1

19.7K 1.6K 38
                                    

"Oh, halo. Akhirnya kau sadar juga"

Donghyuck mengernyitkan dahi mendengar suara bariton yang menggema di pendengarannya.

Itu bukan suara kakak tirinya, Minhyung.

Ia kembali mengerjapkan matanya berulang kali untuk mengumpulkan fokus pada sosok pemilik suara asing tersebut. Ia mencoba menyandarkan dirinya di Headboard kasur empuk itu.

Sehingga penglihatan Donghyuck menemukan seorang pria bersurai blonde. Pria itu memiliki rahang yang tegas, tubuh yang proposional dan tingginya yang cukup membuat Donghyuck menjadi sedikit– cebol?

Tetapi wajah pria itu sangat berbanding terbalik dengan postur tubuhnya, wajahnya yang tampan itu memancarkan aura yang cukup menggemaskan, terutama saat menatap Donghyuck dari samping dengan tatapan khawatirnya.

"Sial!" Umpat Donghyuck. Ia langsung melompat ke sisi kasur yang berseberangan dengan pria asing itu. Namun saat tubuhnya mendarat di lantai, ia merasakan sesuatu yang melilit bagian atas telapak tangannya; Infus.

Pria tersebut terkesiap melihat ulah Donghyuck yang langsung menerjunkan dirinya ke lantai, sehingga ia langsung berjalan ke sisi lain kasur untuk menghampiri Donghyuck, "Hey, kau masih di infus! Nanti tanganmu bisa berdarah!"

Donghyuck mendesis, "Apa pedulimu?! Kau siapa?!"

Pria tersebut berlutut dihadapan Donghyuck dengan satu lutut yang menumpu tubuhnya, ia terkekeh pelan lalu mencoba untuk meraih tangan Donghyuck yang di masuki jarum infus tersebut, dan Donghyuck terlihat tidak menolak sepertinya, "Aku Lee Jeno, aku peduli karena kau jatuh di trotoar waktu itu. Dan asal kau tahu, orang orang hanya menatapmu"

Waktu itu, katanya?

Tunggu, Donghyuck langsung meneguk ludahnya kasar, "A-apa maksudmu dengan waktu itu?!"

Jeno yang sudah selesai memperbaiki plester infus Donghyuck langsung mendudukkan diri berhadapan dengan Donghyuck, "Iya waktu itu. Dua hari lalu kau terlihat sangat pucat, kau pingsan lalu orang orang hanya menatapmu. Saat itu aku tidak jauh denganmu, mak—"

"DUA HARI KAU BILANG?"

Sungguh, Pekikan Donghyuck benar benar membuat telinga Jeno langsung berdengung! Jeno mengusap telinganya dan mundur beberapa senti dari Donghyuck, "I-iya."

Sementara Donghyuck langsung bangkit berdiri dan mencabut infus yang melekat di tangannya dengan  kasar, "MATI AKU! KATAKAN, DIMANA AKU SEKARANG?"

"Hey! Mengapa kau mencabu— kau berdarah!"

"AKU HARUS PULANG BODOH!" Donghyuck langsung pergi meninggalkan Jeno, tak peduli tangannya sudah mengeluarkan darah yang cukup banyak karena ulahnya sendiri yang mencabut infus dengan kasar.

Donghyuck langsung berlari keluar dari kamar milik Jeno, masa bodoh ia tau akan pergi lewat mana, asalkan ia keluar terlebih dahulu dari rumah orang asing ini. Bahkan ia tidak mempedulikan darah yang sudah mengalir deras dari tangannya sehingga meninggalkan banyak jejak.

Ia menemukan pintu keluar dan langsung menuju lorong kosong yang terlihat cukup mewah dan cukup... Familiar?

"E-eh?"

Jeno yang ikut menyusul dengan nampan besi berisikan alat medis langsung berhenti dan heran melihat Donghyuck ternyata tidak pergi sampai keluar gedung apartment nya, "Eh? Kau tidak jadi kabur ya?"

Donghyuck sebenarnya bingung tetapi setelah mendengar pertanyaan bodoh Jeno, sekarang ia ingin menampar pria tampan itu, "Kau ini bodoh ya?!" Ucap Donghyuck sambil mendelik kesal pada Jeno sedangkan Jeno hanya menatapnya.

"Ah tolol, ini gedung apartment Archers?" Tanya Donghyuck malas sambil mengurut pangkal hidungnya.

Jeno menjawab pertanyaan Donghyuck dengan menganggukkan kepalanya dan menampilkan senyuman mata sabitnya, "Iya! Kau sering kesini ya? Atau kau punya kerabat disekitar sini?"

"Aku ting—ah, ya. Aku punya kerabat disini. Kalau begitu pergi masuk sana! Terima kasih juga untuk infusnya." Ketus Donghyuck. Awalnya, ia hampir saja mengatakan bahwa ia tinggal di gedung yang sama. Maksudnya, gila saja jika ia memberitahu orang asing bahwa ia tinggal di tempat yang sama!

Lagipula, jika ia memberitahu Jeno, mungkin Donghyuck bisa gila karena ia yakin pasti Jeno akan sering mengunjungi apartment nya. Terutama dengan otak polosnya itu—ah tidak, Donghyuck pikir Jeno bukan polos, tapi tolol.

"Tunggu! Tapi tanganmu mungkin masih menge–" ucapan Jeno tergantung begitu saja saat Donghyuck dengan malas menunjukan tangannya sudah kembali seperti semula; tanpa ada bekas luka maupun bercak darah, "E-eh? Kapan?"

"Aish! Kau berisik! Pergi masuk sana, aku sudah mengobatinya tadi, sekarang jangan ikuti aku lagi!"

Donghyuck langsung berlari menuju ujung lorong dan menekan tombol lift dengan terburu buru, antara takut kalau si Lee bodoh Jeno akan mengikutinya atau kakak tirinya akan membunuhnya di siang bolong.

Akhirnya pintu lift terbuka dan ia dengan gesit masuk lalu menekan tombol F19, ia sesekali menghentakkan  kakinya karena terlalu gugup.

Lagipula, bagaimana bisa ia tidak sadarkan diri selama dua hari?! Se lapar apa ia sampai tidak sadarkan diri seperti orang koma? Heol!

Setelah lift berdenting dan membuka pintunya secara otomatis, Donghyuck langsung berlari menuju ke lintu apartmentnya dan mencari key card kamarnya di dompet. Donghyuck sedikit terkejut kalau si Jeno itu tidak menyentuh barang barang miliknya.

Ia menempelkan kartu tersebut lalu membuka pintu apartment nya perlahan, ia mengintip dari daun pintu. Semua terlihat sama sebagaimana ia meninggalkan apartment nya sebelumnya, dari tirai tebal yang masih menghalau cahaya matahari masuk ke ruangan ataupun letak posisi sepatu di rak dekat pintu.

"Phew. Syukurlah masih sama"

Donghyuck akhirnya masuk kedalam lalu membuka sepatunya. Ia menekan tombol pendingin ruangan dan tombol lampu, sekarang ia hanya perlu membersihkan diri. Sebelum itu, Donghyuck berjalan menuju dapur untuk mengambil min—

Brugh!

"Bersenang senang?"

***

TBC

Halo:) Aku punya work baru, horee!:3

Semoga suka ya √•^•√

Don't forget to Vote, Comment, and Follow me💖

Master Vamp ;NoHyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang