26

4.7K 540 65
                                    

Satu erangan halus dari Hexane cukup membuat Marco tersentak dari tidurnya di sofa dan segera beranjak menghampiri Hexane yang menggeliat di tidurnya.

"Hexane, hey, hey, calm..." Ucap Marco lembut sembari mencoba membangunkan Hexane.

Hexane melenguh dan langsung membelakkan matanya, "MARK!" Teriak Hexane. Hexane mencoba mendudukan dirinya dan langsung memeluk Marco erat, dan napas Hexane perlahan tersendat di balik ceruk leher Marco.

Sementara Marco masih terdiam, Ia masih terkejut dengan pelukan adiknya yang begitu tiba tiba dan meneriakkan nama tersebut, Mark. Namun, Marco tetap mencoba memahami keadaan dan menarik tubuh Hexane semakin erat dan menepuk punggung adiknya lembut, "Im here, Hexane. Im here."

Hexane meregangkan pelukannya dan menatap wajah Marco, Ia menangkup rahang kakak tirinya itu dengan kedua telapaknya dan perlahan kedua pelupuknya kembali menampung air mata yang siap jatuh ke wajahnya, "Marco..." Lirih Hexane.

Marco mendongakkan kepalanya untuk menatap wajah Hexane, "What is it, hmm? Nightmare?" Bisik Marco sembari mengusap jejak air mata di wajah adiknya itu. Bukannya menjawab, Hexane terpaku menatap Marco dan terlihat matanya semakin bergetar seolah ingin menumpahkan semua air matanya.

"Yeah, I had a nightmare, Marco..."

"In my dream, You were dead..." Parau Hexane. Ia perlahan mengusap wajah Marco menggunakan ibu jarinya. Mendengar hal tersebut, Marco hanya menghela napas dan merapikan helaian poni Hexane, "It's just a nightmare. Don't mind about it, Hexane..."

"Marco..."

"Hexane, itu hanya mimpi, okay? Jangan pikirkan itu, sekarang sarapan ya?" Yakin Marco sembari mendekap tubuh Hexane dan memgusap kepala Hexane lembut.

"No!" Seru Hexane, ia melepaskan dekapan Kakaknya itu dan menatap ragu, "Marco, aku tau itu hanya mimpi... Tetapi, di dalam mimpiku...Kau mati, Marco..." Lirih Hexane.

"You were dead as Mark."

***

Mengeratkan kaitan Holster di dada bidangnya dan menyelipkan satu Katana berlilitkan benang merah kuning di bagian genggamannya. Jevano menghembuskan napasnya boros dan menatap pantulan wajahnya di cermin tua yang sudah retak.

Sejak ia menceritakan bahwa ia telah bertemu belahan jiwanya kepada sahabatnya-Raven hwang, Raven pergi sejak itu juga dan kunjung kembali. Jevano yakin bahwa Raven tidak akan kembali.

Karena Jevano yakin bahwa Raven harus kembali merasakan kekecewaan.

Kecewa terhadap runtuhnya kepercayaan yang mereka bangun, Tidak ada ikatan antar Kaum dan Bangsa.

Bagaimana Raven harus berjuang mempertahankan setengah nyawanya, setengah jiwanya, Pelengkap hidupnya, Jaevier. Raven harus melihat bagaimana sang kekasih meninggal seperti bunga yang putus dari tangkainya.

Dan sekarang Jevano harus meyakinkan bahwa takdirnya tidak seburuk dengan apa yang sudah terjadi kepada relasi mereka yang terikat dengan para kaum Vampire. Jevano akan membuktikan pada sahabatnya, Raven, bahwa ia akan hidup dengan baik walau harus memiliki crossmate.

Namun, Jika mengingat apa yang terjadi pada Kakeknya, Jevano berpikir bahwa hal itu merupakan kesalahan sepihak. Kesalahan kakeknya dan bangsanya. Sang Kakeklah yang membunuh orangtua neneknya dahulu sehingga ikatan kaum dan bangsa semakin kelam.

Lagipula, apa susahnya jika meminta restu secara baik baik, bukan?

Maka dari itu, Jevano akan berusaha kembali ke kabin danau itu dan mencari keberadaan lelaki manis yang ia temui disana sebelumnya, Hexane Lee.

Master Vamp ;NoHyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang