilnya, namun matanya terpaku ke salah satu mobil yang samar samar menguarkan satu aroma 'pembangkit' dirinya. Namun ia segera menggeleng— memastikan dirinya untuk tidak berasumsi.

Master Vamp ;NoHyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang