Keadaan di barak terdengar riuh. Terutama adanya satu kantung mayat yang di angkut oleh beberapa pasukan.
Namun, satu isakan juga terdengar di barak, Ibu Hexane. Ia segera menghampiri Marco yang menggendong Hexane.
"Hexane, anakku!" Seru Ibu Hexane dibalik isakannya. Ia mengusap wajah Hexane dan menyingkap poni Hexane yang menutupi wajahnya.
Ibu Hexane mendongak, menatap anak angkatnya itu dengan matanya yang sudah sembab, "Terimakasih Marco. Aku sudah tak tahu lagi apa yang akan terjadi jika dia tidak k—"
Belum sempat menyelesaikan ucapannya, Ayah Marco segera menarik Ibu Hexane kedalam dekapannya dan membiarkan istrinya itu menangis, "Haline, He's home honey. He's home." Ucap ayah Marco lembut sembari mengusap punggung istrinya.
Matthias Lee, ayah Marco. Ia akhirnya meregang pelukan istrinya dan mengusap wajah sembab tersebut, "Tenang Haline, dia sudah disini, okay?" Bisik ayah Marco. Akhirnya Ibu Hexane, Haline Lee, sudah bernapas dengan normal. Ia mengangguk pelan, "Baiklah."
Ayah Marco mengalihkan pandangannya kepada Marco untuk memberi satu kode. Ia mencium dahi istrinya sekilas dan menatapnya lembut, "Pulanglah lebih dulu, sayang. Kami akan menyusul"
"T-tapi... B-baiklah. Tolong, benar benar pulang ke rumah ya?" Lirih Ibu Hexane. Suaranya benar benar terdengar parau dan matanya benar benar bengkak.
Ayah Marco mengangguk memastikan dan memeluk Ibu Hexane erat sebelum akhirnya istrinya itu pulang didampingi seorang pasukan yang ia tunjuk untuk mengantar istrinya pulang.
Setelah Ibu Hexane pergi dari Barak, Marco dengan segera melangkah menuju satu kamar pasukan di dalam barak, disusul dengan ayahnya.
Didalam kamar tersebut, ada sebuah velbed. Marco dengan segera merebahkan Hexane diatas velbed tersebut dan menatapnya khawatir.
"Marco." Panggil sang Ayah.
Marco hanya berdehem tanpa mengalihkan pandangannya dari Hexane, "Hm"
"Bagaimana bisa ada sesosok Bangsa memasuki perbatasan?" Tanya Ayah Marco tegas sembari memandangi kertas lapuk diatas meja yang hanya diterangi oleh lampu gantung tua berwarna kuning.
Marco diam tidak menjawab membuat Ayah Marco geram, "Marco! Mana sopan santunmu pada orang tua?! Jawab!" Seru ayah Marco. Namun Marco tetap tidak bergeming, ia masih saja menatap Hexane yang terbaring. Sehingga, Marco hanya menghela napasnya kasar.
"Dia ditandai, Ayah."
Awalnya rahang Ayah Marco mengeras, perlahan seolah meluap entah kemana. Ia mendengus untuk meredakan amarahnya tentang apa yang baru saja diucapkan anaknya itu, "Jangan sampai Ayah kembali menghukummu, Marco. Apa maksudmu?" Geram ayah Marco.
"Ditandai atau menandai. Ayah tau tentang itu." Ucap Marco ketus. Ia bangkit berdiri dan menyandarkan tubuhnya di pintu kamar tersebut, "Sebelumnya, Hexane mati matian untuk menyelamatkan serigala itu. Dan saat satu prajurit menembakkan tombak kearah bangsa itu, Ia terjatuh. Terjatuh dan meringis kesakitan. Seolah ikut merasakan apa yang dirasakan bangsa sialan itu."
"Dan, prajurit. Prajurit yang tewas adalah korban gigitan serigala itu."
Ayah Marco terdiam. Ia mengacak surainya frustasi dan mendengus marah, "Dan, bisa bisanya kalian membiarkan hal tersebut terjadi. BAGAIMANA BISA KALIAN LENGAH DI PERBATASAN HUTAN?! MEMANGNYA APA YANG KALIAN LAKUKAN SAMPAI SESOSOK BANGSA MELEWATI PERBA—"
Marco dan Ayahnya mengalihkan pandangan kearah Hexane yang perlahan menggeliat dan mencoba untuk mendudukan dirinya. Ayah Marco mendengus frustasi dan menggeram marah, "Kau, urus adikmu." Geram Ayah Marco sebelum akhirnya pergi meninggalkan mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Master Vamp ;NoHyuck
FantasyRather than Master, you're better to be called baby. [YAOI] [BXB] [VAMPIRE] [ABO] HOMOPHOBIC? NAGA AWAY JUSEYO! ©Caramelizedbear, 2020 Highest Rank #61 - Markhyuck - 02/04/20 #101 - Vampire - 09/05/20 #649 - Fantasy -07/05/20 #4 - Nohyuck - 03/06/20...